"Timang-timang, anakku sayang. Jangan menangis, Mama di sini." Delisha tersenyum sambil tersenyum. Dia sedang bangga menjadi seorang ibu sekarang. Kegiatannya ia habiskan untuk mengurus Cheryl hingga ia tak lagi merasa kesepian atau terus meratapi nasibnya. Delisha hanya perlu menerima semua ini dan mengurus anaknya hingga besar. Walau orang-orang di rumah ini belum tahu tentang status anak ini. Mereka mengira anak pungut sungguhan dan menyarankan Delisha untuk lapor polisi.
"Kamu udah mau besar. Bentar lagi bisa jalan, bisa nyanyi, bisa ngomong. Tetap jadi anak kesayangan mami." Delisha mengendong Cheryl dan menowel-nowel pipi bayi itu yang sedang menyedot makannya. Saat melihat Cheryl, Delisha otomatis tersenyum dan semua rasa capek, rasa ingin marah, rasa ingin mengeluh menguap.
"Kamu sumber kekuatan mami."
Sekarang hari Minggu, semua orang berkumpul di rumah. Sebelum para penghuni bangun, Delisha sudah bersiap duluan, dia memasak untuk diri
"Ada apa sih, Pa." Delisha merasa seolah langit runtuh dan menimpa dirinya. Tubuhnya langsung terasa lemas, dia kabur dari kandang singa ke kandang macan. Delisha hanya mencengkram gendongan itu dan terdiam. Dari dulu, dia tak pernah percaya dengan orang tua dan orang dewasa. Baginya orang dewasa itu bengis dan begitu egois. Mereka hanya mau dapat bagian enaknya dan tak mau berkorban atau mereka menuntut agar anak yang lebih mengerti mereka, padahal anak tak pernah minta untuk dilahirkan.Sinta yang bergabung langsung terdiam saat melihat yang berdiri di tangga, begitu juga dengan Ayden yang juga berdiri kaku memegang ransel berwarna coklat tersebut."Oh dia yang hamil itu kan?" Mata Delisha mengikuti Ibu Ayden yang melihat gendongan yang ia bawa berisi bayi bukan umbi-umbian."Mama, Lisha, mau tinggal di sini aja." Delisha menunduk, dia tak pernah minta untuk tinggal di sini. Ayden yang memaksanya dan sekarang terlihat jika dia yang menyuruh l
Delisha pura-pura mencium Cheryl, malu bukan kepalang setelah Ibu Ayden menangkap basah mereka yang tengah ketahuan berciuman."Cheryl tidur di sini aja." Delisha berkata dengan malu-malu, walau Ibu Ayden menatapnya tajam."Nanti kalian nggak bisa ciuman lagi. Awas Cheryl punya adik lagi." sindir Sinta. Delisha malu luar biasa. Gadis itu hanya menunduk dan pura-pura mengelus-elus pipi merah Cheryl. Dia mengangkat wajahnya dan Ibu Ayden masih berdiri di sana. Dia sudah merasa tak nyaman dan besok Delisha bisa diusir rasanya."Mama mau nunggu atau biar Cheryl di sini?" tanya Ayden."Ya udah, tidur sama kalian aja." Delisha bernapas lega saat Ibu Ayden keluar kamar. Dia malu, dia adalah tamu tak undang di rumah ini dan bisa diusir kapan saja.Gadis itu meletakan putrinya yang masih merah dan mengelus-elus pipi Cheryl. Delisha tersenyum, tiada hari tanpa senyum jika melihat wajah polos Cheryl. Bayi ini segalanya untuknya,
"Please, aku nggak mau mati sekarang." Delisha memohon pada Ayden sambil mencengkram tangan laki-laki itu."Astaga serius amat. Nggak kok, tapi kamu nggak bisa pergi malam-malam dengan bayi." Ayden menurunkan gas dan berjalan pelan. Delisha hanya menunduk, hatinya sedih dan seperti tak punya tujuan hidup sekarang. Kamu tidak pernah disukai siapapun Lisha."Ini udah larut. Pulang! Besok aku antarin serius." Delisha menggeleng, bagaimana pun dia harus keluar dari lingkungan toxic yang membuat hidupnya makin kacau. Walau terkadang merasa dia tak punya tujuan tapi Delisha perlu menata hidupnya kembali."Kasian, Cheryl. Kamu jangan keras kepala, Lisha." Delisha tahu dia keras kepala dan mungkin egois tapi keadaan yang membuat dirinya seperti itu. Delisha merasa itu adalah salah satu bentuk pertahanan diri."Nggak mau. Kalau mau, kamu bisa turunkan aku di sini." Ayden hanya menggeleng. Gadis bodoh ini tak tahu bahaya apa yang menimpa dir
