Beranda / Fantasi / Langkah Di Jalan Keabadian / Bab 01 Perekrutan Murid Empat Sekte Besar

Share

Langkah Di Jalan Keabadian
Langkah Di Jalan Keabadian
Penulis: Kopi Senja

Bab 01 Perekrutan Murid Empat Sekte Besar

Penulis: Kopi Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-13 08:00:51

Pagi itu, alun-alun kota Yunzhou dipenuhi ribuan orang. Suasana meriah, namun juga penuh ketegangan. Bendera besar empat sekte besar berkibar gagah di udara: Sekte Awan Putih, Sekte Pedang Es Abadi, Sekte Tombak Petir, dan Sekte Teratai Emas.

Hari ini adalah hari perekrutan murid baru. Bagi pemuda maupun gadis, ini merupakan kesempatan emas untuk mengubah nasib.

"Perhatian! Perekrutan murid empat sekte besar dimulai sekarang!" suara seorang tetua Sekte Awan Putih bergema, membuat semua mata tertuju pada panggung utama.

Tahap pertama adalah tes kekuatan tubuh.

Batu uji berdiri di tengah alun-alun. Pemuda dan gadis maju satu per satu, memukul batu itu. Kebanyakan hanya menghasilkan cahaya samar, menunjukkan kekuatan rata-rata. Beberapa pemuda yang rajin berlatih fisik mampu membuat batu itu bergetar lebih kuat, tapi tetap dalam batas wajar.

Di antara peserta, tampak beberapa tuan muda dari keluarga besar kota Yunzhou. Mereka berpakaian mewah, sikapnya angkuh, dan setiap kali maju selalu diiringi tatapan penuh kagum dari kerumunan.

"Giliran Ye Tian, dari desa Qinghe!"

Seorang pemuda bertubuh kekar melangkah maju. Tubuhnya penuh otot, hasil latihan fisik keras sejak kecil. Meski hanya pemuda desa miskin, aura tenaganya membuat banyak orang melirik.

Ia menarik napas, lalu menghantamkan tinjunya ke batu.

BOOM!

Batu itu bergetar hebat, cahaya terang memancar. Banyak orang terperangah.

"Wow! Pukulan yang luar biasa!"

"Untuk pemuda desa, kekuatan fisiknya setara dengan para tuan muda kota!"

Ye Tian hanya menunduk sedikit, wajahnya tenang. Namun, ia tahu tahap berikutnya adalah ujian yang selalu menjadi aib baginya—tes akar spiritual.

Sebuah kristal bening ditempatkan di altar.

Satu per satu peserta meletakkan tangan di atasnya. Kebanyakan hanya memunculkan cahaya hijau pucat atau biru redup, menandakan akar spiritual tingkat menengah. Sesekali ada yang lebih terang, tapi tetap dalam batas wajar.

"Akar spiritual menengah, cukup untuk jadi murid luar sekte."

"Menengah lagi… memang beginilah di wilayah timur, akar langka jarang sekali muncul."

Sorak-sorai tetap terdengar tiap kali seorang tuan muda menghasilkan cahaya lebih terang, meski masih dalam kategori menengah. Wajah mereka sombong, seakan sudah pasti diterima.

Kini giliran Ye Tian. Ia maju dan meletakkan telapak tangannya di atas kristal.

Awalnya hening, lalu cahaya samar muncul—abu-abu kusam.

Kerumunan mendadak terdiam, sebelum tawa keras meledak.

"HAHAHA! Akar spiritual kusam!" Zhao Liang, yang berasal dari desa yang sama dengan Ye Tian, langsung menunjuk sambil tertawa terbahak-bahak. 

"Benar-benar sampah! Fisikmu kuat, tapi dengan akar busuk begitu, kau tak akan pernah jadi kultivator!" ejek Lin Fei.

Mei Lan menutup mulutnya sambil terkikik. "Aku kira kau bisa sedikit mengejutkan, ternyata hanya sia-sia."

Para tetua sekte saling berpandangan, sebagian menggeleng.

"Akar kusam, ini nyaris tak berguna."

"Hmph, tubuh kuat saja tak cukup. Jalannya sudah tertutup sejak awal."

Di barisan depan, seorang tuan muda dari keluarga Zhao  tersenyum meremehkan. "Orang macam sepertimu tak pantas bermimpi masuk sekte besar."

Ye Tian mengepalkan tepalak tangannya dengan erat. Meski dadanya terasa sesak mendengar ejekan, tatapannya tetap tajam. Ia menunduk sejenak, menahan emosi, namun api tekad dalam dirinya tidak padam.

