Beranda / Romansa / Lady D Milik Sang Penguasa / Bab 109. Saatnya bercerita

Share

Bab 109. Saatnya bercerita

Penulis: Runayanti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-09 10:08:39

Sementara di dalam kamar hotel, seusai menutup panggilan, hati Yama masih belum tenang. Ia merasakan gelisah yang aneh, sesuatu yang jarang terjadi pada dirinya yang selalu rasional dan dingin. Dia sudah meminta bantuan Nenek dan yang lebih kesalnya, dia sudah menyetujui persyaratan untuk menikah dengan Meisya dalam tiga hari berikutnya.

Namun, pikirannya dipenuhi oleh wajah Dea, terkurung di tempat yang seharusnya tidak pernah ia masuki. Rasa frustrasi semakin membebani dadanya ketika menyadari bahwa tidak ada kekuasaan yang mengizinkannya untuk bisa mengunjungi Dea.

"Bagaimana bila kita mencari Pangeran Frans, dia tinggal di dalam istana, bukan?"

Yama menoleh ke arah Bob, yang seolah-olah bisa membaca pikiran atasannya. Ide ini tidak jelek, tetapi dengan demikian, berarti dia harus merendahkan dirinya.

Yama menimbang sejenak, Nenek hanya akan tiba di istana besok dan mungkin Dea sudah mengalami siksaan lebih seh

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 182

    Ia sadar sepenuhnya. Pikirannya berisik, hatinya sesak. Hanya tubuhnya saja yang diam, pura-pura lemah agar Frans tak mencium gejolak luka yang sedang menyala-nyala di dalam dirinya.Frans duduk di sisi ranjang. Ia mengamati wajah Dea yang tenang dalam tidur pura-pura itu. Nafas wanita itu teratur, mungkin terlalu teratur. Tapi Frans tidak menyadarinya. Dia justru menghela napas panjang, lalu menyentuh rambut Dea yang terurai di bantal."Maafkan aku," bisiknya pelan, nyaris tak terdengar. “Aku hanya ingin melindungimu… Memiliki dirimu seutuhnya.”Dea menahan diri untuk tidak membuka mata. Kata-kata itu… kosong. Dia tahu. Itu bukan tentang perlindungan, bukan tentang cinta. Frans hanya ingin menjadi pemenang dalam sebuah pertandingan diam-diam antara dirinya dan Yama.Dia ingin memiliki Dea, wanita yang dicintai sahabatnya.Dan itu, menurut Dea, adalah be

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 181

    Dea masih belum sepenuhnya percaya. Namun ketika ketukan berikutnya di pintu kamarnya datang dan yang masuk hanyalah perawat muda dengan wajah ramah—bukan Elsa—ia tahu Frans menepati janjinya."Mudah-mudahan," sahutnya singkat.Frans membelai rambutnya lembut, "Beristirahatlah, Sayang. Aku akan mengunjungimu nanti sesudah memberesi beberapa hal dalam pekerjaanku di kantor."Frans memberikan sebuah kecupan di keningnya dengan penuh kasih sayang.Untuk pertama kalinya, Dea mengizinkan dirinya tersenyum tipis. Ia masih harus berhati-hati, tentu saja. Tapi setidaknya, untuk malam ini, ia bisa tidur tanpa mendengar napas licik dari balik dinding.Pangeran Frans ingin berangkat kerja sesudahnya. Namun, sore yang teduh kembali berubah mendung di mata Dea.Baru saja pria itu hendak berdiri meninggalkan Dea, dan baru saja Dea mulai bernapas sedikit lega setelah mengetahui bahwa Elsa dipindah