"Lihat! Papa datang kan?" ujar Ayden dengan semangat walau di mata Delisha terlihat norak. Tapi gadis itu senang, dia mulai menata hidupnya dan sekarang sedikit membaik.Saat ini pagi hari, akhir-akhir ini Delisha suka sekali menjemur Cheryl di matahari pagi bayi berusia 3 minggu itu makin mengemaskan dan terlihat gemuk. Delisha merasa semakin geram terhadapnya."Orang udah mulai sibuk daftar sekolah. Kamu mau sekolah di mana?" tanya Ayden. Delisha jadi tersadar jika dia belum memikirkan tentang masa depannya yang lain."Nanti bicara sama, Oma." Setiap pagi Delisha bangun dan sarapan setelah itu dia membawa Cheryl untuk berjemur seperti sekarang. Di rumah Oma semuanya tersedia dan dilayani, Delisha bisa melihat dan merasakan hidup yang lebih baik sekarang. Benar kata Ayden dia harus memikirkan tentang sekolah. Delisha boleh punya anak sekarang tapi bukan berarti dunianya berhenti dan kiamat. Hidup terus berjalan sekejam apapun dunia, roda kehid
Delisha akhirnya memboyong Oma kembali ke kota sebelumnya. Mereka menempati sebuah rumah yang tak terlalu besar. Delisha tidak akan pernah kembali ke rumah para iblis itu.Hari pertama sekolah sebagai siswa SMA. Delisha memilih sekolah satu gedung dengan Ayden. Gadis itu hanya berpenampilan sederhana, walau dia tahu banyak laki-laki yang akan suka padanya.Kata orang, masa SMA adalah masa-masa paling indah saat sekolah, setelah kuliah akan disibukkan dengan banyak tugas bukan hanya masalah percintaan.Delisha melihat penampilannya di cermin. Tak ada yang spesial, dia juga tidak akan menonjol, hanya saja Delisha setidaknya punya teman agar tak terlalu kesiapan. Dia sudah menyiapkan banyak makanan untuk Cheryl. Sebenarnya sedih tapi mau bagaimana lagi, tuntutan hidup harus seperti ini."Pagi sayang." Delisha mencium Cheryl yang bangun baru selesai dimandikan Oma. Dia begitu bersemangat belajar, cepat lulus, kuliah, lulus, kerja dan m
"Kamu udah sarapan belum?" Ayden menarik tas Delisha, saat gadis itu hanya diam dan seperti mayat mau hidup kembali.Delisha langsung berjalan ke kelasnya. Biasanya dia akan bersemangat. semangat belajar, mengucapkan selamat tinggal untuk Cheryl tapi kali ini dia hanya diam. Delisha seperti orang hidup segan mati tak mau."Kamu kenapa sih?" tanya Ayden gondok. Tapi Delisha diam saja. Gadis itu langsung berjalan ke kelasnya saat Arion sudah berdiri di depan pintu dan tersenyum pada Delisha tapi senyumnya memudar saat melihat Ayden. Di sekolah tidak ada yang berani mendekat apalagi menggoda Delisha, Ayden langsung memberi tatapan maut dan semuanya langsung kicep.Biasanya Arion akan menggoda Delisha ketika sedang belajar atau tak ada guru yang masuk.Delisha meletakan tas di atas meja dan duduk. Dia langsung merebahkan kepalanya di atas meja. Masih terngiang di kepalanya jika selalu ada hal yang membuat dirinya menyesal terlahir ke d
Di suatu negara yang rakyatnya hidup dengan biasa saja. Yang kaya semakin kaya yang miskin makin melarat.Hiduplah sepasang kekasih yang saling mencintai dan melengkapi. Mereka adalah pasangan yang membuat semua muda-mudi merasa iri. Yang satu berparas tampan dan sang wanita sangat cantik seperti bidadari, hingga bidadari merasa insecure.Hiduplah Davi sebagai pemeran utama dan Nava si cantik bagai bidadari dan Nura sebagai antagonis.Nava begitu cantik dan semua orang menyukai dirinya. Dia cantik, tapi dia tidak pernah menggunakan semua kekuasaan itu untuk berbuat semena-mena, Nava senang membantu sesama, berteman dengan siapa saja, dia gadis yang cantik, ceria, ramah. Paket komplit yang membuat gadis seumuran dirinya iri. Nura berteman dengan Nava dan itu sebuah anugerah, jika para laki-laki tidak dilirik Nava maka mereka bisa mendekati dirinya, atau dirinya jadi batu loncatan sebelum para lelaki mendekati Nava y
"Happy birthday to you.""Happy birthday to you.""Happy birthday, happy birthday dear Mami."Dia tersenyum tapi tak ingin membuka matanya. Tapi saat selimut itu dibuka dia terseyum dan bangun. Delisha mencium Cheryl terlebih dahulu sebelum menutup matanya dan meniup lilin membuat permohonan yang dia sendiri tahu."Terima kasih semuanya. Akhirnya legal." ujar Delisha. Dia senang, akhirnya usianya legal.Gadis itu memeluk Oma yang selalu support, selalu ada untuknya walau banyak rintangan datang tapi Oma selalu terdepan untuk Delisha."Terima kasih." Delisha memeluk Ayden yang memegang kue kecil di atasnya ada lilin. Selain Oma, laki-laki ini yang membuat dirinya bisa tegar hingga kini. Ayden adalah support system terbaik yang Delisha miliki. Mereka saling support hingga tak terasa jika sekarang usia Cheryl 3 tahun. Cheryl makin pintar dan cantik seperti Delisha."Happy birthday, Mami." Delisha tersen