Dari arah kerumunan, tampak dua sosok muda menatap penuh rasa iba. Lin Hao, pemuda berwajah tegas dengan sorot mata jujur, mengepalkan tangannya kuat-kuat. Di sampingnya berdiri Meng Rou, seorang gadis berwajah lembut dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Mereka adalah sahabat Ye Tian sejak kecil. Keduanya tahu betapa kerasnya Ye Tian berlatih setiap hari, menempuh latihan fisik tanpa henti demi memperkuat tubuhnya, berharap bisa menebus kekurangan yang dimilikinya.

“Tidak mungkin??? Dengan tubuh sekuat itu, bagaimana bisa akar spritualnya hanya kusam?” gumam Lin Hao seraya menahan emosi.

Meng Rou menggigit bibirnya, jemari halusnya bergetar saat meremas kain bajunya. "Tian-ge sudah berlatih lebih keras daripada siapa pun… dia bahkan tak pernah menyerah meski diejek satu desa. Kenapa… kenapa hasilnya tetap seperti ini?"

Di tengah tawa dan ejekan yang tak kunjung reda, seorang tetua dari Sekte Pedang Es Abadi mengibaskan tangannya.

"Cukup! Tidak perlu dilanjutkan. Dengan akar spiritual kusam, pemuda ini tidak layak diterima oleh salah satu sekte mana pun."

Tetua lain dari Sekte Awan Putih menggeleng pelan, suaranya dingin, “Tubuhmu memang kuat, tapi apa gunanya tanpa fondasi spiritual? Jalur kultivasi bagimu hanyalah mimpi kosong."

Keputusan itu disambut gelak tawa para peserta yang iri sekaligus puas melihat ada yang dipermalukan. Zhao Liang sengaja melangkah maju, suaranya dibuat lantang agar seluruh orang mendengar.

“Hahaha, dengar itu, Ye Tian! Bahkan tetua sekte pun menganggapmu sampah!”

"Sejak dulu aku sudah bilang, kau tidak punya masa depan. Ternyata benar, kan?" timpal Lin Fei. 

Mei Lan tersenyum sinis sambil melipat tangan. "Kau hanya buang-buang tenaga dengan semua latihan fisikmu."

Ye Tian berdiri terdiam. Suara riuh tawa bercampur cibiran seperti ribuan jarum menusuk telinga, tapi wajahnya tetap tenang. Tatapannya hanya lurus ke depan, seolah ejekan mereka tidak berarti apa-apa.

Lin Hao menunduk, mengepalkan telapak tangannya dengan kuat, sementara Meng Rou menitikkan air mata. Mereka ingin mendekat, namun kerumunan yang ramai membuat langkah mereka tertahan.

Akhirnya, Ye Tian menarik napas panjang. Ia berbalik tanpa sepatah kata pun, lalu melangkah meninggalkan alun-alun. Tubuhnya tegak, tetapi setiap langkahnya terasa berat seperti menahan beban teramat berat. 

Kerumunan masih berbisik-bisik, sebagian tertawa, sebagian lagi merasa iba serta kasihan. Tapi Ye Tian tidak peduli lagi.

"Sejak awal aku sudah tahu jalanku berbeda, kalau sekte tak menginginkanku, maka aku akan mencari jalanku sendiri."

Di kejauhan, sosoknya perlahan hilang di antara lautan manusia, meninggalkan panggung perekrutan yang penuh dengan sorak-sorai dan tawa penghinaan.

Begitu sosok Ye Tian menghilang di balik kerumunan, Lin Hao segera meraih tangan Meng Rou. "Ayo, kita susul dia!"

Mereka bergegas menerobos keramaian hingga akhirnya berhasil menyusul Ye Tian yang berjalan sendirian di jalan. Matahari senja mewarnai langit dengan cahaya merah keemasan, membuat bayangan tubuh Ye Tian terlihat panjang dan kesepian.

"Ye Tian!" Lin Hao memanggil dengan suara parau. Ia menepuk bahu sahabatnya kuat-kuat. "Jangan hiraukan mereka. Yang penting kamu sudah berusaha, meski kamu gagal di terima menjadi murid sekte besar. Masih ada kami yang akan selalu mendukungmu."

Meng Rou menatap wajah Ye Tian dengan mata berkaca-kaca, "Apa yang di katakan, Lin Hao, benar Tian'ge. Kamu jangan berkecil hati karena hal ini. Boleh saja mereka menertawakanmu, meremehkanmu, tapi bagi kami kamu adalah sosok paling hebat." 

Ye Tian berhenti sejenak, lalu menoleh pada kedua sahabatnya. Wajahnya tetap tenang, meski ada kilatan getir di matanya. "Kalian… terima kasih. Tanpa kalian, mungkin aku sudah terjatuh."

