Share

17. Normal


Zahra terkepung diantara bisik-bisik para penduduk. Hamparan nyala obor mengawasi jarak yang sangat dekat. Meskipun kain milik Raden telah menutupi sebagian wajah--dari hidung hingga dagu, mata awas itu masih menelisik tiap jengkal wajah yang tersohor di desanya.

"Aku takut," cicitnya, memundurkan langkah. Kapten Bum meraih tangan Zahra, membawa anak angkatnya bersamaan dengan gerombolan para penduduk desa.

"Tidak seharusnya kau berkeliaran tengah malam!" 

"Kapten ...." Suara Zahra tercekat. Ia menoleh ke belakang, menatap Raden yang hanya diam tanpa mengikuti gerombolan yang membawa dirinya. "Jinbun ...."

Lelaki semampai berjubah putih di sana tersenyum tipis menatap seorang gadis yang berharap penuh kepadanya. Tidak ada yang dapat dilakukan Raden setelah ia memutuskan untuk memajukan jadwal kepulangan ke kampung halaman. Genting beradu suasana hening menerpa dua saudara yang kini berdiri masih mengawasi para gerombolan pen

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status