Beranda / Historical / LORO / 24. Secuil Kebenaran

Share

24. Secuil Kebenaran

Penulis: Itari Raiansa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-24 09:44:46

Mulanya semua terlihat normal. Makanan terhidang di atas meja. Minuman segar sudah diracik di dalam teko. Harusnya semua yang ada disana sudah dapat menikmati sarapan pagi. Namun, kekacauan baru bermula ketika Zahra datang membawa serta seekor kuda.

"Kudaku belum makan seharian ini. Apakah kalian tidak memiliki rumput yang bagus untuknya?"

Mereka minus Raden Patah menganga lebar melihat kuda putih itu masuk ke dalam rumah. Zahra nampak tenang tanpa rasa bersalah telah mengotori lantai di rumah. Tan berdiri--merangkul Zahra membawa serta Hans--kudanya untuk keluar.

"Bibi, kudaku butuh makan."

"Ibu, panggil aku Ibu!" Tan tersenyum mengelus rambut Zahra. "Aku tau dimana rumput bermutu ditanam."

"Kasihan Hans. Dia terlihat tidak baik setelah memakan rumput perkarangan rumah kalian."

Tan melirik Arya yang hampir menyemburkan minum ke depan. Pasti ulah suaminya yang telah memberikan obat racun agar rumput liar lekas mati dan mudah untuk dibersihkan.

"Kudamu akan segera baik-baik saja." Iya, karena racun itu terbuat dari bahan alami dan tidak memiliki efek kuat jika tidak sengaja terkonsumsi. 

"Bib--Ibu, boleh aku bertanya sesuatu?"

"Nanti dulu. Sekarang, lepaskan kudamu ke kebun Arya." 

Zahra menurut. Hans berlari dan langsung memakan buah-buahan yang tertinggal di kebun. Nampaknya, buah-buahan disana baru saja dipanen. Kembali kepada Tan mereka berjalan menuju rumah. Keduanya memang belum sempat sarapan karena urusan Hans tadi.

"Jadi, kamu ingin bertanya apa?"

"Ibu mengenalku sebelum aku datang ke sini?" Zahra menoleh ke samping. Ia melihat Tan tengah tersenyum hangat kepadanya.

"Jika Ibu mengatakan iya bagaimana?"

"Aku akan meminta Ibu menceritakan Kinara kepadaku. Kenapa dia disebut jahat dan menjadi sebuah aib bagi kerajaan Majapahit. Ibu tau kan? Keluargaku dibunuh oleh mereka karena keberadaan gadis terkutuk ini." Tangannya bergetar gugup. Zahra merasakan sentuhan hangat dari tangan Tan yang menyentuh.

"Kita sarapan dulu, ya?"

"Tapi--"

"Jangan memaksakan diri untuk berpikir lebih keras. Manusia makhluk biasa yang memiliki batasan saat bekerja."

"Baik, Ibu."

***

Selesai menyantap sarapan pagi Zahra membantu Tan merajut di teras rumah. Walaupun terlihat sudah berumur namun Tan cekatan memasukkan jarum ke tiap pola di atas kain rajut. Merasakan seseorang memperhatikan terlalu dalam akhirnya Tan meletakkan rajutannya di atas dipan. Zahra tercekat usai mendapati senyuman Tan. Ia tertangkap basah tidak melakukan apapun selain menggagu konsentrasi Ibu dari Jinbun.

"Kinara itu pemain musik terhebat yang pernah kukenal." 

"Ha?" Zahra mengangkat kepala--menatap Tan bersungguh-sungguh. "Ibu mengenal Kinara dengan baik?"

"Tidak juga. Dulu, Ibu mengenalnya karena Raja sering meminta Kinara menjamu para tamu di kerajaan."

"Lalu, bagaimana Ibu dapat mengenalnya?"

"Dia yang menolongku ketika aku sedang mengandung Jinbun, nama kecilnya si Raden Patah."

"Menolong? Yang seperti apa dia lakukan?"

"Tan menggantikan posisiku ketika aku menghadiri pesta jamuan di rumah salah satu petinggi Majapahit. Mereka, yang saat itu sangat tabu dengan Islam begitu membenci kehadiranku. Kinara tau, jika aku sedang mengandung saat itu dan dia berusaha membujukku agar tidak datang."

