Share

-NAIK!-

Penulis: Rinkania
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-11 14:00:00

"Nah bener Liv, anggep aja kita tuh temen lo. Karena mulai hari ini kita temenan yah. Gila aja sih, kalo ga temenan sama cewe cakep kaya gini," serobot Iqbal.

Betul-betul yah, sikapnya yang pecicilan itu membuat suasana menjadi kacau. Hari ini saja, sudah sukses membuat schedule Rafael berantakan. Dan semua ekspentasinya benar-benar jauh dari reality. Iqbal tersenyum manis merayu Livia, membuat Livia membalas senyumanya.

"Hah, tipe-tipe buaya nih!" kekeh Livia.

Lagi-lagi Rafael dibuatnya kesal, dia menghalangi wajah Livia dengan buku kecil agar Iqbal tidak melihat Livia, juga Livia tidak membalas senyuman Iqbal itu.

"Iya temenan boleh, tapi sikap lo itu, gausah di keluarin ya!" ujarnya dengan nada di tekan kembali.

Livia memperhatikan Rafael, tersenyum tipis melihat tingkah Rafael hari ini. Terlihat begitu jelas Rafael tidak menyukai Livia yang memberikan senyuman itu pada Iqbal.

"Sama gue?" tunjuk Aka.

"Gausah kenalan yah, kalo ga kenal tuh tega banget," sambungnya.

Aka sedikit berbeda dari beberapa tahun lalu, untuk waktu yang lama ini. Dia merubah sikap ke kanak-kanakannya menjadi orang yang sangat datar. Kadang kala sikap aslinya keluar, setiap dia tidak di tumpuki oleh berbagai tugas yang menghadang.

"Aka, ko jadi gini?" tanya Livia heran.

"Kenapa? Gue ganteng yah?"

"Bukan, lo jadi so cool gitu. Padahal waktu dulu, pas minta jadi temen Rafael ga gitu?"

Aka benar benar terkejut mendengar semua itu, waktu itu sikapnya benar-benar memalukan. Untuk menjadi teman Rafael saja, dia rela memberikan contekan yang dia kerjakan satu malam penuh karena susahnya soal fisika itu.

"Sumpa, gue pengen nangis Liv!" Aka menyandarkan kepalanya pada punggung sofa.

Sekilas masa lalu suram itu mengingatkan Aka untuk sampai bisa berteman dengan Rafael sejauh ini. Namun, semuanya tidak sia-sia, dia dapat menemukan teman dengan solidaritas yang sangat penuh, dan menjadikan hal itu indah.

"Tapi gapapa, gue ikhlas ko." sambungnya antusias mengangkat kepalanya.

"Udalah gausah dipikirin dong. Kan lo anaknya baik," jawab Rafael, menepuk pelan pundak Aka.

"Terus-terus, Rafael kenal Iqbal dari mana?" tanya Livia penasaran.

"Kan, lo ga pernah tuh nyeritain dia ke gue?"

"Anak ini? Dia temen SD gue. Emang sih waktu itu dia lagi sibuk, tapi sesekali sering main ke rumah gue. Gue ga mau nyeritain temen kaya dia sih, jadi gue umpetin. Eh tau-tau dia nongol gitu aja dan sksd sama Aka ya gitudeh," jelas Rafael panjang lebar.

Malam itu menjadi malam yang indah bagi mereka, bercerita juga mengobrolkan hal yang sebenarnya tidak jelas. Sampai tidak terasa malam sudah semakin gelap, Livia memutuskan untuk kembali pulang ke rumahnya. Mengistirahatkan badannya yang belum sempat berbaring.

"Udah lama banget yah, gue kangen kamu ranjang ku!" gumam Livia mengelus ranjangnya tersenyum.

