Home / Romansa / LOVE AND POSSESIVE / MEMULAI PERMAINAN

Share

MEMULAI PERMAINAN

Author: Catatan Ayra
last update Last Updated: 2021-05-02 22:34:53

Audrey menjalani hari-hari tenangnya, Audrey berkuliah seperti biasa, belajar bersama Xander di perpustakaan. Hari ini akan ada seminar tentang bisnis, dengan narasumber pengusaha sukses yang namanya dirahasiakan. 

"Audrey! Ayo," ajak Xander seraya membantu membawakan tumpukan buku ditangan Audrey lalu menggandengnya masuk ke dalam aula. Sebuah mata memandang tajam kepada Audrey dan Xander dari balik jendela Aston Martin. 

Audrey dan Xander duduk di kursi barisan paling depan. Sesekali Xander memperlihatkan ponselnya kepada Audrey untuk memperlihatkan video-video lucu. Mereka nampak tersenyum bersama dengan bahagia. 

Sepasang mata yang menatapi mereka tadi merasa tidak senang hati, "Arthur!" panggil Stefan. 

Stefan membisikan sesuatu kepada Arthur, "baik Tuan," jawab Arthur. 

Seminar pun dimulai, setelah sambutan pidato rektor dan ketua panitia. Maka narasumber pun dipanggil ke atas panggung.  Audrey yang sedang tersenyum tetiba terdiam melihat Stefan yang berdiri di podium. 

"Dia," ujar Audrey. 

"Xander aku lupa, jika hari ini aku ada jadwal kerja paruh waktu," ujar Audrey seraya berdiri meninggalkan kursinya bergegas keluar dari aula universitas mereka. 

Stefan memandang ke arah Arthur, mengerti tatapan tuannya Arthur pun segera mengejar Audrey. 

"Nona!" sapa Arthur. 

"Jangan halangi aku!" ujar Audrey. 

"Aku tidak berhutang apa-apa kepada kalian," jawab Audrey keras. 

"Benarkah?" tanya Stefan. 

Audrey berbalik, lalu melihat Stefan tengah berdiri dihadapannya. 

"Memecahkan wine koleksiku, lalu menyiramku dengan air," ingat Stefan. 

"Katakan bagaimana cara kau membayarnya?' tanya Stefan. 

"Aku tidak berhutang apa-apa padamu," jawab Audrey dengan tegas. 

Xander mengejar Audrey, "Ada apa ini?" tanya Xander. 

"Tuan Wyatt apakah ada masalah?" tanya Xander lagi. 

"Tidak ada apa-apa, sebaiknya kita pergi dari sini," ajak Audrey kepada Xander.

"Aku ingin dia!" perintah Stefan kepada Arthur. 

"Baik Tuan saya akan mengaturnya," jawab Arthur.

"Apa yang terjadi?" tanya Xander. 

"Tidak ada," jawab Audrey. 

"Aku harus bergegas," ujar Audrey seraya berlari kecil meninggalkan Xander. 

"Ini mengapa dimana-mana ada dia," pikir Audrey. 

Audrey segera kembali ke Apartemenya, karena merasa lebih aman disana. 

"Dia itu seperti hantu ada dimana-mana," pikir Audrey. 

Baru saja Audrey ingin merilekskan tubuhnya di atas sofa mungilnya, bel pintu pun berbunyi. Audrey membuka pintunya dan terheran melihat Arthur berdiri di depan pintunya itu. 

"Silahkan duduk," ujar Audrey. 

Arthur duduk lalu membuka sebuah berkas, "Nona silahkan tandatangan, ini adalah perjanjian pelunasan hutang," jelas Arthur. 

"Perjanjian?" tanya Audrey. 

"Ya, untuk pelunasan hutang Nona kepada Tuan Wyatt, cukup tinggal bersamanya selama satu tahun. Setelah itu hutang Nona akan terhitung lunas," ujar Arthur. 

"Katakan pada Tuanmu, tidak semua wanita ingin bersamanya dan menyukai uangnya, soal hutang aku pasti akan mencicil melunasinya meski itu akan menghabiskan waktu seumur hidupku," jawab Audrey dengan tegas. 

"Silahkan Tuan," ujar Audrey seraya membukakan pintu untuk Arthur tanda bahwa dirinya sudah tidak diterima lagi oleh Audrey. 

"Aku akan meninggalkan surat perjanjian ini disini," ujar Arthur. 

