Beranda / Pendekar / Lahirnya Legenda Ksatria Abadi / Bab 6. MENGHUKUM WAROK BUTO KOLO

Share

Bab 6. MENGHUKUM WAROK BUTO KOLO

Penulis: MN Rohmadi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-08 20:57:41

Bab 6. MENGHUKUM WAROK BUTO KOLO

       “Kamu ingin tahu siapa saya? Sebaiknya kamu tanyakan kepada Malaikat maut yang akan menjemputmu,” kata Jaka Tole dengan nada bercanda sambil tersenyum mengejek.

       “Kurang ajar, kalian tangkap orang gila ini dan siksa dia untuk mengaku siapa dia.”

       “Baik ketua…!” teriak lima orang berbadan kekar yang menjadi komandan pasukan gerombolan perampok ini.

        Jaka Tole yang melihat ada lima orang berbadan kekar, menghampirinya tampak cuek, ekspresi wajahnya sama sekali tidak terlihat takut maupun panik.

        “Kenapa hanya lima yang minta dikirim menemui Malaikat maut? Sebaiknya kalian semua menangkapku kalau bisa, he he he he….” ejek Jaka Tole sambil menyeringai dengan ekspresi menghina.

        “Brengsek, dasar kecoa. Terima ini…!” teriak salah satu warok sambil menyabetkan golok besar di tangannya ke arah Jaka Tole. 

         Melihat ada golok besar berkelebat kearahnya, ekspresi wajah Jaka Tole tidak berubah. 

          Mana mungkin Jaka Tole memandang tinggi, sabetan golok besar milik anggota gerombolan perampok Warok Buto Kolo? 

         Kemudian dengan gerakan santai, jari tangannya bergerak. 

        Tapi… 

       “Hegh… “

Terdengar suara tertahan dari mulut perampokan yang menyabetkan golok besarnya. 

         Pupil matanya membesar, wajahnya memerah, ketika tiba-tiba saja golok sedang diayunkan berhenti tepat di depan tubuh pemuda berpenampilan aneh ini. 

         Dengan sekuat tenaga, dia berusaha melepaskan golok miliknya yang dijepit dua jari Jaka Tole. 

         Meskipun otot-otot di tangannya keluar dan giginya terkatup sambil mengerahkan seluruh kekuatan nya, namun golok nya tetap diam tidak bisa dilepaskan. 

        Sepasang mata Jaka Tole tetap tenang menatap perampok yang sedang berusaha melepaskan goloknya. 

        Trak… 

        Kemudian terdengar suara besi patah, disusul teriakan kematian, ketika ujung golok yang patah terbang ke kepala pemiliknya. 

         Jleb.. 

        “Argh… !”

Mata semua orang tertuju pada Jaka Tole dan perampok yang di keningnya sudah tumbuh tanduk dari sebuah golok besar. 

        Warok Buto Kolo dan anak buahnya langsung tertegun, ketika melihat salah satu rekannya mengalami nasib tragis, dengan golok miliknya yang berbalik menancap di keningnya, hingga tembus ke belakang kepala. 

         Sementara itu Jaka Tole masih berdiri dengan santai di tempatnya, setelah membunuh salah satu perampok. 

        “Brengsek, ternyata kamu mempunyai kemampuan, sehingga berani mendatangi markas kami,” geram Warok Buto Kolo sambil memelototkan kedua matanya seakan mau keluar dari rongganya. 

       “Kalian, cepat habisi mayat berjalan ini, cincang dan buang mayatnya untuk makanan hewan di hutan.”

       “Baik ketua! “ teriak semua orang dengan serempak. 

        Puluhan pria kekar didalam ruangan ini segera mencabut golok besar di tangannya, saking tajamnya, golok itu berkilau ketika terkena cahaya dari lampu damar yang menggantung di tengah ruangan. 

        Setelah saling pandang satu dengan yang lainnya, mereka segera menyerang Jaka Tole. 