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 180

    Dea langsung bangkit, meski tangannya masih terikat selang infus. “Dan kau pikir aku melakukan ini lagi, Pangeran?” tanyanya, nyaris tak percaya.Frans menatap ke sekeliling. Jus tercecer, pecahan kaca di lantai, dan Elsa yang berdiri di dekat ranjang Dea.“Dea, aku tahu kamu sedang tidak stabil. Mungkin kamu lelah. Tapi tolong, jaga dirimu. Jangan biarkan emosi menguasai.”Wajah Dea pucat. Bukan karena sakit. Tapi karena dihianati—lagi. Dea tertawa miris."Elsa, kamu pikir semua orang itu bodoh ya."Elsa pura-pura menenangkan. “Sudah, sudah. Aku yang salah, Pangeran Frans. Jangan marahi Dea. Dia hanya butuh ketenangan.”Kalimat itu seperti paku terakhir di peti nalar Dea. "Cuih!"“Frans, apakah kamu tidak sadar? Dia sedang membunuhku perlahan dengan kata-kata manis di depan orang lain…”

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 179

    Dea menatap Frans lama. Bibirnya bergetar. Ingin sekali ia bicara, menjelaskan. Tapi yang keluar hanya satu kalimat lirih:“Saya tidak menyentuhnya.”Elsa langsung menangis lebih keras. “Kalau aku bohong, kenapa aku yang kena sup panas ini, hah?! Aku bahkan hamil, Frans! Bayiku terancam!”"Ahh, luka pasti.... perih Frans!" Elsa merangkul leher Pangeran itu dengan erat dan merintih keras.Dea menggigit bibir. Matanya menatap kosong. Ia tahu ini bukan kesalahan. Ini jebakan. Tapi dengan kondisi tubuh yang masih lemah, siapa yang akan percaya pada ibu hamil yang dianggap setengah sakit jiwa dan setengah depresi seperti dirinya?Frans menoleh ke dokter yang mengikuti langkahnya. “Pastikan janin Elsa baik-baik saja. Segera.”Kemudian ia berpaling ke Dea sekali lagi, kali ini tidak selembut biasanya. Ada sorot curiga dalam tatapannya. “I

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 178

    Elsa tersenyum samar, lalu menatap Frans dengan mata berair. “Aku hanya ingin kamu tahu… aku ada dan juga sedang mengandung anakmu. Apakah aku salah?”"Elsa-"Sementara itu, Dea kembali ke kamar rawatnya dengan jantung berdebar. Ia tahu ia tak bisa menilai dari apa yang ia dengar saja, tapi... luka lama Yama belum sembuh, dan kini, ada luka baru yang mulai menganga. Frans berselingkuh padahal dia sudah tahu, tapi semua ini terasa begitu menyakitkan baginya.Ia duduk di ranjang dan memeluk lututnya, menatap jendela yang kini mulai dihiasi cahaya jingga petanda senja."Yama... kamu di mana? Apakah kamu tahu hatiku seperti perangkap? Selalu penuh luka, tapi tetap terbuka untukmu.""Apakah benar, kamu sudah menyerahkan semua cinta dan perhatianmu hanya untuk Meisya?"Perlahan, air mata mengalir di pipinya. Tapi untuk pertama kalinya, Dea tidak

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 177

    Frans mengikut arah pandangnya, tapi begitu ia memutar tubuhnya, siluet itu sudah menghilang. Tidak ada seseorang pun di sana.“Yama? Mana? Siapa?”Dea menggeleng lagi, kali ini dengan lebih kuat, menahan rasa rindu yang tiba-tiba menyesakkan. Air matanya jatuh tanpa suara. Ia tak tahu apakah bayangan itu nyata atau hanya keinginan yang terlalu dalam. Ternyata itu hanya halusinasi.Frans menatapnya dalam diam. Ia tahu tak bisa menggantikan Yama. Tapi ia juga tak bisa membiarkan Dea menunggu seseorang yang mungkin tak pernah kembali.“Kalau kamu mau, aku bisa membawamu ke negara lain,” katanya pelan. “Jauh dari Inggris, dari semuanya. Kita bisa mulai hidup baru. Melupakan semua yang pernah ada. Bagaimana?”Dea menatap perutnya lagi. Ia mengelusnya, dan untuk sesaat, ia merasa sesuatu bergerak. Bukan secara fisik, tapi dalam batinnya. Sebuah bisikan kecil: Ada anak Yama di dalam.“Tidak,” ucap Dea akhirnya. Lirih, tapi tegas. “Aku akan tetap di sini saja."Frans mengangguk, setengah leg

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status