Share

Tingkah anakku

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

"Wakomtalam papa"

"Waom'alam papa"

Jawab mereka yang langsung lari dan meluk kaki papa kesayangannya. Hanya Nunu orangnya yang tidak pernah ngomel panjang  lebar jika si double bawel  sudah berulah.

"Udah mandi?" Tanya Nunu sembari menebar senyum terindah sejagat raya ya dihadapan anak-anakku ini.

"Udah papa. Ala ama anu udah alum, udah tantik Selti mama." Ucap Tiara. Seperti biasa, dia menunjukkan gigi-giginya yang masih belum lengkap. Kadang aku suka bingung, halus sekali nada bicara anakku ke bapaknya. Sedangkan ke aku? Ga usah ditanya, males jawab

"Ala anu ndak tantik tapi danteng selti pa elte." ebuset, anakku yang satu ini bener-bener ya. Masa bapaknya  Nunu terus dia mirip pa RT. Ga ngerti aku

"Ko kayak pa RT?" Ucap suamiku dengan muka mesem atau bahkan kebingungan dengan ucapan yang dilontarkannya

"Aduuhhh papa ... kan kata anu gembul kalo anu gembul anu danteng ya, kan anu tekalang danteng tama pelut gedena anu, talo pelut gede anu pergi ntal anu ndak danteng agi... Pa elte tuh pelut na nde na dadi danteng" cerocos anakku. Yang membuat aku geleng  kepala adalah ketika ia menepuk jidat dan melipat tangan seperti perilaku orang dewasa

WAGELASEH!

Anakku kalo ngomong suka ga paket  napas ya, nyerocos seperti kereta api tut .... Tut ... Tut—eh, maksudku nada bicaranya saja yang cepat, tidak ada Tut Tut Tut. Cara ngomongnya itu, blussssss cepet banget kayak naek kereta eksekutif. Satu  detik mungkin lima kata yang keluar. 

Tadi, dia fikir dia itu ganteng jika perutnya  gede? Wah, wah, nih, anak belum ngeliat aja perut sixpack dengan kotak-kotak ada delapan—eh, kan six ya, artinya enem—perut sixpack itu damagenya tidak terkalahkan. Tapi dia salah paham dengan apa yang Nunu bilang dulu "kamu gembul, deh, ganteng sama gendut. Lucu" Ya lord, tolonglah ... Beri anakku hidayah, satu saja ... Agar dia bisa lempeng otaknya

"Iya engga dong nak." Timpal suamiku geram.

Nunu udah geleng-geleng, garuk  tengkuk, langsung bawa Keanu ke pangkuannya. Yang satu cemberut, bibir di monyongkan karena tidak di ajak ke pangkuan sang ayah. Karna Nunu orangnya peka, akhirnya Tiara pun ke pangkuan sang ayah, lalu diciumi pipi mereka bergantian. Mungkin sebuah pipi kebanggaan

Nunu menciumi anakku secara bergantian. Iri, itu yang aku rasakan. Anak-anakku kalo sana aku serasa kucing dan anjing, tiap menit dekat dengan anak kembar ku itu tidak pernah merasakan seperti apa uang suamiku alami. Palingan aku merasakan pusing tujuh keliling gara-gara anakku yang terlalu gemesin. Nunu juga jauh banget sikapnya, ga kayak dulu. Sekarang Nunu jarang ngajak ngobrol. Ngajak ngobrol aja jarang apalagi ngajak enak-enak

Kalo papanya udah pulang kerja, langsung di gelendotin sama anak-anakku sampe mereka tidur

Masuk kamar cuma nanya, "si kembar bandel ga?" Aku sampe hafal kata-kata itu akan dilontarkan saat apa dan jam berapa, selesai aku menjawab dia hanya bilang "aku tidur ya, capek banget." Segitu doang percakapan kita. Dia kira, dia doang yang cape, aku juga sama. Aku dikekepin aja jarang banget. Dulu, Dulu, nih, ya kata 'dulu' tebelin, kasih garis bawah, caploks semua. Aku ga pernah sehari pun dianggurin. Sekarang, "bisa-bisa neng karatan, a"

Tapi ... Aku sama sekali ga marah ke siapapun itu. Kayaknya ga elit, deh, kalo aku sampe cemburu atau iri ke anak-anakku karena kedekatan mereka. Aku juga gamau nyalahin Nunu, karena dia emang cape ngurusin kerjaan. Toh dia juga cari nafkah untuk keluarga

***

Dua tahun kemudian ...

Vino Pov

"Sayang, anak anak udah pada makan belum?" Inj adalah pertanyaan rutin yang selalu aku tanyakan ketika baru pulang kerja, Nyimpen tas dan jas yang aku pakai di kamar. Istriku juga sudah menyiapkan baju santai untukku pakai dirumah.

"Belum, nunggu papa nya dulu ... katanya mau makan bareng." Ucap istriku

"Ya udah kalo gitu, aku mandi dulu ya atau ... Mau mandiin?" Godaku ke istri yang cuma dibales paket  gelengan kepala

"Becanda sayang."

