☁ Selamat Membaca☁Nic mengajak Ariel ke ruangannya, untuk membahas masalah pengakuan yang baru saja dibuat oleh gadis itu. Kini keduanya sudah berada di ruangan, Nic menunggu Ariel untuk memberikan bukti yang dia inginkan.“Sekarang buktikan jika kamu memang bukan berasal dari dunia ini!” titah Nic yang sebenarnya ragu akan pengakuan sekretarisnya ini.Cloud tampak berpikir, dia lantas mengingat-ingat tentang Nic di dalam game LOLOLOVE yang ada di ponselnya di dunia nyata, hingga dia memulas senyum bahagia.“Kamu sering datang ke gym,” kata Cloud sambil menjentikkan jari, dia bahkan dengan tepat mengingat nama gym yang sering didatangi atasannya itu.“Tidak bisa!” Nic menolak jawaban Cloud. Bukan tanpa alasan, ini karena pria itu merasa semua orang juga tahu kalau dia memang sering pergi ke gym.“Kalau itu semua orang juga bisa menebaknya,” imbuh Nic dengan nada cibiran.Cloud terkejut mendengar penolakan sang atasan, dia tampak bingung dan kembali berpikir. Ia benar-benar memeras ot
☁ Selamat Membaca ☁Cloud kebingungan menghadapi Edward dan Loloco. Saudara tirinya itu menatap dan menunggu jawaban, sedangkan Loloco menatap dan siap mengamuk atau bahkan mencakarnya.“Kenapa kamu diam?” tanya Edward menunggu Cloud jujur atas pengakuannya tadi.Cloud sedang memutar otak untuk membuat alasan yang masuk akal. Dia tidak bisa jujur karena Loloco tampak memperingatkan dirinya.“Itu … aku ….” Cloud ingin memberi alasan, tapi terhenti saat mendengar suara Lily.“Edward! Di mana kamu?” Lily terdengar berteriak memanggil nama pria yang kini berdiri di hadapan Cloud itu.Edward tampak mencebik kesal karena dirinya masih penasaran menunggu jawaban Cloud tapi sang ibu malah memanggil. Cloud sendiri terlihat bersiaga, dan saat pria itu lengah dia pun langsung menghindar.“Sebentar! Aku sedang--” Edward berhenti bicara karena kaget. Saat dia mengalihkan pandangan sejenak, Cloud langsung mendorong pintu dengan kencang, lantas menutupnya cepat sebelum Edward menyadari hal itu.“Ari
☁Selamat Membaca☁Nic begitu terkejut dengan permintaan Cloud, sampai merasa jika gadis itu sangat aneh karena meminta dirinya menjadi kekasih jika pakaian hasil desainnya terjual laris di pasaran.“Bagaimana? Kalau tidak mau, jangan harap bisa mendapatkan desain ini.” Cloud hendak mengambil kembali buku sketsa yang dipegang Nic, tapi pria itu mempertahankannya agar gadis di depannya ini tidak mengambilnya kembali.Nic terlihat berpikir, desain itu sangat bagus dan begitu menarik, jika dia melewatkan kesempatan mengeluarkannya di pasaran, pasti akan sangat disayangkan. Namun, syarat yang diajukan oleh Cloud juga membuatnya bimbang, bagaimana jika benar pakaian hasil desain Cloud laku keras, bukankah itu tandanya dia harus mau berpacaran dengan gadis itu.Nic memutar otak, hingga kemudian memiliki ide untuk tetap bisa menjual hasil desain Cloud tapi juga menghindar dari hubungan yang diinginkan gadis itu.“Oke, karena kamu sangat yakin kalau ini akan laris di pasaran, maka aku juga aka
☁ Selamat Membaca☁“Anda tidak akan ingkar, ‘kan Pak? Tidak berniat membohongiku, ‘kan?” tanya Cloud bertubi-tubi karena Nic malah memalingkan wajah dan tidak menanggapi ucapannya.Nic terkejut mendengar pertanyaan Cloud, kemudian menatap ke arah gadis itu. “Mana mungkin aku ingkar apalagi berbohong? Kita sudah membuat kesepakatan, jadi pasti akan aku tepati. Jika baju itu tembus seribu potong, aku akan memenuhi permintaanmu. Lagipula jika sejak awal ingin berbohong, aku pasti sudah membohongimu, tidak akan aku beritahu tentang penjualan baju itu yang sudah mencapai ratusan potong,” ujar Nic meyakinkan Cloud jika dirinya bukanlah tipe pria yang suka ingkar janji.“Oke, aku percaya,” balas Cloud kemudian. Hati gadis itu sangat senang karena merasa sudah maju satu langkah ke jalan yang mungkin akan membawanya pulang ke dunia nyata.***Lima hari berlalu. Cloud dan Nic merasa harap-harap cemas menungu laporan dari tim produksi dan pemasaran. Hingga telepon yang ada di ruangan Nic berderi
