INICIAR SESIÓNMenjelang siang, Ye Tian, Su Wan’er, dan Shen Long melangkah melewati gerbang keluar Kota Changsan. Jalan utama di luar kota terbentang luas, diapit perbukitan rendah dan hamparan tanah terbuka yang diterpa cahaya matahari. Langkah mereka tenang, tidak terburu-buru. Dari kejauhan, murid-murid Sekte Kelelawar Merah terus menjaga jarak. Dua di depan menyamar sebagai pengelana, tiga bergerak di sisi kanan dan kiri jalan, sisanya bergantian mengikuti dari belakang. " Mereka masih mengikuti," gumam Shen Long tanpa menoleh. "Mereka cukup sabar," sahut Su Wan’er pelan. "Belum ada tanda ingin bergerak." Ye Tian memandang lurus ke depan. "Karena mereka menunggu perintah." Setelah hiruk-pikuk kota benar-benar tertinggal di belakang, jalan di depan mereka mulai sepi. Pepohonan semakin r
Saat Ye Tian, Su Wan'er dan Shen Long berada di lantai dasar penginapan banyak pasang mata mengawasi pergerakan mereka dari berbagai sudut. Sebelum keluar dari penginapan pelayan wanita yang menyambut kedatangan mereka melangkah mendekat. Ia tampak ragu-ragu sebelum berbicara, "Tuan Muda, ada yang mau aku sampaikan sama Anda." Ye Tian lantas menoleh dan penasaran apa yang ingin di sampaikan pelayan wanita di sampingnya itu. "Kalau boleh aku tahu, apa yang ingin di sampaikan oleh Pelayan?" tanya Ye Tian ramah. "Begini Tuan Muda, tadi salah satu prajurit kota ini menyampaikan pesan padaku agar Tuan Muda datang ke Istana Walikota, karena Tuan Walikota ingin berbicara dengan Anda," ujar pelayan menyampaikan pesan prajurit yang semalam menjaga pintu gerbang. Kening Ye Tian, Su Wan'er dan Shen Long mengeryit. "Baik, Nanti kami akan mengunjungi Istana Walikota," jawab Ye Tian sambil menganggukan kepala. Pelayan wanita itu menghela napas lega, lalu membungkuk hormat sebelum mund
Menjelang malam akhirnya Ye Tian, Su Wan'er tiba di kota Changsan dan Sheng Long mendarat lumayan jauh dari kota itu agar tidak menimbulkan kegemparan. Setelah merubah wujudnya menjadi manusia dan menekan tingkat kultivasi mereka di ranah Inti Emas tingkat menengah dan Jiwa tingkat puncak. Kemudian mereka bergerak menuju kota itu. "Identitasnya Tuan Muda," ujar salah satu prajurit penjaga pintu gerbang masuk. Ye Tian lalu menunjukan lencana perak bergambar phoenix di kelilingi api. Yang sontak membuat prajurit itu terkejut dan tubuhnya bergetar hebat. Beberapa kali dia menelan ludahnya dan keringat mulai membasahi keningnya. Karena ia tahu sekte Phoenix Surgawi merupakan sekte paling berpengaruh dan paling di takuti saat ini. "Si-silahkan masuk, Tuan Muda, Nona dan Tuan," ucapnya terbata bata. Menyadari ekspresi ketakutan dari prajurit yang memeriksa identitasnya Ye Tian hanya menggelangkan kepala. "Parajurit, sekte Phoenix Surgawi tidak seharusnya di takuti, karena pada akhi
Di siang hari, Ye Tian bersama Su Wan’er melangkah melewati gerbang keluar Kota Yunzhou di sisi selatan. Mereka berniat menuju wilayah selatan dan akan melewati Kota Changsan, Kota Haicheng, Kota Luoyan, hingga Kerajaan Nanyue. Meski mereka sedang diikuti oleh lima orang pemuda, keduanya berpura-pura tidak mengetahui keberadaan mereka. Setelah berjalan cukup jauh dari Kota Yunzhou, keduanya melesat dengan kecepatan sedang. Beberapa saat kemudian, mereka berhenti di sebuah tempat sepi. "Keluarlah. Aku tahu kalian sedang mengikuti kami," ucap Ye Tian sambil menunggu lima pemuda yang mengikutinya bersama Su Wan’er muncul. Wush! Wush! Lima pemuda Sekte Kelelawar Merah muncul dan menatap Su Wan’er dengan tatapan penuh nafsu. Mereka ingin menikmati tubuh gadis cantik yang berada di samping Ye Tian itu. Ye Tian melangkah maju dan berdiri tenang di depan Su Wan’er. Tatapannya menyapu kelima pemuda itu satu per satu, dingin dan datar. Kelima pemuda Sekte Kelelawar Merah saling pand
Beberapa hari kemudian, sekte-sekte aliran hitam mulai melakukan pergerakan dengan mengutus mata-mata untuk melakukan penyelidikan. Mereka ingin memastikan apakah sosok yang menghancurkan tiga sekte besar tersebut berasal dari aliran yang sama, atau justru dari aliran putih. Penyelidikan itu dilakukan secara hati-hati, agar tidak menimbulkan kecurigaan sekte aliran putih. Para mata-mata menyusup ke kota-kota di wilayah Timur, mengamati pergerakan sekte-sekte aliran putih ataupun nertal, serta mencari jejak aura dan metode serangan yang digunakan dalam kehancuran tiga sekte tersebut. Setiap informasi sekecil apa pun segera dilaporkan. Namun semakin diselidiki, hasilnya justru membuat para pemimpin aliran hitam gelisah. Tidak ditemukan tanda-tanda teknik aliran hitam, namun juga tidak sepenuhnya menyerupai metode aliran putih. Cara bertindak pelaku terlalu bersih, terlalu tegas, seolah tidak meninggalkan celah sedikit pun. "Orang ini…" gumam salah satu Patriark sekte aliran hi
Di malam hari, Ye Tian, Patriark Ye Huang, Tetua Wu Yuan, Tetua Ling Mei, Tetua Guan Hong, dan Tetua Yun Shen tengah melakukan pembicaraan serius di aula utama istana. "Patriark, aku rasa Raja Mogui Tofu pasti akan mengutus bawahannya ke dunia bawah untuk menyelidiki kematian Komandan Yin Sha, Komandan Li Hui, serta para prajuritnya," ucap Ye Tian. "Dan tentunya, kekuatan mereka tidak bisa dianggap remeh." Patriark Ye Huang mengangguk pelan. Wajahnya tenang, namun sorot matanya mengeras. "Kami juga memikirkan hal yang sama," ucapnya. "Raja Mogui Tofu bukan sosok yang akan diam setelah kehilangan dua komandan kepercayaannya." Tetua Wu Yuan sependapat dengan apa yang ucapkan Patriark Ye Huang. "Jika yang datang kali ini adalah Jenderalnya, tentunya kekuatan mereka di atas Komandan Yin Sha serta Komandan Li Hui." Tetua Ling Mei menimpali, "Ini bukan ancaman kecil. Dunia bawah bukan hanya menjadi sasaran pengintaian, tapi utusan itu pastinya akan membuat kekacuan." Ye Tian men







