Setelah menerima hasil pengumuman anaknya, barulah H. Mansur dengan ditemani istrinya mengurus segala administrasi pembayaran yang menjadi tanggungan putrinya.
Sementara itu Cindy memilih pergi meninggalkan ruang sekretariat pendaftaran dan mencari tempat yang nyaman untuk dirinya bisa mengobrol dengan sahabat yang dicintainya melalui jaringan pesan singkat aplikasi W******p. Cindy pun memilih untuk duduk santai di taman sekolah yang ditumbuhi pepohonan yang rindang.
***
Sementara itu di rumah orang tua Aisyah …
Disebuah ruang keluarga yang cukup besar, terlihat empat orang sedang mengobrol santai tapi serius.
“Maaf ni Nak, sebelumnya. Boleh Abi tanya sesuatu,” ucap Kyai Ali sedikit sungkan.
“E … eh, iya Abi, boleh,” jawab Eguh sedikit gelisah.
“Begini Nak, udah berapa tahun kamu tidak pulang dan menjenguk keluargamu?” tanya Kya Ali.
Hendra yang mendengar pertanyaan dari ayah mertuanya Kyai Ali, tiba-tiba
Menjelang sore … tepat jam 2.30. “Assalamu’alaikum,” ucap salam Kyai Ali saat sudah berada di depan pintu rumahnya. “Wa’alaikumussalam,” balas semua orang yang berada di dalam rumah. Lalu masuklah Kyai Ali ke dalam rumah yang diikuti oleh Nyai Nurul, Aisyah dan Hendra, serta beberapa santri putra yang membawakan barang-barang belanjaan. “Wah, banyak amat itu belanjaannya mbak,” tanya Hj. Fatimah. “Biasa dek kaji kalo sudah di rumah orang tua, hihihi …,” ucap Aisyah tersenyum. “Buk, titipan Eguh tidak lupakan?” tanya Eguh yang tadi sempat nitip sesuatu ke ibunya. “Beres, emang buat siapa sih?” balas sang ibu sambil bertanya balik. “Ada deh, Ibu kepo ih …,” ucap Eguh. “Iya … iya, barangnya masih di mobil, ibu taruh di bangku tengah,” balas sang ibu. “Siap Buk, makasih ya Buk,” ucap Eguh. “Oh ya, ini dek kaji buat ole-ole,” ucap Aisyah sambil memberikan dua kresek besar. “Waduh, ngrepotin aj
‘Maafkan aku ya …, jika kamu akan membenciku setelah ini, aku menerima keputusanmu itu. Kini aku hanya bisa pasrah dengan penghakimanmu nanti, karena aku tahu apa yang aku ucapkan tadi padamu tak pantas. Iya tak pantas aku ucapkan pada orang yang benar-benar aku cintai dan sayangi,’ gumam Eguh dalam hati, saat mengetahui sahabat yang dia cintai sudah tak terlihat dari pandangannya. “Nak, ayah kecewa sama kamu, tidak seharusnya kamu nyakitin hati perempuan, apalagi di depan banyak orang seperti barusan. Ayah yakin pasti Cindy kecewa dan sedih. Kalau memang kamu tidak suka sama dia, cukup kamu selesaikan berdua dengannya, ndak usah seperti tadi,” tegur sang ayah dengan raut muka kecewa. “Ibu juga kecewa Nak, sama sikap kamu tadi. Ingat Nak, penyesalan datangnya belakangan dan jangan sampai kamu menyesal nanti. Kalau tiba-tiba kamu jatuh cinta pada Cindy tapi dia menolakmu, gimana perasaanmu? Pasti akan sama seperti yang dirasakan Cindy saat ini,
“Maaf Ayah, Bunda. Ini kita dimana ya? Itu rumah apa istana ya? Pasti pemilik rumah ini orang terkenal. Kalo bukan pejabat pastilah artis,” tanya Cindy yang penasaran karena mobil yang disupiri ayah Hendra berhenti di depan rumah mewah dan megah bak istana. “Iya Yah, Buk. Ini sebenarnya rumah siapa yang kita datangi?” tanya Eguh yang juga heran kenapa sang ayah berhenti di halaman rumah mewah dan megah bak istana. “Nanti pasti kalian akan tau siapa pemilik rumah yang mewah dan megah bak istana itu,” ucap ibnya Eguh menjelaskan. Kembali suasana di dalam mobil menjadi hening. Cindy dan Eguh pun mulai bermain dengan imaji dalam pikiran masing-masing tentang siapa pemilik rumah yang berada dihadapan mereka. “Mas, sepertinya sedang ada acara deh. Lihat ada terop dan juga kursi-kursi di halaman depan rumah,” ucap Aisyah sambil menunjuk kearah terop dan kursi yang sedang ditata oleh para pekerja. “Iya benar sayang, pasti abah akan lama
Untuk merayakan kembali utuhnya keluarga Hendra dan Aisyah. Aisyah dengan dibantu ibu dan ibu mertuanya, ingin sekali membuatkan keluarga mereka masakan spesial untuk sarapan pagi. Sehingga tadi pagi-pagi sekali, setelah mengerjakan ibadah shalat Subuh berjamaah, mereka bertiga dengan ditemani Cindy pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang dibutuhkan dan tak lupa pula mereka membeli beberapa buah-buahan. Ketika semua bahan yang dibutuhkan untuk memasak menu yang mereka bertiga list sudah siap semua di meja dapur. Dengan dibantu beberapa pembantu untuk memotong sayur, membersihkan daging dan ikan serta menyiapkan bumbu-bumbu. Mereka bertiga mulai menunjukkan kemahiran mereka dalam memasak. Dengan dibantu Cindy sebagai asisten mereka, mereka bertiga mulai memasak satu persatu menu masakan yang sudah mereka bertiga list. Sambil menunggu … Hendra, anaknya, bapak dan abi mertuanya serta adik dan iparnya memilih untuk bersantai di