       “Mati… !”  

       “Cincang… !”

        Wuss… 

        Wuss… 

Puluhan senjata tajam berkelebat ke arah tubuh Jaka Tole dari berbagai arah. 

        Waroi Buto Kolo tampak tersenyum, melihat puluhan anak buahnya menyerang pemuda aneh di depannya secara bersamaan. 

       “Marilah kau tikus yang mencoba melawan harimau,” gumam Warok Buto Kolo sambil tersenyum sinis, membayangkan tubuh Jaka Tole akan dicincang habis oleh puluhan anak buahnya. 

       Akan tetapi bayangan serta kenyataan ternyata jauh berbeda. 

        Karena disaat puluhan senjata tajam terayun ke arahnya, tubuh Jaka Tole melayang ke langit-langit rumah sambil mengibaskan tangannya.

         Slep… 

        “Hegh… “

        “Argh… “

         Suara teriakan dan jeritan kematian menggema di dalam ruangan ini, ketika puluhan senjata tajam itu menusuk dan menyabet tubuh mereka. 

        Semua orang tidak percaya dengan apa yang terjadi. 

        Bagaimana mungkin, mereka percaya kalau senjata mereka malah menusuk dan menyabet tubuh rekan mereka sendiri. 

        Darah seketika keluar dari tubuh puluhan perampok, membasahi lantai dan bau amis memenuhi ruangan. 

        Setelah terdiam dalam keterkejutan, akhirnya mereka benar-benar terdiam, ketika Malaikat Maut mencabut nyawa mereka untuk dibawa ke Neraka. 

        Ekspresi warok Buto Kolo seketika menjadi buruk, melihat puluhan anak buah kepercayaannya mati dengan begitu mudah oleh pemuda aneh di depannya. 

       “Si…  si…  siapa kamu? Kenapa kamu menyatroni markas kami?” kata Warok Buto Kolo sambil menatap wajah Jaka Tole dengan tatapan tajam. 

      “Kamu tidak perlu tahu siapa saya, yang pasti saya datang untuk memusnahkan orang-orang seperti kalian dari muka bumi ini,” balas Jaka Tole dengan nada datar. 

       “Kurang ajar, beraninya kamu menghiraukan pertanyaan ku.  Baiklah, sepertinya kamu memang sudah bosan hidup. Jangan kamu kira dengan berhasil membunuh anak buahku, sudah berarti kamu kuat.? Sekarang Terima ini… !” teriak Warok Buto Kolo sambil melayangkan tinjunya kearah Jaka Tole. 

        Sambaran angin yang sangat kuat mengiringi gerakan tinju pimpinan perampok ini. 

         Sementara itu, Jaka Tole yang melihat tinju Warok Buto Kolo melayang ke arahnya dengan kecepatan penuh, terlihat berwajah datar. 

        Jaka Tole sama sekali tidak berusaha menghindari pukulan warok Buto Kolo ini, senyum tipis menghasilkan wajahnya. 

        Tap… 

        Kemudian, dengan kecepatan yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang, tangan Warok Buto Kolo ditangkap. 

        Krak…! 

        Suara renyah terdengar, ketika tinju Warok Buto Kolo digenggam tangan Jaka Tole. 

        Kemudian tinju itu diremas, hingga terdengar suara renyah dari tulang-tulang tangan yang dihancurkan. 

         Wajah Warok Buto Kolo langsung menggelap menahan rasa sakit dari tulang tangannya yang diremas Jaka Tole. 

        Dengan menggertakkan giginya, kaki Warok Buto Kolo digerakkan untuk menendang perut Jaka Tole, agar melepaskan cengkeram pada tangannya. 

        Mengetahui gerakan dari kaki Warok Buto Kolo, ekspresi Jaka Tole tetap datar. 

        Kemudian dia menggerakan tangan yang masih mencengkram tangan Warok Buto Kolo.