"Percayalah Nona, kau pasti akan menandatanganinya," ujar Arthur. 

"Ada apa dengan otak pria itu, apakah baru tersepak keledai," pikir Audrey kepada Stefan. 

"Sakit jiwa," hujat Audrey. 

Keesokan harinya Audrey merasa kesulitan menghubungi Mia juga Xander, ada apa dengan dua orang ini mengapa sulit sekali dihubungi. 

Audrey pergi ke perpustakaan untuk mencari Xander namun tidak bisa menemukannya.  Audrey bertanya kepada  salah satu teman Xander. 

"Apakah kau melihat Xander?" tanya Audrey. 

"Apa kau belum mendengar beritanya, dalam satu malam bisnis keluarganya menuju kebangkrutan, entah mereka sudah menyinggung siapa," ujar teman Xander itu. 

"Apa? bangkrut," pikir Audrey. 

Audrey mencoba berkali-kali menghubungi Xander juga Mia namun tetap tidak mendapatkan jawaban. Audrey segera saja memanggil taksi dan melaju ke rumah Audrey. 

Melihat ada ribut-ribur Audrey segera bergegas masuk ke rumah Mia. Audrey terkejut melihat rumah Mia berantakan di sana sini. 

"Mia, ada apa ini?" tanya Audrey. 

"Mereka menuduh papa-ku menggelapkan dana bisnis," jawab Mia. 

"Apa itu tidak mungkin!" ujar Audrey. 

"Papa-mu adalah orang terjujur yang pernah kutemui," ujar Audrey lagi. 

Ketika Audrey sibuk menenangkan Mia, ponsel Audrey berdering, melihat nomor tak dikenal pada awalnya Audrey mengabaikannya, namun nomor tersebut berkali-kali menghubungi Audrey, akhirnya karena merasa terganggu, Audrey pun menjawab panggilan masuk tersebut.

"Halo," jawabnya. 

"Nona Audrey apakah sudah menandatangani surat perjanjiannya?" tanya Arthur. 

"Sudah kukatakan tidak akan pernah menandatangani perjanjian itu, jadi jangan buang waktumu," ujar Audrey. 

"Baik Nona, waktu semakin berjalan begitu juga waktu untuk teman-temanmu," ujar Arthur. 

"Apa maksudmu?" tanya Audrey. 

"Bukankah kau sedang melihatnya," jawab Arthur. 

"Maksudmu …." ujar Audrey tertegun sesaat. 

"Ya semua keadaan ini tergantung dengan keputusan Nona," jawab Arthur lagi. 

"Baiklah Nona, kita sudahi sambungan telpon ini, harap Nona memutuskan dengan bijak," ujar Arthur lagi. 

Audrey berdiri dengan tatapan nanar melihat Mia dan keluarganya, "Mia ada hal yang harus ku kerjakan, kau tenanglah semua pasti akan baik-baik saja," janji Audrey. 

Audrey segara saja kembali ke apartemennya, mengambil surat perjanjian tersebut dan segera menuju ke Wyatt Corporation. 

"Aku di lobi," isi pesan Audrey kepada Arthur. 

Arthur meminta recepsionis mengantar Audrey ke lantai ruang CEO mereka. Audrey sedikit meragu, namum memantapkan keputusannya demi Xander dan Mia.

Arthur membawa masuk Audrey ke ruang kerja Stefan, "silahkan Nona," ujar Arthur. 

Audrey melangkah ke depan meja Stefan yang nampak sedang duduk seraya memandangi Audrey. 

Audrey mengeluarkan surat perjanjian tersebut lalu menandatanganinya tanpa membacanya. 

"Lepaskan teman-temanku!" pinta Audrey. 

"Aku sudah menandatanganinya," ujar Audrey. 

Stefan menatap Arthur, dengan cepat Arthur menghubungi seseorang melalui ponselnya dan meninggalkan ruang kerja Stefan. 

"Gadis pintar," puji Stefan sambil berjalan ke arah Audrey lalu memeluki pinggang ramping Audrey dan menciumi leher Audrey. 

"Selama perjanjian berlaku, kau akan tinggal di Villa-ku. Sesekali nanti aku akan mendatangimu, jadi jangan nakal dan tunggulah aku disana dengan patuh," ujar Stefan. 

Audrey mengepalkan kedua tangannya, menahan amarah yang membuncah di hatinya. 

"Pria ini benar-benar brengsek," Audrey merutuki Stefan dalam hati. 

