Audrey menjalani hari-hari tenangnya, Audrey berkuliah seperti biasa, belajar bersama Xander di perpustakaan. Hari ini akan ada seminar tentang bisnis, dengan narasumber pengusaha sukses yang namanya dirahasiakan.
"Audrey! Ayo," ajak Xander seraya membantu membawakan tumpukan buku ditangan Audrey lalu menggandengnya masuk ke dalam aula. Sebuah mata memandang tajam kepada Audrey dan Xander dari balik jendela Aston Martin.
Audrey dan Xander duduk di kursi barisan paling depan. Sesekali Xander memperlihatkan ponselnya kepada Audrey untuk memperlihatkan video-video lucu. Mereka nampak tersenyum bersama dengan bahagia.
Sepasang mata yang menatapi mereka tadi merasa tidak senang hati, "Arthur!" panggil Stefan.
Stefan membisikan sesuatu kepada Arthur, "baik Tuan," jawab Arthur.
Seminar pun dimulai, setelah sambutan pidato rektor dan ketua panitia. Maka narasumber pun dipanggil ke atas panggung. Audrey yang sedang tersenyum tetiba terdiam melihat Stefan yang berdiri di podium.
"Dia," ujar Audrey.
"Xander aku lupa, jika hari ini aku ada jadwal kerja paruh waktu," ujar Audrey seraya berdiri meninggalkan kursinya bergegas keluar dari aula universitas mereka.
Stefan memandang ke arah Arthur, mengerti tatapan tuannya Arthur pun segera mengejar Audrey.
"Nona!" sapa Arthur.
"Jangan halangi aku!" ujar Audrey.
"Aku tidak berhutang apa-apa kepada kalian," jawab Audrey keras.
"Benarkah?" tanya Stefan.
Audrey berbalik, lalu melihat Stefan tengah berdiri dihadapannya.
"Memecahkan wine koleksiku, lalu menyiramku dengan air," ingat Stefan.
"Katakan bagaimana cara kau membayarnya?' tanya Stefan.
"Aku tidak berhutang apa-apa padamu," jawab Audrey dengan tegas.
Xander mengejar Audrey, "Ada apa ini?" tanya Xander.
"Tuan Wyatt apakah ada masalah?" tanya Xander lagi.
"Tidak ada apa-apa, sebaiknya kita pergi dari sini," ajak Audrey kepada Xander.
"Aku ingin dia!" perintah Stefan kepada Arthur.
"Baik Tuan saya akan mengaturnya," jawab Arthur.
"Apa yang terjadi?" tanya Xander.
"Tidak ada," jawab Audrey.
"Aku harus bergegas," ujar Audrey seraya berlari kecil meninggalkan Xander.
"Ini mengapa dimana-mana ada dia," pikir Audrey.
Audrey segera kembali ke Apartemenya, karena merasa lebih aman disana.
"Dia itu seperti hantu ada dimana-mana," pikir Audrey.
Baru saja Audrey ingin merilekskan tubuhnya di atas sofa mungilnya, bel pintu pun berbunyi. Audrey membuka pintunya dan terheran melihat Arthur berdiri di depan pintunya itu.
"Silahkan duduk," ujar Audrey.
Arthur duduk lalu membuka sebuah berkas, "Nona silahkan tandatangan, ini adalah perjanjian pelunasan hutang," jelas Arthur.
"Perjanjian?" tanya Audrey.
"Ya, untuk pelunasan hutang Nona kepada Tuan Wyatt, cukup tinggal bersamanya selama satu tahun. Setelah itu hutang Nona akan terhitung lunas," ujar Arthur.
"Katakan pada Tuanmu, tidak semua wanita ingin bersamanya dan menyukai uangnya, soal hutang aku pasti akan mencicil melunasinya meski itu akan menghabiskan waktu seumur hidupku," jawab Audrey dengan tegas.
"Silahkan Tuan," ujar Audrey seraya membukakan pintu untuk Arthur tanda bahwa dirinya sudah tidak diterima lagi oleh Audrey.
"Aku akan meninggalkan surat perjanjian ini disini," ujar Arthur.