"Anak anak udah umur 4 tahun, kamu masih aja kayak ABG ... Padahal umur udah kolot." Sewot anakku ini

Aku terkekeh mendengar ucapan dari sang istri, udah deh skakmat, ga bisa  buat bales lagi.

"Kamu turun duluan ke bawah aja ya, jagain anak anak." Ucapku. Sebenarnya ada niat terselubung, aku menyuruh istriku ini untuk duluan  karena aku tidak mau kelihatan kalah karena ucapan istriku. Sebaiknya mengalihkan pembicaraan saja

Aku tidak menyangka, umurku yang sudah  sekian tahun (sengaja tidak ku sebut, agar selalu terlihat muda) anak-anakku masih kecil, lucu-lucu dan imut-imut. Tapi tenang, mukaku awet muda kayak anak umur lima tahun, anggap saja mukaku memakai borax. Yaelah baso borax kali, ah

Selesai mandi dan memakai baju, aku turun ke bawah untuk makan malam sama anak kembar dan  istri  tercintah nan cantik cetar membahana  badai katulistiwaku itu. Di meja makan udah ada Lili, Tiara dan Keanu yang sudah duduk manis seperti yang baca

Aku narik kursi yang ada di samping istri ku ... 

"Papa ko duduk na titu, itu tan tepat duduk anu pa ... anu lapolin ke pak elte ya talo papa ndak spoltip tama anak na tendiri.' ucap Tiara. Anakku ini  memang  benar-benar ya, masa larang bapanya untuk dekat-dekat dengan mereka. Masa, sih, kamj cemburu ke bapak sendiri

"Kan papa giliran duduk di samping mama." elakku tidak terima jika mau dijauhkan sama istri cantikku ini

"Kemalen kan jadwal papa duduk di situ, sekalang jadwal anu yang duduk di situ," ucap Tiara membela. Tiara memang kadang  sering memihak ke saudara kembarnya. Mereka sepertinya merasa rugi kalo aku berdekatan  dengan istri kesayangan ini. Padahal, mereka juga sering adu mulut dengan lili.

"Justru itu, karna kemaren papa ga duduk di sini jadi sekarang papa duduk di sini."

"Poko na  Ndak papah!"

Kalo aku mau makan, pasti dan wajib debat dulu sama anak-anak, semenjak setahun lalu. Aku sibuk kerja dan kurang bergaul dengan anak-anakku, hasilnya ya begini, absurd. Debat panjang cuma  gara-gara tempat duduk. Mereka 'kan yang harusnya ngalah, secara aku yang lebih tua di sini. Hha

"Udahlah, jangan debat dulu. Mama pusing."

Ibu negara udah turun tangan. Mau tidak mau aku harus mengalah demi  Anak-anakku ini. Duduk di antara dua anak kembar yang sangat imut, ganteng, lucu dan baik hati juga tidak sombong ini

"Sayang ini kamu yang masak?

"Butan laaa, itu bwatan ala laa. Ala tadi dado anget  matak na pa,. Ala tan anak na pilter selti om elbet eten." Ucap Tiara

"Albert Einstein, Nak."

"Iya toh benel elbet eten."

"Mama ko papa ndak nalah tama anak na, talo ndak nalah tama anak, anu mau tutel tambah ada la tama motol motolan." Bela Keanu

Emm buset, kualat kamu tong. Bapak sendiri, kamu mau tuker tambar. Sungguh teganya, teganya, teganya dirimu padaku. Untung kalian anakku, kalo anak ikan udah aku lempar ke beruang kutub utara, mati, baru nyaho

Bay the way, ini masakan Tiara?  Aku tidak percaya. Ini bukan Tiara yang masak tapi lili l. Dia bantu  recokin aja, mungkin.

"Iya, itu aku yang masakin, masa pembantu. Kan kita ga punya pembantu." Ucap lili

Mendengar perkataan istri cantikku ini. Muncul ide jahil terlintas di dalam pikiran.

Aku langsung saja menunjuk kedua aanak-anaku. Sungguh, aku  tidak ada niat untuk menjadikan anakku sebagai pembantu di rumah sendiri. Hanya saja staminaku sedang penuh untuk mengajak bercanda mereka. Dulu, aku Deket banget sama mereka. Sekarang? Lebih ke ibunya

"MAMAAAAA." Rengek Tiara ke Lili, istriku. Sedangkan Keanu hanya bergidik ngeri, mendengar aku berbicara seperti itu

"Papa .. ala lapolin ya papa ke pa elte atas pemcemalan nama baik ala tama anu, ini masuk ke pasal TPKA atau tindakan penyalah guna-an anak."

Widih demi pantat yang baca melebar, aku baru denger pasal seperti itu

Jago-jago ya anakku kalo ngarang

"Terus?" Aku ingin menguji kemampuan menyelesaikan si anak sampel mana. Kenapa bisa-bisanya pinter ngomong, sih?

"Telus ikan na masuk ke pelut ala." Jawab Tiara, anakku yang paling cantik ini

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status