"Arthur akan membawamu ke Villa, disana semua pakaian dan kebutuhanmu akan terpenuhi semua, tugasmu adalah memenuhi kebutuhanku," jelas Stefan. 

"Nona, silahkan ikuti saya," ujar Arthur yang baru saja masuk. 

"Tunggu aku disana!" ujar Stefan seraya mencium kening Audrey. 

Audrey dengan rasa patuh yang terpaksa akhirnya mengikuti langkah Arthur. Sesampainya di Villa, sudah ada beberapa pelayan yang menunggu kedatangan Audrey. 

"Tunjukan kepada Nona Audrey kamarnya!" Perintah Arthur kepada pelayan lalu melajukan kembali mobilnya meninggalkan Villa. 

Pelayan mengantar Audrey ke kamar utama, pelayan juga memperlihatkan lemari pakaian yang berisi mulai dari piyama seksi sampai dengan gaun malam, sepatu, tas dan perhiasan. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Nova Silvia
itu yg comw t akun aku yg lama
goodnovel comment avatar
Nova Vaw
jiiiirrr,,,jir a,jir b,jir c,jir gacir,,baru be²rapa bab udh halu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • LOVE AND POSSESIVE   UTUH KEMBALI

    Malam yang ditunggu akhirnya tiba. Audrey mengenakan gaun sederhana berwarna biru tua yang membingkai tubuhnya dengan anggun. Ia menatap pantulan dirinya di cermin, merasa gugup tapi juga penasaran. Apakah Stefan benar-benar berubah? Apakah ada kesempatan bagi mereka untuk kembali bersama?Ketika Audrey turun ke ruang tamu, Stefan sudah menunggunya dengan setelan jas kasual yang membuatnya terlihat lebih santai, tapi tetap memancarkan kharisma yang tak bisa diabaikan. “Kau terlihat cantik,” ucapnya tulus.Audrey hanya tersenyum kecil. “Terima kasih. Mari kita pergi.”Mereka tiba di sebuah restoran mewah yang terletak di pinggir pantai. Meja mereka berada di balkon terbuka, memberikan pemandangan laut yang tenang dengan cahaya bulan bersinar di atasnya. Stefan menarik kursi untuk Audrey sebelum duduk di hadapannya.Makan malam berlangsung dengan obrolan ringan. Stefan membicarakan tentang proyeknya, tentang sekolah Hugo, bahkan tentang hal-hal kecil yang dulu tak pernah menjadi perhati

  • LOVE AND POSSESIVE   SEPERTI SEBUAH KELUARGA

    Stefan berdiri dengan penuh wibawa di hadapan Audrey, tetapi kali ini ada sesuatu yang berbeda dalam sorot matanya, sesuatu yang lebih lembut, lebih tulus. Aura seorang ayah telah terpancar dari seluruh tubuh pria itu.“Aku ingin ikut melihat sekolah ini,” ucapnya tenang, namun tegas. “Aku ingin tahu di mana anak kita akan belajar.”Audrey masih terdiam, mencoba memahami niat di balik sikap Stefan. Dia tidak pernah membayangkan pria itu akan begitu peduli pada dirinya dan juga pada Hugo. Bahkan, dulu Stefan hampir tak menginginkan keberadaan anak mereka. Sekarang, dia berdiri di sana, seolah ingin menebus semua yang telah terjadi. Jadi tentu saja untuk percaya kepada Stefan bukan suatu hal yang mudah untuk dilakukan.Hugo yang masih dalam pelukan Stefan menatap Audrey dengan senyum polosnya. “Mama, ayo kita keliling sekolah dengan Papa!”Xavier, yang sejak tadi memperhatikan, hanya terkekeh pelan. “Sepertinya kau tak punya pilihan lain, Audrey.”Audrey menghela napas panjang sebelum a

  • LOVE AND POSSESIVE   SISI LEMBUTNYA

    Audrey terpaku di tempatnya, tangan yang memegang sendok seketika berhenti di udara. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Apa yang baru saja terjadi? Stefan, pria yang selama ini dia kenal sebagai sosok yang dingin dan penuh kuasa, tiba-tiba menunjukkan sisi lembutnya.Xavier yang duduk di sebelahnya tersenyum tipis melihat reaksi Audrey. "Aku rasa kau harus mulai terbiasa, Audrey. Sepertinya dia tidak akan membiarkanmu pergi lagi."Hugo yang tak terlalu memahami situasi hanya melanjutkan sarapannya dengan ceria. "Papa akan pulang cepat, kan?" tanyanya polos.Stefan yang sudah berjalan menuju pintu menoleh dan tersenyum tipis. "Tentu. Aku akan berusaha pulang lebih awal."Setelah kepergian Stefan, Audrey mendesah pelan dan mengusap puncak kepalanya yang baru saja dikecup oleh pria itu. Perasaannya bercampur aduk. Lima tahun lalu, Stefan bukanlah pria yang seperti ini. Sekarang, dia seperti orang yang benar-benar berbeda."Aku rasa dia masih sangat mencintaimu," komentar Xavi