"Percayalah Nona, kau pasti akan menandatanganinya," ujar Arthur.
"Ada apa dengan otak pria itu, apakah baru tersepak keledai," pikir Audrey kepada Stefan.
"Sakit jiwa," hujat Audrey.
Keesokan harinya Audrey merasa kesulitan menghubungi Mia juga Xander, ada apa dengan dua orang ini mengapa sulit sekali dihubungi.
Audrey pergi ke perpustakaan untuk mencari Xander namun tidak bisa menemukannya. Audrey bertanya kepada salah satu teman Xander.
"Apakah kau melihat Xander?" tanya Audrey.
"Apa kau belum mendengar beritanya, dalam satu malam bisnis keluarganya menuju kebangkrutan, entah mereka sudah menyinggung siapa," ujar teman Xander itu.
"Apa? bangkrut," pikir Audrey.
Audrey mencoba berkali-kali menghubungi Xander juga Mia namun tetap tidak mendapatkan jawaban. Audrey segera saja memanggil taksi dan melaju ke rumah Audrey.
Melihat ada ribut-ribur Audrey segera bergegas masuk ke rumah Mia. Audrey terkejut melihat rumah Mia berantakan di sana sini.
"Mia, ada apa ini?" tanya Audrey.
"Mereka menuduh papa-ku menggelapkan dana bisnis," jawab Mia.
"Apa itu tidak mungkin!" ujar Audrey.
"Papa-mu adalah orang terjujur yang pernah kutemui," ujar Audrey lagi.
Ketika Audrey sibuk menenangkan Mia, ponsel Audrey berdering, melihat nomor tak dikenal pada awalnya Audrey mengabaikannya, namun nomor tersebut berkali-kali menghubungi Audrey, akhirnya karena merasa terganggu, Audrey pun menjawab panggilan masuk tersebut.
"Halo," jawabnya.
"Nona Audrey apakah sudah menandatangani surat perjanjiannya?" tanya Arthur.
"Sudah kukatakan tidak akan pernah menandatangani perjanjian itu, jadi jangan buang waktumu," ujar Audrey.
"Baik Nona, waktu semakin berjalan begitu juga waktu untuk teman-temanmu," ujar Arthur.
"Apa maksudmu?" tanya Audrey.
"Bukankah kau sedang melihatnya," jawab Arthur.
"Maksudmu …." ujar Audrey tertegun sesaat.
"Ya semua keadaan ini tergantung dengan keputusan Nona," jawab Arthur lagi.
"Baiklah Nona, kita sudahi sambungan telpon ini, harap Nona memutuskan dengan bijak," ujar Arthur lagi.
Audrey berdiri dengan tatapan nanar melihat Mia dan keluarganya, "Mia ada hal yang harus ku kerjakan, kau tenanglah semua pasti akan baik-baik saja," janji Audrey.
Audrey segara saja kembali ke apartemennya, mengambil surat perjanjian tersebut dan segera menuju ke Wyatt Corporation.
"Aku di lobi," isi pesan Audrey kepada Arthur.
Arthur meminta recepsionis mengantar Audrey ke lantai ruang CEO mereka. Audrey sedikit meragu, namum memantapkan keputusannya demi Xander dan Mia.
Arthur membawa masuk Audrey ke ruang kerja Stefan, "silahkan Nona," ujar Arthur.
Audrey melangkah ke depan meja Stefan yang nampak sedang duduk seraya memandangi Audrey.
Audrey mengeluarkan surat perjanjian tersebut lalu menandatanganinya tanpa membacanya.
"Lepaskan teman-temanku!" pinta Audrey.
"Aku sudah menandatanganinya," ujar Audrey.
Stefan menatap Arthur, dengan cepat Arthur menghubungi seseorang melalui ponselnya dan meninggalkan ruang kerja Stefan.
"Gadis pintar," puji Stefan sambil berjalan ke arah Audrey lalu memeluki pinggang ramping Audrey dan menciumi leher Audrey.
"Selama perjanjian berlaku, kau akan tinggal di Villa-ku. Sesekali nanti aku akan mendatangimu, jadi jangan nakal dan tunggulah aku disana dengan patuh," ujar Stefan.
