Beranda / Lainnya / LOVE KILLA / RAHASIA LAINNYA

Share

RAHASIA LAINNYA

Penulis: RHEI PRADIPTA
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-24 22:24:07

Jesselyn berjalan menuju ruang tamu. Ia baru saja membuatkan secangkir coklat panas. Ia lalu meletakkan cangkir itu di atas meja ruang tamu. Lebih tepatnya, di depan laki-laki berusia empat puluh tahun-an yang masih saja duduk di atas lantai.

"Minumlah! Aku sudah susah payah membuatkannya untukmu, jadi habiskan!" Ucap Jesselyn.

Pria itu hanya menganggukkan kepalanya, seolah mengerti. Sedangkan mulutnya tidak mau terbuka sedikit pun. Seolah terkunci dan ia tidak berniat membukannya. Jesselyn yang melihat hal itu tentu saja merasa gemas. Wanita itu menutup matanya dan menarik napas panjang. Berusaha menenangkan dirinya agar tidak terbawa emosi.

"Baiklah, aku saja yang minum," ucapnya acuh. Wanita itu lalu mengambil camngkir yang tadi dibawanya dan mulai meminumnya. Menyeruput isinya sedikit demi sedikit sambil mengaduh kepanasan.

"Ahh... Ini enak sekali. Tidak mengherankan kalau kau jadi maniak coklat selama sepuluh tahun terakhir," celotehnya sambil terus menyeruput.

Tiba-tiba pria di sampingnya merebut cangkir yang dipegang Jesselyn. Lalu menenggak habis sisa coklat di dalam cangkir. Jesselyn menelan ludahnya dengan kasar. Menyadari betapa sexy-nya pria empat puluh tahun-an di depannya. Sedangkan pria di depannya seolah acuh dan justru menyeka mulutnya dengan kasar.

"Hei, bisa tidak kau jangan bersikap so sexy begitu?!" Protes Jesselyn.

"Hm? Aku tidak bersikap sexy, kok." Pria itu akhirnya menoleh ke Jeseelyn dengan tampang tidak berdosa-nya.

"Jadi, apa yang Bina katakan kali ini, Jonathan?" Jesselyn langsung melemparkan pertanyaan pada sahabatnya itu.

Jonathan langsung terdiam. Raut wajahnya kembali murung. Pria itu menghela napas berat sebelum mulai membuka mulutnya.

"Masih dengan spekulasi yang sama, Je."

Jesselyn menarik sudut kiri bibirnya ke atas. Menunjukkan senyum sinisnya dengan sengaja.

"Sudah aku katakan, bukan? Insting anak itu sangat kuat. Mau sampai kapan kau menyia-nyiakan bakat luar biasanya?" Tanya Jesselyn.

"Aku bersumpah kepada diriku sendiri kalau aku akan menjaganya tetap aman setelah kejadian itu, Je."

"Dan itu alasan kenapa kau tidak mau menikah meskipun banyak wanita cantik di luar sana yang tergila-gila padamu?" Jesselyn menaikkan sebelah alisnya.

"What?? Jesselyn, kita sedang membahas tentang Bina," protes Jonathan.

Jesselyn bangkit dari duduknya.

"Yah, terserahlah. Aku mau kembali ke kamarku, karena seseorang sudah mengganggu tidurku dini hari begini," ucap Jesselyn sambil berjalan ke arah kamarnya.

Jonathan hanya menatap punggung wanita itu dengan pasrah. Ia tahu benar kalau wanita itu pasti lelah menghadapi sahabat sepertinya.

***

Rumah sakit Miranti

Pukul 09.00

Bina berjalan di koridor rumah sakit dengan terburu-buru. Matanya terus memperhatikan orang-orang disekitarnya, mencari sosok seseorang yang ia butuhkan untuk saat ini. Saat matanya menangkap sosok itu, ia segera berlari menghampirinya.

"Pagi, dokter Je," sapanya ramah.

"Oh, hai, Bina. Apa yang kau lakukan disini?" Jesselyn balas menyapa.

Bina menggaruk belakang lehernya yang tidak terasa gatal. Wanita itu merasa kikuk sendiri.

"Ehm, begini dokter Je. A-aku--" Bina tergagap. Sedangkan dokter di depannya masih menunggunya untuk membuka suara.

"A-apa kau melihat pamanku? Mungkin di sekitar rumah sakit?" Tanya Bina, akhirnya.

"Apa terjadi sesuatu pada kalian berdua?" Selidik Jesselyn.

Bina mengedipkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya menjawab,"Se-sebenarnya iya. Kami sedikit beradu argumen, lalu paman Jo pergi begitu saja dari rumah." Bina mencoba menjelaskan.

Dokter Je tersenyum. lalu berkata,"Jonathan menginap di rumahku. Aku rasa dia butuh tempat untuk menenangkan dirinya, Bina. Kau tak usah khawatir. Dia akan baik-baik saja."

