Share

Balas Dendam

Author: Alie-Afie
last update Last Updated: 2024-12-25 08:58:12

Saat malam menjelang, Lingga bergerak senyap di desanya. Dia menyelinap masuk ke rumah-rumah warga dan membunuh mereka semua.

Wanita dan anak-anak bahkan tidak luput dari amukannya. Mereka semua sama saja telah menindas dan menyiksanya.

Lingga telah menjalani kehidupan tragis dimana setiap hari dia selalu disiksa oleh warga desa dan tidak ada siapapun yang menolong maupun membelanya. Karena hal itu, dia menjadi pemuda kejam yang tidak mengenal kata ampun.

Kini Lingga menuju ke kediaman terakhir yaitu kediaman kepala desa.

Duarrr

Lingga mendobrak pintu rumah kepala desa.

"Siapa yang berani mengganggu malam indahku?" teriak kepala desa kemudian keluar dari dalam kamar bersama dua istrinya yang masih muda. Matanya melotot seakan melihat hantu. "Li ... Li ... Lingga?"

Lingga tidak merespon dan langsung melesat ke arah dua istri kepala desa kemudian meninju mereka.

Bammm

Bammm

Kedua istri kepala desa tewas mengenaskan. Tubuh mereka terkoyak dan hancur menjadi beberapa bagian.

Kepala desa seketika linglung, perutnya mual melihat bagian-bagian tubuh kedua istrinya yang tercecer. Dia lalu bersujud dihadapan Lingga.

"Ampuni aku! Tolong ampuni aku!" pinta kepala desa sambil membenturkan kepalanya ke lantai beberapa kali.

Duarrr

Lingga menendang kepala desa hingga terpental mengenai dinding. "Apa kamu mengampuniku saat aku merintih kesakitan?"

Kepala desa menyeka darah yang keluar dari bibirnya. Dia merangkak dan merangkul kaki Lingga. "Lingga, aku sudah bertaubat, tolong biarkan aku hidup!"

Lingga tidak bergeming, dia mencekik kepala desa dan mengangkatnya setinggi mungkin. "Bertahun-tahun aku hidup dalam penyiksaan, bukannya kamu melindungiku, kamu malah ikut menyiksaku bahkan menjatuhkanku kedalam jurang, apa menurutmu kamu pantas untuk diampuni?"

"Uhuk ... uhuk," kepala desa terbatuk sesak nafas. "Li ... Li ... Lingga, aku minta maaf," ucapnya terbata-bata.

Bammm

Lingga membanting kepala desa ke lantai.

"Meskipun langit runtuh, aku tidak akan mengampuni orang kejam sepertimu."

Kesadaran kepala desa menghilang, kepalanya terbentur lantai dan mengeluarkan banyak darah. Dia tidak berdaya dalam cengkraman Lingga.

"Apa kata-kata terakhirmu?" tanya Lingga. Namun kepala desa sudah tidak sanggup membuka mulutnya.

Lingga yang tidak mendengar jawaban dari kepala desa langsung meninjunya hingga ringsek kedalam lantai.

Kepala desapun tewas seketika. Tulang-tulangnya rontok dan tubuhnya hancur menjadi beberapa bagian.

"Akhirnya balas dendamku terselesaikan," gumam Lingga sambil menepuk-nepuk kedua telapak tangannya.

Tanpa Lingga sadari, seseorang melihat kejadian mengerikan itu. Dia adalah Adiprana, putra semata wayang kepala desa.

Adiprana baru saja pulang dari sektenya. Dia berniat memberi kejutan kepada ayahnya, namun dia malah melihat pembunuhan ayahnya dan tidak sempat menolongnya.

"Bajingan, kamu telah membunuh ayah dan kedua ibuku." Adiprana melesat ke arah Lingga dengan tombaknya.

Dengan teknik tombak miliknya, Adiprana berusaha membunuh Lingga. Namun Lingga dapat menghindari serangannya.

Adiprana tidak menyangka Lingga mampu menghindari serangan tombaknya. "Bagaimana mungkin kamu menjadi sehebat ini?"

"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini," balas Lingga sambil menghindari serangan-serangan Adiprana. Namun, Adiprana terus membombardirnya dengan tombak.

Setelah beberapa saat berlalu, ujung tombak Adiprana berhasil menggores bagian samping perut Lingga.

"Aku pasti akan membunuhmu," ucap Adiprana sambil menusukkan tombaknya ke arah perut Lingga.

Lingga bergerak cepat menghindar, kemudian meninju dada Adiprana.

Bammm

Adiprana terpental satu meter ke belakang, namun pukulan Lingga tidak berarti serius baginya.

Adiprana adalah seniman beladiri dan merupakan salah satu murid dari sekte harimau sakti. Tinju Lingga yang dapat menghancurkan pohon besar nyatanya tidak mempan baginya yang sudah menguasai tenaga dalam.

