Terimakasih, jangan lupa beri komentar karya penulis ini.
Bab 7. JERITAN KEMATIAN WAROK BUTO KOLO Krak…! Sekali lagi terdengar suara tulang patah, suara ini menyerupai suara bambu yang ditekuk dengan paksa dan begitu nyaring. Saking nyaringnya suara tulang patah ini, membuat telinga siapa saja yang mendengarnya langsung bergidik ngeri. “Argh… sialan kamu kampret… ! “ maki Warok Buto Kolo dengan wajah dipenuhi ekspresi kesakitan bercampur dengan kemarahan. Mendengar makian Warok Buto Kolo, ekspresi wajah Jaka Tole tetap datar seakan makian pentolan perampok itu hanya angin lalu. Setelah menghancurkan kaki Warok Buto Kolo, Jaka Tole melepaskan pegangan pada tangan Warok itu. Bruk… Tubuh Warok Buto Kolo terjatuh di lantai ubin batu, begitu Jaka Tole melepaskan cengkraman pada tangannya. Tatapan mata Jaka Tole langsung berubah sangat tajam, ketika mendengar makian pentolan perampok ini. Dengan santainya pemuda berpenampilan aneh ini, segera mengangkat kakin
Bab 6. MENGHUKUM WAROK BUTO KOLO “Kamu ingin tahu siapa saya? Sebaiknya kamu tanyakan kepada Malaikat maut yang akan menjemputmu,” kata Jaka Tole dengan nada bercanda sambil tersenyum mengejek. “Kurang ajar, kalian tangkap orang gila ini dan siksa dia untuk mengaku siapa dia.” “Baik ketua…!” teriak lima orang berbadan kekar yang menjadi komandan pasukan gerombolan perampok ini. Jaka Tole yang melihat ada lima orang berbadan kekar, menghampirinya tampak cuek, ekspresi wajahnya sama sekali tidak terlihat takut maupun panik. “Kenapa hanya lima yang minta dikirim menemui Malaikat maut? Sebaiknya kalian semua menangkapku kalau bisa, he he he he….” ejek Jaka Tole sambil menyeringai dengan ekspresi menghina. “Brengsek, dasar kecoa. Terima ini…!” teriak salah satu warok sambil menyabetkan golok besar di tangannya ke arah Jaka Tole. Melihat ada golok besar berkelebat kearahnya, ekspresi wajah Jaka Tole tidak berubah. Mana mungki
Bab 5. MENYATRONI MARKAS PERAMPOK Tidak berapa lama pria misterius itu sudah kembali dengan dua ekor ayam hutan yang sudah dibersihkan bulu dan isinya dengan air hujan. “Siapa itu?!” kata Nimas Ayunina saat melihat bayangan orang memasuki gua tempat dia berada. Sepertinya dia belum sadar, kalau dia saat ini sedang berada didalam gua milik orang lain. “Ini saya,” kata pria misterius itu sambil melangkah masuk kebagian dalam gua. Rasa panik Nimas Ayunina seketika menghilang ketika mendengar suara dan penampilan orang yang baru saja masuk kedalam gua dengan dua ekor ayam hutan di tangannya. Sekarang dia baru tersadar, kalau sedari tadi pria misterius itu belum masuk ke dalam gua. Kemudian Nimas Ayunina melihat pria yang penampilannya sangat aneh ini mulai menusuk kedua ayam hutan itu dengan ranting, kemudian menggantungnya di atas api unggun. Kriuk… kriuk… Tak lama kemudian bau harum dari ayam bakar diatas api unggun mulai tercium seb
Bab 4. PRIA MISTERIUS Ekspresi ketakutan tidak bisa disembunyikan dari wajah Nimas Ayunina, siapa orangnya yang tidak ketakutan, jika saat sedang berlari dari kejaran para perampok tiba-tiba menabrak sesosok tubuh yang mempunyai tampilan kacau.*** “Wanita? Bagaimana bisa, didalam hutan yang sangat lebat seperti ini ada wanita di dalam hutan,” kata manusia yang baru saja ditabrak Nimas Ayunina. Meskipun suara manusia yang ditabraknya tidak terlalu keras, akan tetapi Nimas Ayunina masih bisa mendengarnya. Ternyata manusia yang ditabraknya adalah seorang manusia dan dari nada suaranya terlihat masih muda. Hal ini tentu saja membuatnya semakin ketakutan,siapa yang tidak takut, saat dia sedang melarikan diri dari para perampok, kini dia malah bertemu dengan orang yang tidak jelas jati dirinya. “Kenapa kamu berada di dalam hutan, malam-malam begini? Dimana rumahmu?” kata pria yang ditabrak Nimas Ayunina alih-alih menjawab pertanyaannya. “Pergi! Pergi!
Bab 3. PUTRI JADI PELAMPIASAN NAFSUSepertinya ini bukanlah pertarungan akan tetapi lebih tepat jika disebut sebagai pembantaian.Karena para prajurit dan pendekar bayaran itu seperti pohon pisang yang bisa di tebas dengan sangat mudah oleh anak buah Warok Buto Kolo.Serangan para prajurit dan pendekar bayaran yang mengenai tubuh anak buah Warok Buto Kolo dibiarkan saja, mereka malah tertawa terbahak-bahak ketika sabetan serta tusukan para prajurit dan pendekar itu mengenai tubuh mereka.Dan saat para prajurit dan pendekar itu tertegun, sabetan golok para perampok menebas leher mereka.Kepala yang tertebas dan perut yang terburai langsung menghiasi hutan Mentaok.Darah segar bercampur dengan air hujan seketika membuat tanah di bawah kereta kuda berubah merah.Hanya dalam hitungan menit, semua pengawal juragan Atmaja sudah binasa di tebas golok dan pedang para perampok. Nimas Ayunina dan Juragan Atmaja yang bersembunyi di dalam kereta kuda tampak panik, saat mendengar teriakan k
Bab 2. PENYERGAPAN TAK TERDUGA Waktu berlalu secepat angin yang berhembus jika tidak dinanti, akan tetapi akan terasa sangat lambat ketika waktu di tunggui. Sepuluh tahun berlalu sejak tragedi di desa Waru dan kehancuran di seluruh dunia sejak keonaran yang dibuat para golongan hitam. Saat ini dunia sudah kembali tertata, meskipun tidak kembali seperti sebelumnya. Karena penguasa dunia ini pada saat ini adalah para penguasa dari golongan hitam, bahkan raja-raja dari berbagai negeri juga sudah ditaklukkan oleh para pendekar golongan hitam yang sangat kuat. Meskipun tidak ada penyebaran dan pembantaian seperti sepuluh tahun yang lalu, akan tetapi ketenangan penduduk sudah terbiasa karenanya. Akan tetapi kejahatan seperti perampokan, perdagangan budak dan kejahatan lainnya masih saja berlangsung. Dunia sekarang kembali ke hukum rimba, siapa yang kuat maka dia akan bisa melindungi kelompoknya, dan siapa yang lemah akan dibantai serta para w