        Wush… 

***

MN Rohmadi

Terimakasih kepada para pembaca setia novel karya MN Rohmadi dan pembaca baru novel karya MN Rohmadi. Penulis berharap karya-karyanya bisa menghibur anda semua, jangan lupa folow akun Goodnovel penulis MN Rohmadi dan masukkan novel ini ke daftar pustaka anda. terimakasih selamat membaca, semoga terhibur.

| 2
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 7. JERITAN KEMATIAN WAROK BUTO KOLO

    Bab 7. JERITAN KEMATIAN WAROK BUTO KOLO Krak…! Sekali lagi terdengar suara tulang patah, suara ini menyerupai suara bambu yang ditekuk dengan paksa dan begitu nyaring. Saking nyaringnya suara tulang patah ini, membuat telinga siapa saja yang mendengarnya langsung bergidik ngeri. “Argh… sialan kamu kampret… ! “ maki Warok Buto Kolo dengan wajah dipenuhi ekspresi kesakitan bercampur dengan kemarahan. Mendengar makian Warok Buto Kolo, ekspresi wajah Jaka Tole tetap datar seakan makian pentolan perampok itu hanya angin lalu. Setelah menghancurkan kaki Warok Buto Kolo, Jaka Tole melepaskan pegangan pada tangan Warok itu. Bruk… Tubuh Warok Buto Kolo terjatuh di lantai ubin batu, begitu Jaka Tole melepaskan cengkraman pada tangannya. Tatapan mata Jaka Tole langsung berubah sangat tajam, ketika mendengar makian pentolan perampok ini. Dengan santainya pemuda berpenampilan aneh ini, segera mengangkat kakin

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 6. MENGHUKUM WAROK BUTO KOLO

    Bab 6. MENGHUKUM WAROK BUTO KOLO “Kamu ingin tahu siapa saya? Sebaiknya kamu tanyakan kepada Malaikat maut yang akan menjemputmu,” kata Jaka Tole dengan nada bercanda sambil tersenyum mengejek. “Kurang ajar, kalian tangkap orang gila ini dan siksa dia untuk mengaku siapa dia.” “Baik ketua…!” teriak lima orang berbadan kekar yang menjadi komandan pasukan gerombolan perampok ini. Jaka Tole yang melihat ada lima orang berbadan kekar, menghampirinya tampak cuek, ekspresi wajahnya sama sekali tidak terlihat takut maupun panik. “Kenapa hanya lima yang minta dikirim menemui Malaikat maut? Sebaiknya kalian semua menangkapku kalau bisa, he he he he….” ejek Jaka Tole sambil menyeringai dengan ekspresi menghina. “Brengsek, dasar kecoa. Terima ini…!” teriak salah satu warok sambil menyabetkan golok besar di tangannya ke arah Jaka Tole. Melihat ada golok besar berkelebat kearahnya, ekspresi wajah Jaka Tole tidak berubah. Mana mungki

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 5. MENYATRONI MARKAS PERAMPOK

    Bab 5. MENYATRONI MARKAS PERAMPOK Tidak berapa lama pria misterius itu sudah kembali dengan dua ekor ayam hutan yang sudah dibersihkan bulu dan isinya dengan air hujan. “Siapa itu?!” kata Nimas Ayunina saat melihat bayangan orang memasuki gua tempat dia berada. Sepertinya dia belum sadar, kalau dia saat ini sedang berada didalam gua milik orang lain. “Ini saya,” kata pria misterius itu sambil melangkah masuk kebagian dalam gua. Rasa panik Nimas Ayunina seketika menghilang ketika mendengar suara dan penampilan orang yang baru saja masuk kedalam gua dengan dua ekor ayam hutan di tangannya. Sekarang dia baru tersadar, kalau sedari tadi pria misterius itu belum masuk ke dalam gua. Kemudian Nimas Ayunina melihat pria yang penampilannya sangat aneh ini mulai menusuk kedua ayam hutan itu dengan ranting, kemudian menggantungnya di atas api unggun. Kriuk… kriuk… Tak lama kemudian bau harum dari ayam bakar diatas api unggun mulai tercium seb