Mereka bertiga lalu kembali melangkah bersama, meninggalkan hiruk pikuk alun-alun. Tujuan mereka adalah penginapan sederhana yang sejak kemarin mereka sewa, ruangan kecil dengan ranjang kayu sederhana dan lampu minyak yang temaram.

Saat tiba, suasana kota Yunzhou masih ramai oleh pesta perekrutan. Namun di dalam kamar penginapan itu, hanya ada keheningan. Lin Hao duduk di tepi ranjang, menatap sahabatnya. "Besok pagi-pagi sekali, kita kembali ke desa." 

Ye Tian hanya menganggukkan kepala menanggapi perkataan Lin Hao. Di balik ketenangan wajahnya, hatinya sedang berkecamuk hebat. Hinaan para tetua sekte, ejekan Zhao Liang, Lin Fei, dan Mei Lan, bahkan cemoohan para tuan muda dari keluarga besar di kota ini, semuanya berputar-putar dalam pikirannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Langkah Di Jalan Keabadian    Bab 06 Keberhasilan Ye Tian Menguasai Tinju Naga Surgawi tahap pertama

    Ye Tian menyadari, kalau bayangan naga surgawi di hadapannya memiliki ranah kultivasi jauh di atasnya. Karena itu, ia akan mengerahkan segenap kemampuan yang di milikinya. Aura emas meledak dari tubuhnya, bersatu dengan derak petir hitam yang mengelilinginya bagaikan rantai langit. Dengan teriakan lantang, tubuhnya melesat ke depan. Tinju kanan diangkat tinggi, qi terkumpul liar di kepalan tangan. "Tinju Naga Surga!" Di belakangnya, bayangan naga agung terbentuk, raungannya memekakkan telinga, bergema seakan mengguncang langit ilusi. Groarrr!!! Boommm!!! Benturan terjadi. Bayangan naga Ye Tian menghantam bayangan naga surgawi raksasa. Ledakan dahsyat mengguncang ruang ilusi. Cahaya emas dan petir hitam bercampur, menelan segalanya. Bayangan naga surgawi meraung terakhir kalinya, tubuh raksasanya retak seperti kaca, sebelum hancur berkeping-keping dan lenyap ditelan cahaya. Ye Tian terdorong mundur beberapa langkah, napasnya terengah-engah, darah segar menetes dari

  • Langkah Di Jalan Keabadian    Bab 5 Hukuman Yang Menjadi Anugrah

    "Arrgghh...!" Ye Tian berteriak kesakitan ketika tubuhnya tiba-tiba tercebur ke dalam kolam petir berwarna hitam. Giginya gemeletuk, tubuhnya bergetar hebat, seolah ribuan jarum menusuk setiap inci daging dan tulangnya. Tak jauh dari sana, seekor naga raksasa tengah mengawasi. Sorot matanya penuh wibawa, namun tetap tenang. Dialah penjaga yang dipercaya Ye Mo Tian untuk menempa dan membimbing Ye Tian hingga kelak menjadi kultivator terkuat. "Aku harap kau tidak mengecewakan harapan leluhurmu, Tuan Muda," gumam naga itu, sebelum memejamkan mata dan kembali tertidur. Suara jeritan Ye Tian bergema, mengguncang seluruh dunia kecil dalam Batu Semesta. "Rasa sakit ini… tidak ada apa-apanya dibanding penderitaan yang sudah kutanggung selama ini!" desis Ye Tian di sela-sela teriakannya. Dengan tekad membara, ia mulai menyerap energi petir yang mengalir ganas ke tubuhnya. Aura emas perlahan menguar keluar, menyelimuti tubuhnya. Akar spiritualnya berdenyut, menyerap energi petir dengan gila

  • Langkah Di Jalan Keabadian    Bab 04 Kebangkitan Ye Tian

    Ye Tian terbaring lemah di tanah, tubuhnya terasa perih di setiap bagian. Debu perlahan mengendap, menyisakan kawah kecil yang masih berasap. Dari dalam kawah itu tampak sebuah batu hitam legam, permukaannya dipenuhi simbol-simbol kuno yang samar-samar berkilau. Tiba-tiba, batu itu bergetar dan cahaya misterius memancar deras darinya, menyebarkan aura kuno yang menekan udara sekitarnya."Arghh…" Ye Tian mengerang pelan. Dadanya sesak, seolah ada gunung besar menindih tubuhnya, bahkan ia kesulitan bernapas. Namun, entah bagaimana, cahaya dari batu itu justru menyelimuti dirinya. Simbol-simbol kuno memancarkan sinar lalu perlahan-lahan masuk ke dalam tubuhnya.Mata Ye Tian membesar, tubuhnya bergetar menahan energi asing yang tiba-tiba menyerbu masuk kedalam tubuhnya, "Apa… apa yang terjadi padaku…?" gumamnya tertahan. Rasa sakit yang semula mencekik mulai berubah menjadi aliran hangat, energi itu meresap ke dalam meridian, menyembuhkan setiap luka sekaligus memperkuat tubuhnya.Tak ber

  • Langkah Di Jalan Keabadian    Bab 03 Rencana Jahat Zhou Liang.