☁Selamat Membaca☁Cloud benar-benar mengajak Nic ke pasar, mereka kini sedang berjalan di antara banyaknya orang yang sibuk berdesakan memilih barang atau sekadar berlalu-lalang di sana. Nic sesekali menghindari orang yang hampir menyenggolnya, apalagi jika ada orang yang sedang membawa banyak barang dan tidak memperhatikan jalan, pria itu sedikit risih nampak dari ekspresi wajahnya. Meski tempat itu bersih serta bernuansa modern, tapi tetap saja membuat Nic merasa aneh berada di sana.Nic mengekor Cloud, dia tidak tahu apa sebenarnya yang dicari dan ingin dibeli oleh gadis itu. Nic hanya mengikuti saja. Contohnya seperti sekarang, gadis itu tiba-tiba berhenti di depan penjual jajanan tradisional, senyumnya mengembang melihat banyaknya jenis makanan yang menggoda lidah di sana.“Ternyata jajanan di sini tidak jauh berbeda dengan jajanan dari duniaku berasal,” ucap Cloud kepada Nic. Dia menoleh pria itu dan tersenyum manis. Nic hanya tertawa kecil menanggapi ucapan Cloud. Dia merasa ga
☁ Selamat Membaca ☁Cloud menatap Nic dengan sorot mata tak percaya, dia masih tak menduga pria itu akan memanggilnya dengan nama pemberian orangtuanya. Meski Loloco memanggil dirinya dengan nama Cloud, tapi tetap saja Loloco adalah seekor kucing, sedangkan Nic adalah manusia. Ucapan Nic barusan seolah mewujudkan keinginan kecil yang tersimpan di hati Cloud. Dia rindu dipanggil dengan nama itu, nama yang selalu membuatnya bangga.“Terima kasih karena kamu mau memanggilku dengan nama itu.” Mata Cloud berkaca-kaca. “Aku tidak menyangka nama Cloud terdengar begitu sangat merdu setelah sekian lama aku tidak mendengarnya,” ucap Cloud dengan senyum manis di wajah.Nic tertegun sejenak mendengar ucapan terima kasih yang kedengarannya sangat tulus dari Cloud, apalagi senyum manis gadis itu ditambah mata indahnya yang sedang merambang. Hal ini membuat Nic harus sampai berdeham, lantas mengalihkan tatapan dari sekretarisnya ini, jangan sampai gadis itu tahu kalau dirinya diam-diam sedang mengag
☁ Selamat Membaca☁Pagi itu Cloud berbaring dengan posisi telungkup, kedua kakinya nampak bergerak ke atas dan bawah. Dia sedang menikmati libur di hari Sabtu, bermalas-malasan di atas kasur sambil membuka-buka majalah.“Oh … kenapa aku bisa lupa?” Cloud tiba-tiba teringat akan sesuatu. Ia lantas bangun untuk mengambil ponsel yang ada di atas nakas, lalu duduk sambil menempelkan benda pipih itu ke telinga. Ia mendial nomor Nic dengan tergesa-gesa.“Halo.” Cloud langsung bicara begitu panggilan itu dijawab.“Ada apa?” tanya Nic dari seberang panggilan.“Aku lupa mengatakan sesuatu kepadamu,” jawab Cloud – yang kini sudah duduk bersila santai sambil bicara dengan Nic. “Mengatakan apa?”“Kalau sedang libur dan kita tidak bertemu, artinya itu tidak memotong hari kesepakatan kita menjadi sepasang kekasih,” jawab Cloud.“Dasar gadis aneh, apa kamu menelepon hanya untuk mengatakan hal ini?” tanya Nic. Dia mengiakan saja apa yang diinginkan oleh Cloud.Cloud terlihat berpikir, kemudian menja
☁Selamat Membaca☁Cloud mengerjabkan mata berulang kali saat Nic mengatakan rindu kepadanya, apakah dirinya salah dengar? Ataukah Nic salah bicara. Dia sampai menggosok telinga karena takut pendengarannya menjadi terganggu setelah Catherine mendorongnya jatuh ke kolam renang.“Kamu kenapa?” tanya Nic yang merasa gadis di depannya ini malah bertingkah aneh. Berpikir apakah telinga Cloud kemasukan sesuatu karena terus saja digosok sedikit keras.“Tadi kamu bilang apa?” tanya Cloud memastikan. Ditatapnya Nic yang terkejut.Pria itu sekarang tahu kenapa Cloud bersikap demikian, gadis itu mengira jika dia tidak benar-benar mengucapkan kata rindu. Namun, saat Cloud memintanya mengulangi, Nic tak mau melakukannya, dia akhirnya memilih berdeham dan mengalihkan pandangan ke arah lain karena merasa malu.“Aku hanya ingin mengajakmu keluar karena merasa bosan di rumah, tapi tenang saja aku tidak akan menghitungnya dalam perjanjian kita,” ujar Nic tanpa menatap sang lawan bicara.Cloud menggelemb