Pejam mata Livia karena rasa cape dalam tubuhnya membuat dia tak menyadarinya sama sekali. Dia terus terhanyut dalam mimpinya yang indah, namun di sela keindahan mimpi-mimpi itu. Bayangan kejadian beberapa tahun lalu datang kembali di akhir mimpinya itu. Mimpi tentang keluarga indahnya yang tiba-tiba menjadi berantakan.

Seketika Livia mengangkat badannya duduk, Menompang wajahnya, hingga memberikan helaan nafas berat yang hampir menjadi rutinitasnya saat bangun tidur. Dia menggeser gordeng panjangnya agar sinar matahari pagi dapat mengenai wajahnya kini.

Suara nyaring berasal dari smartphone itu, membuatnya dengan segera memeriksa apa yang terjadi. Terlihat jelas kontak dengan nama 'FROG' hendak menelpon nya. Livia segera menggeser layar hijau itu menandakan akan terhubungnya suara diantara mereka.

"Halo?" ujar Livia.

"Vi, ayo jogging! Udah lama banget gue ga jogging," ajak Rafael dengan sedikit nada memaksa.

"Yauda, ayo. Nanti ketemu di tempat aja ya," jawabnya memutuskan panggilan, tanpa mendengarkan kalimat terakhir Rafael di dalamnya.

"Ih, anjim, belum juga selesai ngomong!" kesal rafael menggebu-gebu.

Namun, jika diingat kembali akhirnya dia bisa menghabiskan waktu kembali bersama Livia. Tidak dapat dipungkiri, semua itu benar-benar membuatnya bahagia.

*

Taman yang indah dengan beberapa soronat ultraviolet membuatnya sangat aesthetic. Livia yang sedari tadi dibuat menunggu oleh Rafael, batang hidungnya saja tak kunjung ia tampakkan.

Setelah beberapa menit Livia menunggu dan melakukan pemanasan kecil, akhirnya Rafael tiba.

"Lama banget sih Mas Frog. Lo loncat ya dari rumah kesini?" decak Livia melihat Rafael yang benar-benar santai saat berjalan menuju ke arahnya.

"Ya maaf, yu jogging," ajaknya.

Mereka akhirnya mulai berlari kecil berdampingan. Kadang kalanya Rafael yang manja mulai menyentuh hingga menggandeng tangan Livia sembari berlari. Semua itu, membuat orang-orang memperhatikan mereka dengan tatapan manis.

'Ah Rafael kenapa sih, gue malu'  pikir Livia menggerutu.

Livia yang tidak tahan karena harus menahan malu akhirnya melepaskan tangan itu dan berlari sedikit lebih cepat dari Rafael. Dia memberikan ejekan dengan raut wajah yang membuat Rafael mengejar.

Kejaran demi kejaran itu seakan terjadi di serial drama. Seorang kekasih yang sedang falling in love memang kadang merasa dunia ini hanya milik mereka berdua. Sudah 10 putaran mereka terus berlari-larian saling mengejar, entah Livia yang di kejar Rafael ataupun sebaliknya. Mereka kini memutuskan untuk beristirahat sejenak.

"Gue beli minum dulu ya, Liv," ucap Rafael meninggalkan Livia. Livia hanya mengangguk.

Dengan cepat Rafael membeli minuman itu, dan kembali. Namun, saat kembali, Rafael di kagetkan dengan wajah Livia yang memucat.

"Lo kenapa?" Kini Rafael membuat Livia samar-samar mendengar pertanyaannya. Dia menoleh perlahan memperhatikan Rafael.

"Gapapa ko," jawabnya menggeleng.

Pandangan itu sepertinya mulai kabur, semua debu mulai terlihat seperti percakan benang putih yang melayang. Dengan posisi duduk saja Livia tidak mampu menjaga keseimbangannya. Kepalanya mulai jatuh pada bahu Rafael. Panik, Rafael mulai panik tidak tahu kenapa Livia bisa menjadi seperti ini.

"Kamu kenapa? Ini minum dulu," ujar Rafael memberikan air mineral, merangkulnya juga membantu Livia untuk minum.

