Share

Bab 210

Penulis: Runayanti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-11 10:08:51

Sementara itu di saat yang tidak jauh berbeda, Sanjaya sudah waktunya kembali ke rumah.

Sanjaya menghela napas panjang ketika pintu rumahnya terbuka dan aroma khas rumah tangga dengan istri yang hamil tua langsung menyambutnya, campuran minyak telon, susu, dan entah kenapa, bawang putih goreng.

Sanjaya menutup hidungnya, tidak menyukai aroma itu. Langkahnya pelan, seolah takut membangunkan bom waktu yang sedang menunggu di balik ruang tengah. Dan benar saja, dari balik sofa, muncullah Melia dengan perut besar, mengenakan daster bermotif bunga, rambut berantakan, dan ekspresi tak bersahabat.

"Akhirnya, sudah jam segini baru pulang," cetus Melia sambil melipat tangan di dada.

"Bukankah tadi pagi, pesawatmu sudah mendarat?"

Sanjaya mencoba tersenyum, meski tubuhnya rasanya lelah luar biasa. “Aku... aku ke kantor sebentar."

"Lho, ini jam berapa?"

"Egh, tadi... Tadi lembur dikit, ya biasa... kerjaan lagi p

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 216

    Jumlah yang tak masuk akal bagi pria sepertinya. Dua kali lipat dari semua tabungan yang ia miliki, dan sisa uang dari Meisya sebelumnya hampir habis untuk perawatan darurat dan penginapan Melia. Ia tahu ini akan datang, tapi tetap saja... melihat angka itu di atas kertas seperti menerima vonis mati secara perlahan.Dengan jari gemetar, Sanjaya menghubungi Meisya. Butuh tiga kali napas dalam sebelum dia menekan tombol “call.”Tak butuh lama, Meisya menjawab. Suaranya cerah, seperti sedang menikmati teh sore di balkon hotel.“Sanjaya… akhirnya kamu telepon juga.”“Aku… butuh bantuan lagi.”Meisya tertawa kecil.“Tentu. Aku sudah menduga. Berapa kali kau jatuh, selalu aku yang menangkapmu, bukan? ”Sanjaya menelan ludah. “Tagihan rumah sakit naik jadi dua ratus juta…”Di seberang,

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 215

    Saat pintu apartemen Meisya tertutup di belakangnya, tubuh Sanjaya limbung. Kakinya bergetar hebat, dan ia terpaksa berpegangan pada dinding koridor hanya agar tidak jatuh.Pinggangnya terasa seperti retak, tulangnya seolah patah dalam diam. Otot-otot tubuhnya menjerit. Tapi bukan hanya tubuhnya yang sakit, jiwanya pun retak, diseret di antara dua dunia yang sama-sama membinasakan.Namun satu hal membuatnya tetap berdiri: kerinduannya pada Melia dan anaknya.Dengan sisa tenaga, ia menuruni lift, menuju mobilnya yang diparkir di basement. Meski tubuhnya nyaris roboh, ia tetap mengemudi. Setiap kali gas diinjak, tubuhnya menegang karena rasa nyeri.Namun pikirannya sudah melayang jauh ke rumah sakit, ke wajah anaknya yang belum sempat ia peluk benar-benar, dan ke Melia yang sempat memaafkannya tanpa tahu bahwa suaminya baru saja menjual kehormatan demi sebuah tagihan.Di lampu merah, Sanjaya bersandar di seti

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 214

    Ia melempar gelas ke lantai, membuat pecahannya tersebar dan anggur merah mengalir seperti darah di marmer putih. Sanjaya terkejut, namun dia tidak berani bergerak apa lagi berbicara.“Kamu pikir kenapa aku akhirnya menoleh padamu?” lanjutnya dengan suara gemetar, menahan amarahnya sendiri.“Karena kamu! Kamu yang pertama menggoda. Kamu yang datang dengan senyum licik, dengan tatapan berani, dan tubuhmu yang... perkasa.” Ia menatap tubuh Sanjaya dari atas ke bawah, penuh intensitas.“Kamu menaklukkan hatiku. Jangan pura-pura lupa!”Sanjaya terdiam. Ia tahu setiap kalimat dari Meisya adalah ledakan dari luka lamanya, dan sekaligus peluru kendali untuk mengikatnya lebih dalam. Tapi ia juga tahu bahwa ia harus tetap waspada, jangan sampai emosi wanita itu menyeretnya kembali ke dalam peran sebagai mainan malam.Ia mencoba mengalihkan, menarik napas panjang. &ld