Zahra memperhatikan senyum Tan yang nampak sendu. Dia meraih tangan Zahra, membelainya perlahan dengan mata yang berkaca-kaca.

"Tidakkah kau ingat itu, Kinara?"

"Apa maksud Ibu?"

"Jika saja aku tidak--" Tan menahan suaranya. Raden Patah keluar dari rumah menghampiri mereka yang sedang merajut. "Patah? Ada apa?"

"Ibu sedang membuat pakaian untukku atau siapa?"

Zahra memperhatikan beberapa kain jadi yang diletakkan di atas keranjang rotan. Nampak beberapa pakaian mungil disana.

"Tidak mungkin untukmu atau Husain." Zahra mengeluarkan opini. Dia melirik Tan yang terdiam di tempat.

"Itu, untukmu." Tan menyerahkan isi keranjangnya pada Zahra. Tentu, hal itu mengundang kebingungan yang luar biasa. "Jika kau nantinya sudah menikah, aku ingin kau menyimpannya untuk anakmu."

Sedetail itu Tan memperkirakan kedatangan Kinara? Zahra tidak mengerti apa yang sedang terjadi di masa lalu Kinara. Ia bukanlah sosok sebenarnya dari jiwa yang mendiami raga ini. 

"Terimakasih, Ibu. Dan satu lagi! Aku akan membawa Zahra ke Ampeldenta besok pagi. Apakah Ibu mau memberikan pakaian hangat untuknya?"

"Tentu!" Membelai pipi Zahra dengan lembut, Zahra dibuat canggung oleh perhatian keluarga Raden Patah. Tan masih membelai wajahnya, hingga beberapa detik kemudian ia memeluk Zahra dengan hangat.

"Aku akan sangat bahagia dapat bertemu denganmu."

"Terimakasih," kata Zahra, canggung. 

Raden Patah membiarkan ibunya bersama Zahra sejenak. Sebelum ia akan memboyong Zahra pergi ke tempat dimana para walisongo berkumpul dan belajar. Disana, akan banyak dijumpai para penyebar ajaran Islam terkemuka di tanah Jawa.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • LORO   63 : Mengangkut Ingatan Tentangmu

    Ant turun dari mobil. Berjalan ke samping dan membukakan pintu untuk Zahra. Keduanya berjalan masuk ke palataran Masjid. Ant sedikit ragu dengan tatapan Zahra yang nampak menyedihkan. Bahkan gadis itu kini menitihkan air mata tanpa sebab. Ant pun membiarkan Zahra berkeliling seorang diri. Gadis itu seperti orang yang baru saja ditinggalkan kekasih.Zahra terdiam beberapa menit. Ia menyapu wajahnya dengan tangan. Namun, perlahan bayangan seseorang hadir di kepalanya. Dia seorang pria, tersenyum dengan bajunya yang berkibar di terpa angin.Zahra mengirup napas sesak. Ia kembali melihat pria yang sama. Ia menarik tangan seorang wanita ke atas kuda. Saat melihat wanita itu Zahra terhenyak. Itu dirinya! Napas Zahra semakin terdengar lirih. Ia terjatuh dan membuat Ant terkejut hebat."Zahra!

  • LORO   62 : Beku dalam Mimpi

    Angin menyisir dedaunan dengan lembut. Membawa sehelai daun kering ke arah jendela yang terbuka. Meniupnya ke atas tubuh yang terbaring lemah di atas ranjang putih. Suara mesin peralatan medis berbunyi lembut. Menghantarkan suasana hening sesaat sebelum seorang lelaki sampai membuka pintu. Ia menutup pintu kembali. Membawa sebuah buku dan duduk di sebelah perempuan yang sedang terbaring itu."Ra, aku bawa komik kesukaan kamu lagi, nih. Edisi terbaru dari komik kemarin yang aku bacain." Lelaki itu terdiam beberapa saat. Ia mengambil sehelai daun kering yang menempel di atas selimut. "Bahkan kamu masih enggak mau buka mata walaupun udah aku bawain semua yang kamu suka."Ant, sahabat Zahra yang selalu setia menjenguk Zahra setiap minggunya di rumah sakit. Ia tidak tau apa yang terjadi dengan gadis itu setelah kejadian tiga bulan yang lalu.

