Share

SELIR

Audrey memandangi kamar utama tersebut, "Ini lebih luas dari Apartemenku," ujar Audrey. 

"Panggil kami jika membutuhkan sesuatu, makan malam akan siap pada jam tujuh malam," ujar pelayan tersebut. 

"Baik terima kasih," jawab Audrey. 

Audrey duduk di lantai, memeluk kedua lututnya dan menelungkupkan kepalanya. 

Audrey tak bisa menahan kesedihan dihatinya, dan akhirnya pun menangis. Audrey benar-benar merasa sendirian, tidak ada pelindung. 

Setelah makan malam, beberapa pelayan membantu Audrey berbersih diri , "hei, aku bisa melakukannya sendiri," ujar Audrey. 

"Tuan Stefan meminta kami mempersiapkan Nona, Tuan akan datang malam ini," jawab mereka. 

'Degh' hati Audrey serasa terjatuh dari tempat yang tinggi mendengar perkataan pelayan teesebut. 

"Brengsek," ucap Audrey dalam hati. 

Setelah selesai, pelayan pun keluar dari kamar. Tinggalah Audrey duduk termenung diatas ranjang besarnya. 

Audrey melihat pakaian yang dipakaikan oleh pelayan, merasa itu nampak seperti pelac*r, Audrey pun mencari ganti yang lebih tertutup. 

"Sial, dasar pria mesum!" umpat Audrey yang melihat sederet pakaian tidur bermodel seksi semua. 

Audrey melihat ke bagian kemeja, "ini pasti milik pria brengsek itu," pikirnya. 

Akhirnya Audrey memilih kemeja tersebut, Audrey berdiri dengan gelisah, 'ceklek' pintu terbuka dan Stefan berdiri disana sambil memandangi Audrey yang sedang berdiri memakai kemejanya, lengan di gulung dan kemeja itu hanya menutupi sebatas paha saja, menutupi tubuh sintal Audrey, sungguh ini adalah pemandamgan yang sangat jarang Stefan dapati. 

Biasanya para wanita lain menarik perhatian dan minat Stefan untuk naik keatas ranjang dengan menggunakan gaun tidur yang super seksi. 

"Gadis pintar, kau pandai sekali menggodaku," ujar Stefan mendekati Audrey. 

Tubuh Audrey membeku ketika Stefan memeluknya dan menjelajahi leher dan tulang selangka Audrey. 

Audrey mencoba melawan, "patuhlah, kau sudah menyetujui menjadi selirku. Jadi layani aku dengan baik!" perintah Stefan. 

Stefan membuka satu persatu kancing kemeja Audrey, lalu mulai menciumi dada Audrey dengan serampangan disana-sini. 

Merasa semakin gemas, Stefan menggendong tubuh Audrey keatas ranjang mereka. Merebahkannya lalu menindihnya. 

"Indah sekali," puji Stefan. 

Stefan menciumi daun telinga Audrey, turun ke leher dan turun ke tulang selangka Audrey. Satu tangan memegangi pinggul ramping Audrey, satu tangan menyentuh Audrey di sana-sini, dengan sambil menciumi wajah Audrey dan melumat bibir ranum kemerahan milik Audrey. 

Stefan memandangi kulit putih Audrey yang seputih salju tersebut, menciuminya dengan penuh hasrat dan kelembutan.  Stefan mentautkan kaki Audrey di pinggulnya dan mulai menghentakan gerakanya lagi dengan lebih keras lagi ke tubuh Audrey. Stefan benar-benar kehilangan kendali diri akan tubuh yang sedang di tindihnya ini, Tubuh Audrey benar-benar membuat Stefan mencandu, menagih lagi dan lagi. Semalaman ini Stefan lagi-lagi tak melepaskan pelukannya dari tubuh Audrey sampai dengan di pagi hari barulah Stefan mebiarkan Audrey tertidur. 

Stefan bangun lalu mengecek apakah ada darah di sprei mereka, "Berlaga jual mahal, namun entah sudah melakukannya berapa kali dengan pria lain sebelum dengan aku," cibir Stefan kepada Audrey. 

"Kupikir kau berbeda, ternyata sama saja dengan wanita lain," ujar Stefan lalu bangun dan bergegas membersihkan diri. 

Audrey bagun di siang hari, dengan merasakan sakit di sana-sini. 

"Dasar pria tak tahu batas, brengsek," umpat Audrey sambil menahan rasa sakit di tubuhnya. 

Audrey bangkit lalu berbersih diri, di cermin dia melihat begitu banyak tanda merah di tubuhnya. Audrey memutuskan memakai baju dengan model leher turtle neck untuk menutupi tanda merah hasil sesapan Stefan semalam.