Selesai mengerjakan ibadah shalat Ashar berjamaah dan makan, Hendra beserta keluarga berpamitan ijin untuk kembali ke pesantren. Sebelum balik, bapaknya memberikan sesuatu pada Hendra. “Nak, ini sebagai pegangan kalian,” ucap sang bapak, sambil memberikan sebuah amplop putih. “Apa ini Pak?” tanya Hendra bingung. “Itu kado pernikahan kalian dari kami,” balas sang bapak. Lalu Hendra membuka amplop putih pemberian bapaknya, yang ternyata di dalamnya berisi buku tabungan lengkap dengan ATMnya. Saat Hendra dan istrinya membuka buku tabungan itu, mereka berdua kaget mengetahui saldo yang tercetak di buku tabungan itu. “Maaf Pak, cukup mendapatkan restu dari Bapak dan Ibu, Hendra sudah senang dan bahagia,” terang Hendra, sambil berusaha mengembalikan buku tabungan dan ATMnya ke bapaknya. “Benar yang mas Hendra katakan Yah, Buk,” tambah Aisyah. “Tapi ini hak kalian berdua, Nak. Apa yang bapak berikan ini tak seberapa dibandingkan denga
Malam hari di sebuah kamar seorang anak laki-laki sedang melamun tak jelas, diputarnya HP miliknya ke kanan ke kiri, seperti orang kurang kerjaan aja. Seperti rutinasnya tiap hari sehabis melaksanakan ibadah shalat Maghrib berjamaah di mushalla kampung, biasanya dia selalu mengobrol santai dengan Cindy lewat telepon di dalam kamarnya, kini dia hanya bisa rebahan di kasur sambil nunggu datangnya waktu shalat Isya’. Tok … tok … tok … Terdengar suara ketokan pintu kamarnya dari luar. “Nak, lagi apa ne?” tanya sang ibu. “Iya, Buk. Ndak ada lagi rebahan aja di kasur. Ada apa nggeh, Buk?” balas Eguh sambil bertanya. “Biasanya jam segini kamu telepon-teleponan sama Cindy, sekarang kok malah bermalas-malasan di kasur,” goda sang ibu. “Ibu …, udah deh jangan bikin Eguh mewek. Ibu kan tau kalo Cindy sekarang udah di pondok pesantren,” ujar Eguh memelas. “Cie … sensi ni ya sekarang. Kenapa ndak kamu telepon kakek atau nenek
“Yah, Buk, Eguh berangkat dulu,” pamit Eguh pada kedua orang tuanya, sambil menyalami dan mencium punggung tangan kanan kedua orang tuanya bergantian. Setelah dirinya sudah rapi menggunakan seragam SMPnya. “Iya Nak, hati-hati di jalan,” ucap sang ayah dan sang ibu bersamaan. “Oh ya Nak, nitip salam buat paman dan bibimu ya,” ucap sang ibu berpesan. “Insya Allah Buk,” balas Eguh. Setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya, Eguh pun berjalan melangkah pergi meninggalkan rumah. Eguh berjalan menyusuri gang rumahnya, hingga sampai di depan gang Eguh berhenti dan berdiri di depan gang untuk menunggu angkutan umum. Hingga 5 menit berlalu, akhirnya angkot yang Eguh tunggu datang juga. Lalu dengan melambai-lambaikan tangan kanannya Eguh memberhentikan angkot tersebut. Saat angkot berhenti di depannya, barulah Eguh naik ke dalam angkot, dan angkot pun melaju. *** “Bu, maaf mau tanya,” sapa Eguh saat melihat salah seoran
Disebuah bangunan rumah yang sederhana dengan halaman depan yang sangat asri, terlihat suami istri sedang duduk-duduk santai di teras rumah. Dua hari ini sengaja Hendra dan istrinya libur berjualan setelah pulang dari rumah kedua orang tua mereka. “Dek,” ucap Hendra, sambil melihat buku tabungan yang kemarin dikasih sama sang bapak. “Iya Mas,” balas Aisyah memperhatikan suaminya. “Mas, bingung. Uang segini mau digunakan buat apa ya?” tanya Hendra yang terlihat kebingungan. “Aduh, Mas …, Mas, kenapa mesti bingung sih. Tinggal belikan mobil, belikan perhiasan, belikan pakaian yang bagus-bagus, jalan-jalan ke luar negeri. Hihihi …,” ucap Aisyah dibuat manja dan centil. “Gitu ya. Setelah itu ada berita, suami memutilasi istrinya gara-gara sang istri kerjaannya berfoya-foya,” ledek Hendra. “Hehehe …,” tawa mereka berdua. “Ampun Mas, kan adek cuma becanda. Hihihi …, piss,” ujar Aisyah manja. “Habisnya kamu ini