Bina menarik napas dan mengembuskannya secara perlahan. Berusaha bersikap tenang. Lalu, tiba-tiba rasa ingin tahunya muncul begitu saja. Ia kembali menatap dokter Je yang masih berdiri di depannya.

"Jadi-- Ba-bagaimana keadaan pria itu?" Tanya Bina.

Butuh beberapa detik untuk Jesselyn menyadari siapa yang dimaksud keponakan sahabatnya itu.

"Ah, keadaannya kurang begitu bagus. Luka-luka ditubuhnya itu luka yang--"

"Disengaja. Ya, aku tahu. Itu luka yang disengaja agar korbannya merasakan sakitnya mati secara perlahan." Bina memotong ucapan Jesselyn. Membuat wanita itu lagi-lagi tersenyum.

"Ya, kau benar, Bina. Seperti yang diharapkan. Kau selalu jeli dalam segala hal," ucap Jesselyn.

"Bawaan dari ayahku, dokter Je."

"Ya, gen yang bagus selalu menghasilkan yang bagus juga. Jadi, apa kau mau melihat keadaannya sekarang, karena aku masih ada jadwal operasi lain"" Jesselyn bertanya sambil sesekali melihat beberapa kertas di atas papan yang ia pegang.

Bina mengangguk setuju. Jeselyn lalu berjalan lebih dulu, sedangkan Bina mengikuti dari belakang. Tidak lama kemudian, mereka sampai di depan sebuah ruangan.

"Dokter Je, kenapa kau menempatkannya di sini?" Bina bertanya dengan heraan.

"Aku tahu, Bina. Pasien sepertinya seharusnya memang di tempatkan di ruang ICU. Tapi, aku dan pamanmu sepakat untuk memberinya ruangan khusus," jelas dokter Je. Bina mengangguk sebagai jawaban bahwa ia bisa mengerti keputusan paman Jo dan dokter Je.

Setelah berbicara sebentar, dokter Je pamit dan segera pergi menuju ruang operasi. Sedangkan Bina mulai masuk ke dalam. Wanita itu tidak akan menyangka kalau dalam beberapa detik ke depan, nyawa-nya akan terancam, karena memasuki kamar itu. Hal yang juga tidak akan disangka-sangka oleh Jonathan dan Jesselyn.

*Bersambung*

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • LOVE KILLA   RAHASIA LEO PARK

    *** Pukul 09.00 Waktu Sydney, Australia Leo Park tampak ikut bertepuk tangan bersama para penonton lainnya. Pria itu kini tengah duduk di kursi penonton di Sydney Opera House dan menyaksikan penampilan seorang pianis wanita yang berbakat. "Ya, itulah penampilan dari pianis berbakat kita hari ini. Beri tepuk tangan kepada Nona Sapphire," ujar sang pembawa acara. Wanita yang disebutkan namanya barusan langsung berdiri menghadap penonton dan menundukkan tubuhnya sebagai rasa terima kasih kepada penonton. Setelah menegakkan kembali tubuhnya, ia menebarkan pandangan dan senyumnya ke arah kursi penonton. Namun sayang, senyuman manisnya itu tidak bertahan lama begitu kedua matanya menangkap sosok pria yang begitu ia kenal. Tanpa basa-basi lagi, ia segera turun begitu pembawa acara mulai menyebutkan acara selanjutnya. Wajahnya terlihat cukup panik dengan kedua rahangnya yang mulai mengeras. Tepat ketika ia baru saja masuk ke dalam ruang istirahatnya, bahkan belum sempat ia berbalik unt

  • LOVE KILLA   MISI BARU DI SYDNEY

    *** Matahari pagi terlihat masuk menembus kaca jendela pesawat dan menimpa wajah seorang wanita. Membuat dahi wanita tersebut sedikit berkerut karena merasa risih dengan cahaya itu. Perlahan tapi pasti, kedua matanya mulai mengintip meski masih sedikit terasa mengantuk. "Pagi, putri tidur!" Sapa seorang pria yang duduk di seberangnya dengan senyuman jahil. "Sial! Mood-ku langsung hancur begitu disapa oleh orang sepertimu!" Omel wanita itu dengan tatapan yang sinis. "Ini sarapanmu, Bina." Tiba-tiba Jonathan memberikan sepiring nasi goreng hangat buatannya sendiri. "Terima kasih, paman." Balas Bina sambil menyunggingkan senyum manis. "Tch! Lihatlah keharmonisan antara paman dan keponakan di depanku ini." Leo Park berdecih sambil memasang ekspresi seolah-olah merasa jijik pada sikap Bina yang sok manis kepada pamannya, Jonathan. "Apa kau bilang?!" Bina kini mengeluarkan nada tingginya.