  • LOVE AND POSSESIVE   AKU BERANGKAT

    Merasa ada yang menciuminya Audrey pun terbangun, membuka kedua matanya. dan merasa terkejut ketika melihat wajah Stefan sangat dekat dengan wajahnya. Mereka sama-sama saling bisa merasakan embusan nafas mereka. Tubuh Stefan menegang, ini adalah pertama kalinya mereka sedekat ini setelah bertahun-tahun. Selama kepergian Audrey, Stefan mengalami disfungsi seksual, tidak bisa berdekatan dengan wanita. Tidak memiliki hasrat sama sekali.Jadi ketika dirinya sedekat ini dengan Audrey, Tubuh Stefan bereaksi tak karuan, semua rasa ingin bercumbu menyerang kembali, datang dengan bertubi-tubi bahkan lebih besar dari sebelumnya. Tubuh Stefan mengkaku melihat bola mata Audey yang terlhat seperti manik-manik yang indah, embusan nafas Audrey seketika saja mengacaukan emosi jiwa Stefan."Maafkan aku, maafkan aku ... karena sudah membangunkanmu," ujar Stefan dengan suara gugupnya.Mereka berdua dalam suasana canggung, Audrey sedikti bangun dari posisi tidurnya, : T-tidak apa,"

  • LOVE AND POSSESIVE   PISAH KAMAR

    Saatnya kembali pulang ke Mansion, Xavier menjemput Audrey dan Hugo. Karena Stefan masih berpergian dinas luar untUk mengurus bisnisnya. Demi untuk bisa pulang cepat maka Stefan benar-benar memangkas waktu tidurnya agar pekerjaannya cepat selesai dan bisa segera kembali ke Mansion.Di Mansion, Hugo melihat-lihat tampat tinggal barunya itu, selama ini tinggal berpindah-pindah dan tinggal di desa tentu saja Hugo tidak pernah melihat Mansion sebagus itu, "Ini semua adalah milikmu," ujar Xavier yang sedari tadi memperhatikan Hugo."Ayo! Kita lihat kamarmu," ajak Xavier.Hugo pun mengikuti langkah Xavier pergi ke kamar barunya. Sementara, Audrey bersama kepala pelayan mengantarkan Nyonya Aleida melihat kamarnya, "Untuk seterusnya ini adalah kamar Nyonya!" jelas kepala pelayan."Terima kasih," ujar Nyonya Aleida dengan sopan dan menatapi kagum kamar barunya ini.Mia menarik tangan Audrey, "Apa kau sudah siap?' tanya Mia."Siap apa?" ta

  • LOVE AND POSSESIVE   KEMBALI PULANG

    Audrey berpikir jika MIa menunda pernikahannya bersama Gery, karena permasalahan dirinya dengan Stefan. Mia ini adalah teman yang setia kawan. Melihat sahabat baiknya kesusahan, mana bisa dia bersenang-senang. "Sudah tak usah dibahas tentang aku, kita bahas tentangmu saja," ujar Mia."Apa selama ini kau hidup dengan baik?" tanya Mia."ya, tidak ada yang lebih baik dari ini, bersama Hugo tentu saja baik," jawab Audrey."Tentang Stefan ..." Mia tidak berani melanjutkan perkataannya."Kita ... kita tidak usah bahas itu dulu ya," ujar Audrey.Mia pun beberapa hari menginap disini, Mia semakin akrab dengan Hugo. Mengetahui ini adalah sahabat baik mamanya maka Hugo pun dengan mudah dekat dengan Mia. Ketika hampir menjelang tengah malam ponsel Audrey berdering, itu adalah panggilan telpon dari Gery, "ada apa?" tanya Audrey."Mia ..." Gery menjawab meragu."Semenjak kau pergi, Mia menjaga jarak dengan aku/," jelas Gery.Audrey merasa s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status