Audrey mengepalkan kedua tangannya, menahan amarah yang membuncah di hatinya.
"Pria ini benar-benar brengsek," Audrey merutuki Stefan dalam hati.
"Arthur akan membawamu ke Villa, disana semua pakaian dan kebutuhanmu akan terpenuhi semua, tugasmu adalah memenuhi kebutuhanku," jelas Stefan.
"Nona, silahkan ikuti saya," ujar Arthur yang baru saja masuk.
"Tunggu aku disana!" ujar Stefan seraya mencium kening Audrey.
Audrey dengan rasa patuh yang terpaksa akhirnya mengikuti langkah Arthur. Sesampainya di Villa, sudah ada beberapa pelayan yang menunggu kedatangan Audrey.
"Tunjukan kepada Nona Audrey kamarnya!" Perintah Arthur kepada pelayan lalu melajukan kembali mobilnya meninggalkan Villa.
Pelayan mengantar Audrey ke kamar utama, pelayan juga memperlihatkan lemari pakaian yang berisi mulai dari piyama seksi sampai dengan gaun malam, sepatu, tas dan perhiasan.
Audrey memandangi kamar utama tersebut, "Ini lebih luas dari Apartemenku," ujar Audrey."Panggil kami jika membutuhkan sesuatu, makan malam akan siap pada jam tujuh malam," ujar pelayan tersebut."Baik terima kasih," jawab Audrey.Audrey duduk di lantai, memeluk kedua lututnya dan menelungkupkan kepalanya.Audrey tak bisa menahan kesedihan dihatinya, dan akhirnya pun menangis. Audrey benar-benar merasa sendirian, tidak ada pelindung.Setelah makan malam, beberapa pelayan membantu Audrey berbersih diri , "hei, aku bisa melakukannya sendiri," ujar Audrey."Tuan Stefan meminta kami mempersiapkan Nona, Tuan akan datang malam ini," jawab mereka.'Degh' hati Audrey
"Ada apa?" tanya Audrey kepada Stefan."Kita akan makan siang," jawab Stefan."Tuan Wyatt!" panggil Audrey sedikit marah."Apa ini tidak keterlaluan? memanggilku hanya untuk ini," ujar Audrey."Bukankah kau bisa meminta tunanganmu untuk menemanimu makan," ujar Audrey lagi."Siapa?" tanya Stefan."Tunanganmu," jawab Audrey mengeraskan suaranya."Hari ini dia datang ke Villa, Tuan jika kau sudah memiliki tunangan. Lalu mengapa masih menginginkanku?" tanya Audrey."Tidak bisakah kau melepaskanku?" tanya Audrey."Dengar wanita! jika aku sudah
Setelah berkali-kali memuaskan diri atas tubuh Audrey, Stefan pun terlelap dengan nyenyaknya. Audrey terbangun memgambil ponsel diatas nakasnya untuk melihat jam."Jam delapan pagi," gumam Audrey."Ah dasar brengsek, benar-benar tak tahu batas," Audrey merutuki Stefan seraya memandangi tanda merah-merah di tubuhnya.Audrey duduk bersandar di ranjang, lalu ingin sedikit membuka artikel di media sosial, Audrey perlahan mengambil jari jempol Stefan dan memindainya di ponsel Stefan untuk membuka kunci ponsel Stefan.Audrey membaca-baca artikel yang sedang viral, tiba-tiba tangannya terhenti di satu artikel. Itu adalah artikel tentang Stefan yang terlihat baru keluar dari klub malam mewah bersama artis papan atas.Audrey menghela nafas
Dokter segera datang dan memeriksa keadaan Audrey. Mengecek dan memastikan tidak ada hal yang buruk terjadi dokter pun meninggalkan kamar Audrey. Stefan masuk ke kamar Audrey, berdiri bersedekap di depan Audrey, "Wanita ini benar-benar keras kepala," pikir Stefan. Stefan bersimpuh di sisi ranjang Audrey, melihat Audrey tertidur dengan mengernyitkan alisnya, "Apa yang ada di pikiranmu, terkadang aku benar-benar tidak bisa membacanya," pikir Stefan lagi. Stefan meninggalkan Audrey yang ternyenyak di kamarnya. Stefan mengambil kunci mobilnya dan melajukannya ke salah satu klub mewah yang biasa dia datangi. Stefan memanggil beberapa temannya untuk menemaninya. Grey dan Gerson, yang biasa di juluki 2G adalah teman baik Stefan. "Ada apa ini, Tuan Wyatt berinisiatif mengundang k