"Darimana kamu mempelajari beladiri?" tanya Adiprana sambil menebaskan tombaknya ke tubuh Lingga.

"Itu tidak ada urusannya denganmu," jawab Lingga menghindari serangan Adiprana.

Dengan teknik gerakan tombaknya yang sangat apik, Adiprana berusaha keras membunuh Lingga.

Lingga yang tidak cukup hebat dari Adiprana terlihat kualahan menghadapinya. Tak lama, serangan-setangan tombak Adiprana berhasil membuat Lingga terluka disana sini hingga banyak darah keluar dari tubuhnya.

"Sepertinya, aku harus melarikan diri," batin Lingga menyadari jika dia bukan lawan yang sepadan bagi Adiprana.

Saat melihat Lingga sedikit lengah, Adiprana menendang perutnya.

Bammm

Lingga terpental beberapa meter dan menghancurkan dinding hingga membuatnya keluar dari rumah kepala desa.

Lingga menyeka darah yang keluar dari bibirnya kemudian berlari sangat cepat untuk kabur dari Adiprana.

"Bajingan, aku tidak akan membiarkanmu kabur begitu saja." Adiprana mengumpat kemudian mengejar Lingga yang berusaha melarikan diri.

Meskipun Adiprana menggunakan teknik meringankan tubuh dengan tenaga dalam, namun kecepatan Lingga lebih cepat darinya, apalagi Lingga tidak membawa beban berat seperti saat dia berlatih di dasar jurang. Hingga beberapa saat berlalu, Lingga berhasil lolos dari kejaran Adiprana.

"Sial, aku kehilangan bajingan terkutuk itu," kesal Adiprana. "Aku akan mencarinya hingga ke ujung dunia sekalipun," lanjutnya.

Lingga terus berlari hingga pagi menjelang. Dia beristirahat di pinggiran sungai dan mandi untuk membersihkan darah yang menetes dari sekujur tubuhnya.

Setelah Lingga membersihkan diri, dia kembali berlari dan sampai di jalan setapak. Dia melihat kereta kuda yang dihentikan oleh tiga orang perampok.

Ketiga perampok itu menghunuskan golok ke arah sang kusir. "Serahkan harta kalian!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • LINGGA KALAGENI: Pendekar Terkutuk dari Sekte Pedang Naga   Pelelangan

    Setelah menyantap hidangan, Lingga memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dan berpamitan kepada kepala dan tetua desa. Dia harus segera menuju ke kota awan perak agar tidak tertinggal mengikuti turnamen. Jarak antara desa banyu biru dengan kota awan perak sudah sangat dekat, mungkin butuh waktu sehari untuk sampai kesana. Setelah melesat selama sehari, Lingga akhirnya sampai di kota awan perak. Dia mengagumi keindahan kota dimana banyak bangunan-bangunan megah yang berdiri tegak. "Tuan, apa ada kamar yang kosong?" tanya Lingga setelah memasuki sebuah penginapan. "Penginapan kami telah penuh," jawab pemilik penginapan. Kota awan perak sangat ramai, baik dari kalangan peserta turnamen ataupun pengunjung. Hal itu membuat penginapan-penginapan penuh sesak. Linggapun akhirnya keluar untuk mencari penginapan yang lain. "Huh, penginapan disini semuanya penuh, apa tidak ada lagi yang kosong?" desah Lingga setelah memasuki beberapa penginapan tapi tidak kunjung juga memperolehnya.

  • LINGGA KALAGENI: Pendekar Terkutuk dari Sekte Pedang Naga   Berlatih Keras

    Lingga terus mencoba mempraktikkan tarian pedang poenik. "Terlihat indah, namun sulit dipelajari," desahnya. Setelah seratus kali mencoba, Lingga akhirnya dapat menguasai jurus pertama amukan pedang poenik tersebut. Itu adalah sebuah prestasi yang sangat memukau, bahkan kultivator hebat belum tentu dapat menguasainya dengan cepat. Setelah mahir memperagakan jurus pertama, sebuah lukisan kembali muncul. 'Poenik Melawan Langit.' Itulah jurus kedua yang harus Lingga kuasai yang tertera di dalam lukisan. Sebuah bayangan tiba-tiba kembali keluar dari dalam lukisan. Bayangan itu lalu mempraktikkan jurus kedua yaitu Poenik Melawan Langit. "Jurus apa itu?" Lingga melongo melihat Poenik Melawan Langit. Bayangan di hadapannya melompat tinggi ke udara, kemudian kembali ke daratan sangat cepat hingga terjadi suara menggelegar saat pedang itu mengenai lantai. Bommm Suara dentuman itu membuat telinga Lingga seolah terkoyak, namun Lingga berhasil mengatasinya. Itulah jurus Poenik Melaw

  • LINGGA KALAGENI: Pendekar Terkutuk dari Sekte Pedang Naga   Amarah Pedang Poenik