    Ke esokan paginya, nampak Ye Tian sedang berlatih tanding bersama Lin Hao di belakang rumah. Setiap ayunan pukulan yang dilayangkan Ye Tian begitu cepat dan tepat mengenai anggota tubuh Lin Hao. Bahkan Lin Hao yang berada di ranah dasar tahap tujuh kesulitan menghindarinya.Meng Han yang menyaksikan itu tersenyum bangga, sebab teknik pukulan yang dia turunkan berhasil dikuasai dengan sempurna oleh Ye Tian. Padahal, teknik itu merupakan jurus tingkat tinggi yang tidak mudah dikuasai."Ughh… cepat sekali pukulanmu, Ye Tian!" seru Lin Hao sambil mundur selangkah, mencoba mengatur napasnya. "Aku di ranah dasar tahap tujuh, tapi masih saja kesulitan menghadapi seranganmu."Ye Tian menurunkan tangannya dan tersenyum tipis. "Aku hanya memanfaatkan celahmu, Hao. Kalau kau lebih tenang, seranganku tak akan mudah mengenaimu.""Haha, jangan merendah! Kau jelas sudah jauh melampaui diriku," jawab Lin Hao sambil tertawa kecut.Meng Han kemudian melangkah mendekat, matanya berbinar puas. "Bagus sek

  • Langkah Di Jalan Keabadian    Bab 2 -- Hinaan Menjadi Tekad

    Perjalanan yang ditempuh Ye Tian, Lin Hao dan Meng Rou kembali ke desa Qinghe memakan waktu hingga dua hari. Jika malam tiba, mereka memilih beristirahat dan melanjutkan perjalanan keesokan harinya. Sewaktu memasuki desa, para penduduk menatap Ye Tian dengan sinis.Mereka sudah mendengar kabar bahwa Ye Tian gagal dalam tes akar spiritual dan menjadi bahan tertawaan orang banyak. Bahkan tetua setiap sekte tak satu pun mau menerima pemuda itu sebagai murid."Apa kamu nggak sadar diri, Ye Tian? Sudah tahu akar spiritualmu cacat. Mengapa masih mengikuti perekrutan murid empat sekte besar, kalau ujung-ujungnya kamu hanya mempermalukan dirimu sendiri?" cibir salah seorang pemuda seraya mengangkat sudut bibirnya."Pemuda macam dia mana mungkin sadar diri! Sekali sampah tetaplah sampah! Mau sekeras apapun kamu berlatih, nggak mungkin bisa menyaingi Tuan Muda Zhou Liang, Lin Fei, apalagi Mei Lan!" kata-kata pedas nan menusuk terlontar begitu saja tertuju pada Ye Tian."Owh, jelas aku sangat be

  • Langkah Di Jalan Keabadian    Bab 01 Perekrutan Murid Empat Sekte Besar

    Pagi itu, alun-alun kota Yunzhou dipenuhi ribuan orang. Suasana meriah, namun juga penuh ketegangan. Bendera besar empat sekte besar berkibar gagah di udara: Sekte Awan Putih, Sekte Pedang Es Abadi, Sekte Tombak Petir, dan Sekte Teratai Emas.Hari ini adalah hari perekrutan murid baru. Bagi pemuda maupun gadis, ini merupakan kesempatan emas untuk mengubah nasib."Perhatian! Perekrutan murid empat sekte besar dimulai sekarang!" suara seorang tetua Sekte Awan Putih bergema, membuat semua mata tertuju pada panggung utama.Tahap pertama adalah tes kekuatan tubuh.Batu uji berdiri di tengah alun-alun. Pemuda dan gadis maju satu per satu, memukul batu itu. Kebanyakan hanya menghasilkan cahaya samar, menunjukkan kekuatan rata-rata. Beberapa pemuda yang rajin berlatih fisik mampu membuat batu itu bergetar lebih kuat, tapi tetap dalam batas wajar.Di antara peserta, tampak beberapa tuan muda dari keluarga besar kota Yunzhou. Mereka berpakaian mewah, sikapnya angkuh, dan setiap kali maju selalu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status