Share

LILY
LILY
Penulis: Anputri

BAB 1

Seorang perempuan sedang tergesa-gesa membawa kopernya untuk menuju ke gate yang tertulis ditiket pesawat. Perempuan itu berlari dan tidak peduli menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada di Bandara, seketika koper yang dirinya dorong memperlambat jalannya dan semakin lama pula dirinya tiba di gate yang diinstruksikan. Sedangkan di sisi lain seorang perempuan sedang menunggu salah satu sahabatnya dengan perasaan marah dan kesal. Sebentar lagi gate akan ditutup dan pesawat akan take off. "Rachel lama banget datangnya, padahal sebentar lagi gate akan ditutup,” ucap Lily. Rachel pasti kesiangan karena begadang menonton drama korea. Lily akan memarahi sahabatnya itu kalau sudah sampai nanti. Lily daritadi sudah mulai kesal dan ingin menyumpahi sahabatnya itu, tapi gadis itu takut dosa. Lily gadis baik jadi harus sabar tapi Lily sudah terlanjur kesal dengan sahabatnya itu.

"Hah ... rasanya kaki aku lelah. Aku tidak terlambat kan Li?" tanya Rachel dengan nafas yang tersenggal-senggal.

"Kamu darimana aja sih, sebentar lagi pesawat akan take off jam 10.00. Kamu justru jam 09.40 baru datang. Aku tinggal daritadi kalau kamu bukan sahabatku," kata Lily.

"Sorry sahabat tersayangku tadi banggunnya terlambat," sahut Rachel dengan tersenyum memperlihatkan gigi putihnya.

"Sudahlah. Ayo kita harus segera masuk ke pesawat," kesal Lily sambil merotasikan kedua matanya.

Di dalam pesawat mereka langsung duduk di tempat masing-masing. Lily masih kesal dengan sahabatnya itu dan orang yang sedang membuatnya kesal tidak merasa bersalah sama sekali. Orang itu bahkan dengan santainya duduk dan menghirup udara sebanyak-banyaknya karena selesai berlari. Temannya yang satu ini memang tidak merasa bersalah sama sekali dan hal itu membuat Lily semakin kesal. Lily yakin pasti temannya itu tadi malam begadang karena menonton drama Korea. "Kamu jangan marah ya Li. Aku bangun terlambat karena begadang semalam lihat Song Jong Ki,” kata Rachel sambil menampilkan senyumnya yang secerah mentari. Lily sudah menduga jika sahabatnya itu pasti begadang. Dirinya lebih baik tidur saja daripada harus mendegarkan alasan sahabatnya itu. Lagipula perjalanannya sangat jauh dan membutuhkan waktu yang lama. Setibanya di Bandara John F. Kennedy mereka langsung pegi ke hotel tempat mereka menginap dengan menggunakan taksi.

"Ah capek banget rasanya pengen rebahan aja," kata Rachel.

"Sshhshsh ... Chel," lirih Lily sambil memegang dada sebelah kirinya.

"Kamu kenapa Li? kambuh lagi? obat kamu mana?" pinta Rachel dengan wajah kebingungan.

"Obatnya ada di tas, tolong ambilkan Chel," pinta Lily dengan suara yang lirih.

Rachel segera mengambil obat didalam tas Lily dan memberikannya ke Lily. "Ini Li, cepat diminum!" kata Rachel. Lily segera meminum obat itu dan rasa sakit di dadanya semakin berkurang. Lily akhirnya merebahkan dirinya diatas sofa sambil memejamkan kedua matanya. Lily sangat lelah dengan semua ini. Rachel sebagai sahabat yang baik mencoba untuk menguatkan Lily dan menyakinkan Lily bahwa semua akan baik-baik saja. Rachel pasti akan terus berada di samping Lily sampai mendapatkan donor jantung. Donor jantung adalah hal yang dibutuhkan Lily sekarang untuk bisa sembuh dari penyakit kelainan jantung. Penyakit yang terus bersama Lily dari kecil yang sampai sekarang masih enggan menghilang dari tubuh Lily. Hanya donor jantung yang dapat menyembuhkan Lily, namun sampai sekarang belum ada donor jantung yang cocok dengan Lily.

"Buat apa Chel, tidak ada yang mengharapkanku," jawab Lily sambil menyeka air mata yang tanpa permisi membasahi pipi Lily.