    Lingga yang penasaran mendekat dan menghadap pemuda bertopeng serigala. "Saudara, apa yang akan kamu lakukan dengan perawan desa?" Pemuda bertopeng serigala seketika menjadi sangat marah. Dia tidak ingin ada yang membantah maupun menanyakan tentang perintahnya. Sementara warga desa sendiri sudah mengetahui jika perawan desa akan dijadikan budak di sekte serigala hitam. Wusss Pemuda bertopeng serigala itu langsung melompat ke arah Lingga. Dia berniat membunuhnya untuk dijadikan contoh agar warga desa tidak menentangnya. "Berani sekali kamu bertanya?" katanya sambil melesatkan tinju. Kepala desa dan warga desa hanya dibuat semakin takut melihat kemarahan pemuda bertopeng serigala. Mereka bisa saja dibunuh karena tingkah Lingga. "Darimana datangnya pemuda itu? Berani sekali dia ikut campur dengan urusan desa," gumam kepala desa. Kepala desa dan warga desa menganggap Lingga akan mati karena pemuda bertopeng serigala mengerahkan segenap kemampuannya meninju Lingga. Namun, L

  • LINGGA KALAGENI: Pendekar Terkutuk dari Sekte Pedang Naga   Beruang Hitam

    Dengan kecepatannya, beruang hitam mengejar tubuh Lingga yang baru saja terlempar. Saat sudah dekat, dia berusaha mencabiknya dengan kedua cakarnya. Lingga tentu tidak tinggal diam, dia berguling untuk menghindar sehingga cakar beruang hitam mengenai pohon. Lingga tersenyum kecut melihat pohon kokoh dan besar tercabik dan hancur berkeping-keping terkena cakar beruang hitam. "Terlambat sedikit saja menghindar, mungkin akulah yang akan hancur seperti pohon itu." Cakar beruang hitam itu tidak ubahnya seperti sebuah pedang yang sangat tajam. Ketajamannya bahkan mampu menghancurkan bebatuan yang sangat keras. Lepas dari cengkraman sang beruang, Lingga mengalirkan tenaga dalam kedalam kepalan tinjunya. "Tinju Auman Singa." Dia meninju bagian belakang beruang itu. Beruang hitam tampak tidak terpengaruh sedikitpun, masih berdiri tegak di tempatnya berada. Hal itu membuat Lingga kaget mengetahui kekebalan beruang hitam itu. Beruang hitam itu menengok ke belakang kemudian membabi bu

  • LINGGA KALAGENI: Pendekar Terkutuk dari Sekte Pedang Naga   Tinju Auman Naga

    Lingga berniat meningkatkan teknik dasar beladirinya dengan menghadapi singa buas. Dia langsung bersiap mengepalkan tangannya, akan mencoba menghadapinya dengan tangan kosong. Singa buas itu berbalik arah kemudian berlari sangat cepat ke arah Lingga. Saat sudah berada dekat dengan Lingga, dia melebarkan mulutnya seolah hendak memakannya. Dengan tumpuan kaki, Lingga menghentak ke tanah kemudian melesat menyambut singa buas dengan kepalan tinjunya. "Tinju Auman Naga." Lingga meneriakkan nama jurus secara asal. Saat kepalan tinju Lingga hendak mengenai kepala singa buas, singa itu bergerak ke kiri dengan gesit dan cekatan sehingga tinju Lingga hanya mengenai angin kosong. Lingga menghentikan langkahnya kemudian berbalik arah menghadap sang singa, begitupun dengan singa itu yang sudah kembali menghadap Lingga. "Sial, aku sudah mengumpulkan tenagaku untuk meninjunya tapi dia menghindarinya," gerutu Lingga. Goarrr Singa buas meraung, mukanya tampak lebih menyeramkan dari seb

  • LINGGA KALAGENI: Pendekar Terkutuk dari Sekte Pedang Naga   Kaisar Benua

    Lingga tidak pergi meninggalkan kota daun emas, tetapi kembali ke penginapan. Dia akan berkultivasi dan memperbanyak lagi energi qi yang telah terkuras habis. Sementara itu, walikota menyuruh para prajurit kota mengurusi mayat-mayat yang tewas, begitupun dengan mayat Adiprana, Gana dan Jaka. Setelah sampai di penginapan, Lingga duduk dengan posisi lotus dan mulai menyerap energi qi. Sehari, dua hari, tiga hari Lingga terus berkultivasi. Energi qi dalam dantiannya kini telah bertambah semakin banyak sebesar kepalan tangan. Hal itu perlu dibanggakan dan Lingga bisa dikatakan sebagai pemuda yang sangat jenius. Kultivator pemula bahkan bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk melakukan seperti yang Lingga lakukan. Duarrr Ledakan spiritual tiba-tiba terjadi, hal itu menandakan jika Lingga berhasil mencapai tingkat pelatihan qi tahap pertama. Lingga tersenyum menyeringai. "Akhirnya aku berhasil, ternyata seperti ini rasanya menjadi kultivator pelatihan qi tahap pertama." B

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status