"Gue lupa makan Raf, kemarin gue ketiduran karena, cape." lirih Livia.

Rafael yang mendengarnya saja hampir-hampiran ingin memarahinya. Dia ingat betul, kemarin Livia hanya memakan makanan ringan seadanya di rumah, itu karena stok makanan telah di habiskan oleh Iqbal dan Aka.

"Aduh Liv, gue minta maaf ya. Gue kemarin ga ngasih lo makan," ucapnya memperhatikan wajah Livia yang sangat pucat.

"Gapapa ih, lagian gue bukan anak lo. Ngapain ngasih makan ke gue?" tanya Livia datar, di saat seperti ini saja nada lelucon yang keluar dari mulut Livia dengan santainya keluar begitu saja.

"Gagitu juga Liv, yaudalah buat sekarang kita nyari makanan dulu,"  Ucapnya memberi tawaran pada Livia.

Livia mengangguk mengikuti arahan Rafael, dia menegakkan badannya berusaha untuk berdiri. Namun Rafael sudah memberikan posisi jongkok di hadapannya.

"Naik!" Pinta nya tanpa basa-basi.

"Hah?!"

.............

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • LOVE A FRIEND   -SMA-

    "Ya udah, gausah sedih. Makan siang nanti kaka traktir yah, makan yang banyak biar cepet gede. Nanti bisa aku akuin buat jadi pacar aku!" terkekehnya Alvaro sambil mengatakan semua itu. Dia mencubit pipi Livia perlahan, menyalipkan rambut panjang Livia pada telinganya.Livia menatap Alvaro kesal, dia pasti tau alasan Livia tidak menjawab. Hingga membuatnya berusaha menghibur Livia kini."Curang! Ka Al itu selalu tau isi hati aku," Livia mulai melipat bibirnya kecewa.Alvaro kembali terkekeh melihat ekspresi yang Livia keluarkan."Makannya, jadi orang jangan mudah di tebak dong!" lontar Alvaro.Livia menyergitkan keningnya mengerut. "Nggak. Cuman kamu aja yang bisa baca. Bahkan Papa aku sendiri ga bisa baca pikiran aku," Livia menampilkan wajahnya yang kembali suram. Alvaro mengangkat dagu Livia, mata mereka mulai berkontak saling menatap."Dengan cara ini aku bisa yakinin hati k

  • LOVE A FRIEND   -ALVARO-

    Pagi yang indah melupakan kesunyian yang telah terjadi di malam itu. Semuanya seperti kembali seperti sedia kala. Iqbal yang kembali dengan kekakuannya seperti biasa."Ka, masa kemarin Rafael kalah sampe 3 kali lawan gue. Gila noob banget kan dia?"ejek Iqbal yang berhasil mengalahkan Rafael saat main game.Aka yang sedang melahap segala makanan ringannya mulai terkekeh. "Kerakukan apa, lo bisa ngalahin Rafael? Biasa kan, lo yang noob?"Kenyataan pahit itu dapat sekaligus mematahkan kegembiraan dalam diri Iqbal. Dia melemparkan buku ke arah Aka."Jangan ngungkit masa lalu dong. Kan sekarang gue yang menang!""Udalah, kalau sama-sama noob gausah berantem kaya gitu," serobot Rafael.Seenaknya sekali dia berbicara semacam itu. Kini diantara Aka dan Iqbal saling memberikan kode dan berbicara melalui naluri mereka sebagai sahabat.'SERANG' tunjuk Iqbal dengan me