“Aku dan Reyhan yang akan menemani kamu. Oke, mungkin Ibu kamu tidak bisa diharapkan tapi ada aku dan Reyhan. Bunda juga selalu ada membantu kamu sembuh dari penyakitmu." kata Rachel.

"Sudahlah Chel kita pernah membahas ini. Lupakan sejenak. Kita di sini untuk liburan, jadi nikmati saja sebelum kita kembali ke Jakarta," kata Lily.

"Oke, terserah kamu. Kita istirahat dulu saja. Nanti malam Aunty Sera akan mengajak kita makan malam di restoran terenak di New York,” jawab Rachel.

Malam hari di Restoran Eleven Madison Park. Lily, Rachel dan Aunty Sera sedang melaksakan makan malam. Makanan di sini sangat enak membuat Rachel ketagihan dan ingin membawanya ke Jakarta. Tiba-tiba ketika mereka berdua sedang asyik berbincang mengenai makanan, Lily sedang meringis menahan sakit di dadanya. Beberapa hari ini Lily sering merasakan sakit. Dulu memang seperti ini tetapi tidak pernah sesering sekarang. "Lily kamu baik-baik saja?" tanya Aunty Sera. Lily tidak menjawab, lidah nya terasa kelu dan bibirnya sulit untuk mengucapkan sepatah kata. Tiba-tiba saja pandangannya gelap dan semua terjadi begitu saja. Lily mengerjapkan kedua matanya pelan saat menyadari dirinya berada disebuah ruangan asing yang bercat putih. Setelah menyadari jika dirinya berada di sebuah rumah sakit, pintu tiba-tiba terbuka dan menampakkan Rachel yang masuk ke dalam ruangan.

"Oh ... kamu sudah sadar Li. Aku dan Aunty Sera tadi panik tiba-tiba saja kamu pingsan dan untung saja tadi ada laki-laki yang menolongmu. Laki-laki itu ternyata seorang Dokter. Dia juga yang membantu membawamu kemari," jelas Rachel.

"Maafkan aku sudah membuat kalian khawatir, tapi sekarang aku baik-baik saja," kata Lily.

"Ah iya, kamu sudah boleh pulang tapi setelah di Jakarta kamu harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut," kata Rachel.

"Bagaimana kalau besok kita pulang ke Jakarta Li?” lanjut Rachel.

Mengingat Lily dalam kondisi tidak baik dan belakangan ini penyakitnya sering kambuh, membuat Rachel merasa khawatir dengan kondisi sahabatnya itu. "Oh tidak Rachel. Kita sudah jauh-jauh datang kesini dan besok langsung pulang. Tidak, aku tidak mau Rachel. Aku baik-baik saja, lagipula besok kita harus pergi ke butik aunty Sera yang ada di kawasan Times Square kan?" kata Lily. Aku dan Rachel baru tiba di New York kemarin dan barusan Rachel berkata akan kembali ke Jakarta besok. Hah, yang benar saja aku tidak akan mau. Lagipula selain belum pergi ke butik Aunty Sera aku juga ingin jalan-jalan ke beberapa tempat di New York.

"Oke, fine. Tapi kali ini jangan menolak untuk melakukan pemeriksaan setelah sampai di Jakarta!" seru Rachel.

"Baiklah, sepertinya aku tidak punya alasan untuk menolak," jawab Lily.

Keesokan harinya Lily dan Rachel berencana untuk pergi ke butik Aunty Sera yang berada di Times Square. Kedua gadis itu bekerja di sebuah butik yang terkenal di ibu kota dan tepat nya mereka bekerja di butik milik Aunty Rachel yaitu Aunty Sera. Iya, Aunty Sera yang kemarin mengajak mereka makan malam. Beliau memiliki cabang butik di New York dan beberapa kota di Indonesia, salah satunya di tempat Lily dan Rachel bekerja. Setelah dari butik, rencananya mereka akan pergi jalan-jalan di Times Square. Times Square adalah salah satu tempat yang wajib dikunjungi oleh wisatawan jika berlibur ke New York. Tempat yang selalu ramai pengunjung dengan kerlap kerlip lampu menyinari di sepanjang Times Square. Ah iya, kondisi Lily sekarang sudah lebih baik dibandingkan dengan kemarin. Entah, besok atau seterusnya kondisi gadis itu masih baik-baik saja atau tidak. Apakah Lily masih bisa bertahan dengan penyakitnya itu? semoga saja sekarang dan seterusnya kondisi Lily baik-baik saja.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status