Grey memandangi Audrey yang masih belum tersadar, wajah Audrey masih terlihat pucat.Tiba-tiba saja terdengar suara pintu yang di geser dengan keras, Grey melihat ke arah pintu lalu melihat seorang wanita tengah berdiri disana."Audrey!" panggil Mia dengan panik.Mia mengetahui tentang keadaan Audrey, dari sepupunya yang bekerja di ruang IGD di rumah sakit ini."Apa yang terjadi, apa yang telah kau lakukan kepadanya?" tanya Mia lalu menampar keras pipi Grey.Nafas Mia naik turun menahan marah dengan mata memerah menahan tangis, "Brengsek katakan apa yang telah kau lakukan padanya?.Grey menahan kebas di pipinya baru kali ini dia ditampar oleh wanita dengan sangat keras.
Audrey membuka buku sketsa yang baru saja dia beli, Audrey sudsh terbiasa menggambar design pakaian semenjak dia kecil. Sebagai penderita Autisme Audrey membatasi minatnnya hanya pada melukis design. Hal inilah yang sangat mempengaruhi interaksi dan komunikasi Audrey terhadap orang lain. Ibu dan adik tiri Audrey menjadikan kelemahan Audrey ini untuk mengusir Audrey dari rumah. Merangkai rencana seakaan Audrey adalah anak yang liar dan berbahaya. Mereka melakukan cara kotor, memprovokasi Audrey sehingga Audrey merasa kesal saat rutinitasnnya terganggu. Penderita Autisme juga memiliki gangguan kecemasan dan cenderung mudah depresi. Ibu dan anak membuat Audrey terlihat sebagai pengacau di dalam keluarga yang selalu saja mengamuk, meraung tidak bisa berbicara. Karena itulah A
Audrey merapihkan gaunnya dengan mata sembab, begitu sampai di Villa Audrey segera keluar dari mobil dan berlari kecil menjauhi Stefan.Stefan hanya menatapi dingin kepergian Audrey, "kembali ke mansion!" perintah Stefan.Stefan menyenderkan kepalanya di kursi mobilnya, memejamkan matanya dan memijit-mijit pelipisnya. Stefan merasa semakin Audrey menentangnya maka semakin ingin Stefan menguasai Audrey.Stefan menimang-nimang rasa di hatinya, namun semua tertutup oleh sikap egois dan arogantnya."Dia tidak berbeda jauh dengan wanita-wanita yang bersedia berbagi ranjang denganku," ujar Stefan dalam hati, meyakinkan pendapatnya sendiri.Audrey menghabiskan hari-harinya seperti hari-hari sebelumnya, menunggu kedatangan Stefan. Sementara itu
Telah berjuang keras keluar dari dunia Autisme maka itu membuat Audrey bisa menaikan tingkat daya juang Audrey untuk hidup. Audrey mengamati sekeliling, Audrey memiliki keahlian bisa dengan cepat menfokuskan diri. Audrey melihat sebuah alat yang biasa dipakai untuk memangkas rumput liar diladang.Audrey mengambilnya dengan susah payah meletakannya agak sedikit berdiri disanggah sedikit oleh sebuah celah, lalu mulai menggesek ikatan tali di tangannya. Dan berhasil terbuka.Audrey mulai mencari cara untuk melarikan diri. Satu-satunya pintu keluar hanya ada satu, dan itu terkunci.Audrey mengambil alat yang tadi baru saja dia gunakan untuk membuka tali ikat tangannya. Lalu berdiri menunggu di balik pintu. Dengan sabar Audrey menunggu, akhirnya pintu terbuka, dan langsung saja Audrey menancapkan alat itu di tubuh pria asing yang me