  • LOVE A FRIEND   -SENYUM BEBEK-

    Dafa memperhatikan Livia yang tengah menertawakan dirinya. Bisa-bisanya seseorang yang baru saja bertemu dapat melakukan hal semacam ini. "Jadi, lo jadiin gue bahan percobaan?" kesal Dafa memelotot."Heem," jawab livia yang tengah memakan bubur buatan Dafa dengan nikmat."Kan gue ga kenal sama lo, gue harus hati-hati dong!" sambungnya."Ck. Gatau terimakasih banget ya jadi orang," Decak Dafa dengan jengkel."Jaga diri itu penting. Ada seseorang yang selalu ngingetin gue tentang itu." papar Livia.Dia terus memakan bubur yang Dafa buat untuknya sampai habis tak tersisa. "Makasi yah," ujar Livia setelah selesai memakan buburnya, dia meraih teh manis panas yang ada di sampingnya."Yauda, kayanya lo udah baikan deh. Gue balik dulu yah."Livia mengangguk, dia hendak mengantar Dafa untuk keluar dari apartemen mil

  • LOVE A FRIEND   -AYO BUKA MULUTNYA-

    "Jangan pergi lagi ya, Raf!" pinta Clara.Waktu yang mulai begitu larut membuat suasana semakin sunyi. Clara terus memeluk erat Rafael sambil memejamkan matanya. Rafael berusaha menenangkan gadis itu, berusaha agar dia dapat kembali tenang. Setelah beberapa menit berlalu begitu lama, akhirnya Clara berhasil tenang. Rafael membawanya agar bisa duduk di kursi yang berada di ujung jalan."Gue pesenin taksi yah," ucap Rafael.Clara menggeleng perlahan."Gue pengen kaya gini. Sebentar lagi Raf," kepalanya kini ia sandarkan tepat di bahu Rafael, dia memeluk lengan kanan Rafael.Getaran dalam gadgetnya kini mulai terdengar. Rafael dengan segera menggerogoh mencari-cari keberadaan ponselnya kini. Dia mendapati panggilan suara dari Iqbal.'Iqbal? Jarang banget dia telepon gue malem malem,' pikirnya.Dia menggeser emoji untuk mengangkat telepon itu, mengayunkan gadgetnya agar s

  • LOVE A FRIEND   -TIARA BACK-

    "Gue mampir aja deh ke apartemen Papa. Gara-gara jadwal padet gue belum sempet ketemu sama dia," gerutu Livia.Dia berniat berkunjung ke mana tempat Rama berada.Kini Livia tepat berada di depan pintu masuk kamar Rama. Pintu apartemen itu sedikit terbuka, membuat Livia masuk tanpa mengetuknya."Paaaa. Livia nih!" panggil Livia.Baru saja kakinya hendak dia masukkan, namun pemandangan tidak mengasikkan terlihat oleh lensa matanya. Livia memejamkan matanya, berharap semua itu hanya mimpi buruk yang datang menghantuinya. Namun setelah di perhatikan dengan benar, kejadian itu kini mulai terulang kembali. Wanita paruh baya itu sedang duduk dipangkuang Rama. Kejadian itu sangat membuat hatinya hancur, klise masa lalu yang menyakitkan terulang kembali di depan matanya."Pa. Kenapa lakuin hal ini lagi?" Dengan kekesalannya Livia memasuki ruangan yang selama ini Rama tinggali."Papa. Lagi ngapain?" sentak

  • LOVE A FRIEND   -MOVE ON-

    Tepat semenjak Livia kembali meninggalkan Rafael. dia kembali menjadi orang yang pemurung, dan sangat datar terhadap siapapun. Rafael seperti disulap begitu saja, sikapnya berubah dengan sekejap. Sama seperti awal permulaan Livia yang meninggalkan Rafael pada masa SMA. "Bal. Lo, ngerasain kan sikap Rafael yang kaya dulu? Dia jadi pemurung setiap kali Livia pergi," ujar Aka sembari memasukan makanan ringan pada mulutnya. "Hah. Gue ngeh ko, tapi mau gimana lagi. Emang kehilangan sesuatu yang berharga itu bener-bener berat. Lo tau kan seberapa keras dia jalanin hidup sampe bisa bertahan kaya gini?" jawab Iqbal yang sedang asik memainkan stik PS nya itu. "Nah, gue denger cerita masa lalu dia aja ga nyangka. Ko bisa orang yang di kira perfect sama orang lain punya masalah hidup segitu besar?" "Dia hebat. Walaupun dia terpuruk dia bisa bangkit lagi. Emang ga gampang lewatin semua itu, cuman setau gue dia mulai bangkit lagi pas dia kenal sama Livia, mungkin