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 213

    Beberapa jam sebelumnya, ia dipanggil oleh pihak administrasi rumah sakit. Di balik meja kaca dan kertas-kertas tagihan, seorang petugas perempuan menjelaskan dengan datar.“Untuk biaya operasi caesar, perawatan intensif, dan pemakaian inkubator selama tiga hari pertama, total tagihannya mencapai 73 juta, Pak Sanjaya. Itu belum termasuk biaya harian berikutnya. Kami butuh konfirmasi pembayaran dalam 24 jam.”Sanjaya membeku. Penghasilannya jelas tidak mencukupi. Tabungannya hampir habis karena kebutuhan kehamilan Melia dan... tentu saja, gaya hidup bayangan yang harus ia jalani untuk memenuhi ekspektasi Meisya selama ini. Wanita itu selalu membeli barang, bahkan hal-hal yang tidak dia butuhkan.Ia merasa seperti ditikam di dada. Baru saja ia berjanji pada dirinya sendiri untuk mengakhiri semuanya, menjadi suami dan ayah seutuhnya, meninggalkan Meisya dan dunia gelap itu. Tapi kenyataan finansial menyeretnya k

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 212

    Sanjaya merasa seperti ditarik dari dua sisi. Kepalanya pusing. Hatinya mencelos. Seolah jiwanya dipaksa robek, dihajar dilema yang tidak bisa dimenangkan.Ia melihat wajah Meisya. Cantik, penuh hasrat. Tapi juga egois. Tidak peka pada kenyataan bahwa nyawa seseorang, dua nyawa... sedang dipertaruhkan.Kemudian ia membayangkan Melia. Sendirian. Di rumah. Dengan tubuh lemah, air ketuban yang pecah, ketakutan yang menyergap, dan kekecewaan karena suaminya tidak ada di sampingnya.Tubuh Sanjaya bergeming.“Kalau kamu pergi sekarang,” ancam Meisya lirih, “aku tidak akan pernah bantu kamu lagi. Bahkan sepeser pun.”Sanjaya memejamkan mata. Ini bukan soal uang lagi. Bukan soal janji atau kenikmatan semalam. Sanjaya tetap melanjutkan langkahnya setelah memakai kemejanya.Melihat itu, Meisya berteriak dengan lantang, "kamu harus membayar serat

  • Lady D Milik Sang Penguasa   Bab 211

    “Ya, ketemu klien lah, tadi itu pinjaman asal aku bisa memenangkan tender proyek, sekarang, tentu aku harus bekerja ekstra, bukan? ” jawab Sanjaya, lalu tersenyum dan pergi."Pergilah... pergilah." Melia mengibaskan sebelah tangannya. Dalam isi kepalanya mulai berputar keinginan untuk membeli peralatan bayi yang akan lahir itu."Aku butuh, meja tidur yang mewah untuk si kecil, harus ada loncengnya, pakai CCTV biar aku bisa melihat langsung lewat ponsel, terus harus ada mainan musik yang digantung biar dia nggak bosan."Melia bergumam sendiri dengan wajah yang ceria, tanpa tahu kenyataannya, “klien” yang disebut suaminya itu adalah Meisya.Malamnya, di apartemen Meisya yang elegan, suasana begitu tenang. Lampu temaram, aroma lilin wangi lavender memenuhi udara. Meisya sedang bersandar di sofa, mengenakan gaun tipis dari satin merah marun, rambutnya digulung rapi, bibirnya dipulas merah darah.Dia bahkan ti

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status