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 4. PRIA MISTERIUS

    Bab 4. PRIA MISTERIUS Ekspresi ketakutan tidak bisa disembunyikan dari wajah Nimas Ayunina, siapa orangnya yang tidak ketakutan, jika saat sedang berlari dari kejaran para perampok tiba-tiba menabrak sesosok tubuh yang mempunyai tampilan kacau.*** “Wanita? Bagaimana bisa, didalam hutan yang sangat lebat seperti ini ada wanita di dalam hutan,” kata manusia yang baru saja ditabrak Nimas Ayunina. Meskipun suara manusia yang ditabraknya tidak terlalu keras, akan tetapi Nimas Ayunina masih bisa mendengarnya. Ternyata manusia yang ditabraknya adalah seorang manusia dan dari nada suaranya terlihat masih muda. Hal ini tentu saja membuatnya semakin ketakutan,siapa yang tidak takut, saat dia sedang melarikan diri dari para perampok, kini dia malah bertemu dengan orang yang tidak jelas jati dirinya. “Kenapa kamu berada di dalam hutan, malam-malam begini? Dimana rumahmu?” kata pria yang ditabrak Nimas Ayunina alih-alih menjawab pertanyaannya. “Pergi! Pergi!

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 3. PUTRI JADI PELAMPIASAN NAFSU

    Bab 3. PUTRI JADI PELAMPIASAN NAFSUSepertinya ini bukanlah pertarungan akan tetapi lebih tepat jika disebut sebagai pembantaian.Karena para prajurit dan pendekar bayaran itu seperti pohon pisang yang bisa di tebas dengan sangat mudah oleh anak buah Warok Buto Kolo.Serangan para prajurit dan pendekar bayaran yang mengenai tubuh anak buah Warok Buto Kolo dibiarkan saja, mereka malah tertawa terbahak-bahak ketika sabetan serta tusukan para prajurit dan pendekar itu mengenai tubuh mereka.Dan saat para prajurit dan pendekar itu tertegun, sabetan golok para perampok menebas leher mereka.Kepala yang tertebas dan perut yang terburai langsung menghiasi hutan Mentaok.Darah segar bercampur dengan air hujan seketika membuat tanah di bawah kereta kuda berubah merah.Hanya dalam hitungan menit, semua pengawal juragan Atmaja sudah binasa di tebas golok dan pedang para perampok. Nimas Ayunina dan Juragan Atmaja yang bersembunyi di dalam kereta kuda tampak panik, saat mendengar teriakan k

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 2. PENYERGAPAN TAK TERDUGA

    Bab 2. PENYERGAPAN TAK TERDUGA Waktu berlalu secepat angin yang berhembus jika tidak dinanti, akan tetapi akan terasa sangat lambat ketika waktu di tunggui. Sepuluh tahun berlalu sejak tragedi di desa Waru dan kehancuran di seluruh dunia sejak keonaran yang dibuat para golongan hitam. Saat ini dunia sudah kembali tertata, meskipun tidak kembali seperti sebelumnya. Karena penguasa dunia ini pada saat ini adalah para penguasa dari golongan hitam, bahkan raja-raja dari berbagai negeri juga sudah ditaklukkan oleh para pendekar golongan hitam yang sangat kuat. Meskipun tidak ada penyebaran dan pembantaian seperti sepuluh tahun yang lalu, akan tetapi ketenangan penduduk sudah terbiasa karenanya. Akan tetapi kejahatan seperti perampokan, perdagangan budak dan kejahatan lainnya masih saja berlangsung. Dunia sekarang kembali ke hukum rimba, siapa yang kuat maka dia akan bisa melindungi kelompoknya, dan siapa yang lemah akan dibantai serta para w

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status