  • LOVE KILLA   AKHIR SEBUAH HUBUNGAN ASMARA

    *** Bina kini masih berjalan mondar-mandir di ruang tengah sambil menggigiti kuku jari tangannya dengan cemas. Sedangkan anggota tim yang lain nampak sedang memandangi ukiran Budha asli yang berhasil mereka ambil dari tempat penyimpanan rahasia keluarga Rothschild dengan takjub. "Bina, kenapa kau terlihat cemas begitu?" Tanya Awan yang akhirnya menyadari kegelisahan rekannya. Bina menghentikan langkahnya. "Bagaimana tidak, meskipun misi pertama kita sukses dengan lancar, tapi aku tidak tahu bagaimana caranya mengakhiri hubunganku dengan si anak konglomerat, Nathaniel Rothschild. Ditambah lagi, aku tidak memiliki pengalaman dalam sebuah hubungan sama sekali! Bagaimana bisa aku bertemu dengan ibunya? Sedangkan kita mendekati anaknya hanya untuk kelancaran misi saja! Apa yang harus aku katakan nanti?!

  • LOVE KILLA   MENCURI DARI KELUARGA ROTHSCHILD

    ***Dua hari setelah makan malam Bina dengan Nathaniel Rothschild, wanita itu kembali diajak bertemu oleh si anak konglomerat. Bukan tanpa alasan pria kaya raya itu mengajaknya bertemu kembali. Ternyata, Nathaniel Rothschild menyanggupi syarat yang diberikan oleh Bina untuk membuktikan keseriusannya atas hubungan mereka.Maka dari itu, seluruh anggota tim terlihat sangat sibuk mempersiapkan segalanya. Bahkan Awan saja ikut sibuk membantu Jonathan untuk membuat sebuah alat yang akan dipakai oleh Bina nanti."Ini," ucap Awan sambil menyerahkan koin perak yang sama persis dengan koin perak tempo hari Bina dapatkan sebelum makan malam dengan Nathaniel.Bina mengerutkan keningnya. "Apa ini? Aku kan sudah mendapatkan alat pelacak yang sama beberapa hari yang lalu." Bina menunjukkan koin perak yang diberikan kepadanya beberapa hari yang lalu."Koin yang baru saja kuberikan berbeda. Koin perak baru itu bisa melacak keberadaanmu sekaligus memetaka

  • LOVE KILLA   MERAYU NATHANIEL ROTHSCHILD

    ***Bina sedang berdiri di balkon seorang diri. Setelah celotehan Leo Park tadi, wanita itu tiba-tiba saja teringat pada tragedi yang menimpa orang tuanya dan berhasil merenggut nyawa mereka. Bina mengembuskan napas berat untuk kesekian kalinya. Bayangan kejadian itu selalu membuatnya merasa frustasi setiap kali ia mengingatnya."Maaf, aku tidak bermaksud membuka luka lama-mu itu." Tiba-tiba saja Leo Park muncul di belakangnya."Tak apa. Lagipula kau juga tidak tahu akan kejadian itu," jawab Bina dengan nada suara yang dingin.Leo Park kini mulai melangkah maju dan menyejajarkan tubuhnya di samping Bina. "Aku memang tidak tahu akan kejadian itu. Tapi aku tahu bagaimana rasanya kehilangan orang-orang yang sangat disayangi."Ucapan Leo Park membuat Bina langsung mengalihkan pandangannya kepada pria itu. Kedua alisnya kini saling bertaut saking penasarannya pada ucapan pria itu barusan. Raut wajah Bina yang berubah penasaran sukses membuat Leo Park menarik sudut bibir kanannya ke atas."

  • LOVE KILLA   KILLA SANG LEGENDA

    ***Bina terbangun di pagi harinya dengan keadaan yang cukup kacau. Rambutnya berantakan dan wajahnya masih dipenuhi dengan make up yang tidak sempat ia hapus sebelum jatuh tertidur di atas tempat tidurnya. Ditambah lagi dengan kepalanya yang berdenyut sakit, pusing dan perutnya yang mual dengan hebat. Bina buru-buru pergi ke toilet dan memuntahkan isi perutnya ke westafel.Wanita itu lalu menyalakan keran air dan membersihkan mulutnya. Bina keluar dari toilet sambil memegangi perutnya yang masih terasa mual. Kakinya perlahan melangkah menuju ke dapur. Indera penciumannya tanpa sengaja menangkap bau masakan dari arah dapur. Ia mendapati ada Evelyn di sana yang sedang sibuk mengaduk sesuatu di dalam panci di atas kompor."Kukira kau hanya pandai memimpin tim saja," ucap Bina sebagai sapaan kepada atasannya. Ia berjalan menuju ke kulkas, membukanya dan mengambil sebotol air mineral dari dalam sana."Ah, ya aku juga cukup pandai memasak. Aku buatkan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status