  • LORO   61. Akhir Kesedihan

    Siang itu matahari bersinar dengan terik. Entah ia sedang labil atau kah bumi yang sedang bimbang? Baru saja ia menurunkan air bah yang datang dengan derasnya. Kini ia menghujani permukaan dengan sengatan yang terasa panas. Bahkan tanah yang basah pun kering dengan cepat. Sulit menemukan jejak jika barusan di tempat itu hujan turun beberapa jam yang lalu.Bahkan tubuh Zahra kini sudah mengering. Ia merasa normal kembali ketika sengatan matahari menyentuh kulit. Ia terjatuh di antara dedaunan kering. Bibirnya sangat pucat dan pecah di beberapa tempat. Ia kehausan, tak dapat berjalan, hingga akhirnya menutup mata sembari terbaring di bakar sinar matahari."Apakah kau ingin pulang?" Zahra membuka matanya perlahan. Ia menyipit, namun masih dapat melihat dengan jelas siapa o

  • LORO   60 : Tusukan Pedang dalam Perang

    Orang lain sering berkata jika hidup ini tak pernah pasti. Namun mereka lupa jika ada Dzat yang sudah menentukan garis takdir di hidup tiap insan. Kita lalai, tak acuh, menganggap segalanya dapat kita kendalikan. Lantas, apa yang dapat kita buat untuk bangkit dari kenyataan yang tak diinginkan? ~ZAHRA~Hujan turun dengan deras. Membelah dedaunan lebat. Menepis angin yang bertiup kencang. Zahra duduk di bawah pohon besar. Ia tidak sedang berteduh. Hanya lelah untuk melangkah. Pandangannya kosong, ia tak dapat mengeluarkan air mata lagi.Zahra menatap tangannya , melihat bayangan putih di sana. Tepat dua jam yang lalu setelah ia memutuskan pergi dari kawasan Demak satu-persatu bagaian tubuhnya mengalami perubahan. Ia tak dapat merasakan sakit ketika terjatu

  • LORO   59 : Yang Paling Berarti Untukku

    Aku berkaca pada dunia. Tentang kenangan yang ia bawa. Menyimpan cerita di balik luka. Menghapus luka pada rintik hujan yang ia tinggalkan. Mengajarkanku tersenyum dengan menengadah ke atas langit. Dunia yang luar biasa dengan segala isinya. Allah menuntunku dalam dunia ini. Mengajarkan ku banyak hal tentang arti mencintai. Juga melepaskan serta mengikhlaskan. Allah tahu apa yang ada di balik senyumku. Mendekapku yang diam ketakutan pada ketidakmampuan.Kini aku mencoba berdiri. Berlari ke tempat yang ku mau. Jika aku butuh, aku takkan berlari ke muara hatinya lagi. Cukup Allah yang menjagaku. Tiada tempat yang paling aman selain disisinya.Jujur, jika aku tak percaya pada Allah, sudah sejak dulu aku tak mampu. Aku lemah, hidup dalam am

  • LORO   58 : Memperjuangkan Rasa ini dan Negara ini

    Sang singa membawa Zahra mendaki bukit. Ia berlari sangat kencang. Bahkan hewan yang sedang melintas bergegas menyingkir. Rambut Zahra berkibar mengikuti arah angin. Ia tidak tahu kemana singa itu membawanya. Namun ia telah terlanjur memberikan kepercayaan kepada singa tersebut.Perlahan singa itu mulai bergerak lebih lambat. Zahra mengerutkan kening, perasaan was-was hinggap di hatinya."Aku mencium aromanya," kata singa. Zahra turun dari atas tubuh sang Singa. Ia mengelus rambut singa itu dengan lembut. "Jangan perlakukan aku seperti hewan lainnya. Kau tidak ingin menyesal, bukan?"Zahra mencebik. Namun ia terperangah ketika melihat tangannya berubah tembus pandang. Zahra meraih tangan kanannya, kemudian tangan itu mulai kembali ke bentuk semula.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status