Audrey mengambil ponselnya diatas nakas, lalu melihat pesan dari Mia yang mengabarkan jika semuanya sudah teratasi dengan baik. 

"Meski dia brengsek, namun dia tepat janji," pikir Audrey.

Audrey merasa lapar, lalu pergi ke bawah untuk mencari makanan. Baru saja menuruni tangga, malah sudah kena tampar.

"Wanita ja*lang," pekik wanita tersebut.

Audrey memegangi rasa sakit kebas di pipinya, "siapa kau?" tanya Audrey. 

"Aku adalah tunangan Stefan Wyatt," ujar Philia. 

Audrey tersentak, "pria ini benar-benar brengsek, untuk apa dia memaksaku berdiri di sisinya sementara dia sudah memiliki seorang tunangan," pikir Audrey. 

"Jangan tanya aku, tanyakan kepada tunanganmu itu, mengapa ingin menyimpanku disini," jawab Audrey. 

"Dan tanyakan juga bagaimana pelayanan ranjangmu, sampai-sampai dia membawa wanita lain naik ke atas ranjangnya," ujar Audrey yang ingin membalas rasa sakit tamparan tadi. 

Philia: "...." 

"Minggir," ujar Audrey seraya berjalan ke dapur. 

"Hei! Berhenti," ujar Philia seraya menarik lengan Audrey. 

"Tinggalkan Stefan!" perintah Philia. 

"Dengan semang hati, jika saja Taun Wyatt mengijinkan," jawab Audrey. 

"Yang jadi masalah, bahkan Tuan Wyatt tidak ingin berpisah dariku, jadi Nona jangan buang waktumu untuk membujukku. Bujuklah tunangamu itu," jawab Audrey lagi. 

"Aku akan sangat berterima kasih jika kau mau melakukannya dan behasil," ujar Audrey enteng. 

"Jadi lepaskan tanganmu dariku!" ujar Audrey. 

Di koridor, Audrey menyandarkan tubuhnya di dinding, "kenapa aku bisa sampai terjerat oleh iblis itu?" tanya Audrey tak habis pikir. 

Philia langsung saja menuju ke Villa begitu mendengar kabar bahwa Stefan membawa seorang wanita dan mengijinkannya tinggal disana. Selama ini Philia bukan tidak tahu skandal Stefan dengan banyak wanita di luar sana, namun baru kali ini membawa seorang wanita di Villa tempat kediaman ibunya dulu. Karena merasa Stefan sedikit berbeda memperlakukan Audrey, dia pun memilih menyambangi Audrey. 

"Wanita jal*ng," umpat Philia. 

"Lihat saja kau akan menyesal dengan pilihanmu ini," ujarnya lagi. 

Setelah makan, Audrey bergegas pergi ke universitasnya. Melihat Xander langsung saja Audrey berlari menghampiri dan memeluk Xander. 

"Hei! Kenapa, ada apa ini?" tanya Xander yang terheran tiba-tiba Audrey memeluknya. 

"Aku hanya senang kau baik-baik saja,' jawab Audrey. 

"Ya, ya aku baik-baik saja," jawab Xander seraya membalas pelukan Audrey. 

"Hei! ada apa ini dengan wajahmu?" tanya Xander. 

"Ah tak apa, hanya saja sedikit terbentur sesuatu tadi," jawab Audrey. 

"Kau ini mengapa tidak berhati-hati," ujar Xander sambil mengelus lembut puncak kepala Audrey. 

"Ayo kita masuk ke kelas!" ajak Xander. 

'Dzrt' ponsel Stefan menerima notifikasi pesan, itu adalah foto-foto Audrey sedang memeluk Xander. 

"Arthur siapkan mobil!" perintah Stefan. 

Pikiran Stefan melayang-layang ke dugaan prasangka yang macam-macam. 

"Apakah pria itu adalah pria pertamanya Audrey," pikir Stefan. 

Ini adalah pertama kalinya Stefan bertingkah seperti ini. Stefan mengambil ponselnya dan menghubungi Audrey. 

"Keluar!" perintah Stefan. 

"Aku sedang ada kelas," jawab Audrey. 

"Keluar! atau aku yang masuk," ancam Stefan menutup sambungan ponselnya. 

Audrey segera saja keluar dari kelas, "Xander nanti aku pinjam catatanmu yah!" pinta Audrey. 

Audrey segera saja berlari, Audrey mencari-cari mobil Stefan, tidak sulit mengenali mobil mewah di tengah-tengah mobil biasa. Audrey segera saja masuk ke dalam mobil tersebut. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status