  • LOVE A FRIEND   -WHY?-

    "Raf, lo kenapa sih kemarin malah tinggalin gue. Mana bilang gue yang bantu cewe itu?" protes Iqbal mengingat dua hari lalu yang telah Rafael lakukan.Rafael mengaduk minumannya pelan, dengan wajahnya yang datar tanpa ekspresi."Gue ga kenal siapa cewe itu. Dan gue gamau berhubungan sama cewe lain. Males!" jawabnya datar."Tapi Raf, bener-bener deh. Gue canggung banget, dan lagi dia kemarin nanya ke gue. Kayanya dia inget deh, kalo lo yang bawa dia,""Ga peduli ah!" acuhnya tidak mau tau.Rafael betul-betul acuh jika mengenai wanita manapun, seperti tidak ingin berurusan dengan mereka. Wajah datarnya sudah menjelaskan semuanya. Tertahan semua pertanyaan Iqbal, dia mengurungkan semua apa yang ingin dia tanyakan."Yauda deh.""Rafel?" panggil Clara yang ternyata sedari tadi berada di belakang Rafael.Rafael melirik heran,

  • LOVE A FRIEND   -CLARA-

    "Ge, ngapain disitu?" tanya Aka yang baru saja merapihkan badannya.Gea yang panik hanya membuat alasan klasik yang tengah dia pikirkan."Nggak, gue nyari angin aja ko," jawabnya.Aka benar-benar tak percaya, dia menggeleng dan mulai bertanya dengan senyum gelinya."Jangan-jangan, lo ngintipin mereka yah?" lontar Aka.Gea benar-benar dibuat panik oleh Aka. dia bingung mengenai apa yang harus dia katakan."Hah? Siapa? Gue?" jari telunjuknya kini menunjuk ke arah dirinya."Iya, lo nguping kan dan merhatiin mereka?""Hah engga. Buat apa kaya gitu?" ujar Gea mengelak."Hha. Gue tau ko," Aka mulai terkekeh tanpa suara, menertawakan Gea.Semua tebakan Aka sangat mengenai hati Gea, semua itu sukses membuat Gea kesal.'Ngapain sih anak ini? Kenapa tiba-tiba so paling tau?' keluh Gea dalam hatinya.

  • LOVE A FRIEND   -CEMBURU?-

    Pagi telah datang, percakapan berat tadi malam itu berakhir begitu saja. Semua kecemasan Rafael kadang menghilang begitu saja, namun juga kembali ketika dia menginginkannya. Iqbal berhasil memberikan saran terhadap Rafael, semua itu membuat Rafael dapat berfikir jernih. Kini Aka terlihat bangun terlalu dini, dia mulai membangunkan Rafael yang tengah tertidur pulas."Raf, Rafael! Bangun dong, jogging yu!" teriak Aka membangunkna Rafael."Iya Liv, ayo," jawab Rafael meracau.Aka benar-benar keheranan di buatnya. Dia memukul Rafael, agar dia segera bangun dari ranjangnya."Gue Aka anjim, ko Livia sih? Bangun ga!" Aka menarik paksa lengan Rafael berniat mendudukan Rafael yang tengah tertidur.Rafael benar-benar dibuat kaget, dia kesakitan saat Aka menarik lengan kanannya. Dia membuka matanya, melihat Aka yang sedang berusaha membangunkannya."Heh anjim lo?" teriak Rafael yang baru saja terbangun dari tidurnya.Dia benar-benar kaget, bagai

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status