Laras yang menerima suapan dari banyu pun tersenyum senang, dia sangat perhatian. Beruntung sekali orang yang akan mendapatkan dia seutuhnya.
"Makasih mas." Ucap Laras, lalu kembali mengunyah makanan
"Iya sayang." Ucap Banyu tersenyum
Setelah menelan makanannya, Laras menatap mata Banyu dalam lalu tersenyum, dan memegang tangan Banyu.
Banyu yang tangannya di pegang pun membalas pegangan Laras.
"Kenapa sayang hm, ada masalah?." Tanya Banyu
Setelah pertanyaan itu, Laras menunduk mukanya.
"Hei kenapa hm." Ucap Banyu sambil mengangkat muka Laras.
"Mas, makasih untuk semuanya." Ucap Laras ambil melihat Banyu
"Iya sayang, iya." Ucap Banyu
"Bukan itu, makasih sudah hadir di hidup aku. Kalau nanti jodoh kamu bukan aku, aku beruntung bisa ketemu kamu." Ucap Laras
Banyu yang mendengar perkataan Laras tadi terdiam, lalu melihat dalam mata Laras.
"Sayang, kenapa tiba-tiba bilang begitu? Ada masalah? Apa kamu rag
"Dia pacar kamu?." Tanya ayah banyu"Iya pah." Ucap Banyu sambil merangkul Laras"Cantik, pantas kamu suka." Ucap ayah Banyu"Eh sini nak duduk." Ucap ibu Banyu"Iya tante." Ucap Laras"Mamah, panggil mamah saja hm." Ucap ibu Banyu, lalu merangkul karas dan duduk di ruang tamu bersama banyu, ibu dan ayah Banyu.Setelah beberapa waktu mereka berbincang-bincang, ibu Banyu pun mengajak Laras untuk memasak makan.Saat berada di dapur, Laras di tanyai masalah keluarganya. Tentang apa pekerjaan orang tua Laras, dan lainnya.Laras yang memang sangat jujur pun menjawab semua pertanyaan ibu Banyu, saat selesai masak. Tingkah dan sifat ibu Banyu seperti berubah kepada Laras, ntah kenapa.Saat akan pulang, Laras merasa sedikit agak aneh dengan tingkah dan sifat ibu Banyu, ingin bertanya kepada Banyu tapi takut di kira kurang suka sama ibunya. Maka Laras pun hanya diam saat perjalanan pulang.Saat sampai kos an, Laras pun seg
Hai perkenalkan nama Aku Laras, saya seorang wanita biasa seperti yang lainnya. Tapi mungkin ada beberapa yang menarik dari kisah saya, yaitu kisah cinta ku.Aneh tapi menarik buat ku untuk menceritakannya ke kalian, jadi aku Laras ayu Ningsih akan menceritakan keluh kesah dalam hidupku dalam kisahku.Laras, itu nama yang orang tuaku berikan setelah lahir, Laras ayu Ningsih itu nama setelah Aku besar. Ya ada sedikit penambahan dalam namaku, tapi itu tidak mempengaruhi sikapku. Karna Aku tetap AkuDamar, perkenalkan dia teman masa kecilku. Kami berteman dekat setelah kami bertemu saat sekolah dasar bersama, semenjak itu kami berteman sampai sekarang. Susah senang harus cerita satu sama lain, jika ada yang tidak cerita musuhan sampai salah satu dari kami mau menceritakan masalah yang belum di ceritakan&nb
“Jijik tau nggak liat muka kamu kayak tadi.” Ucap Laras sambil menjauhkan muka Damar dengan telunjuknya. Seperti menjauhkan seonggok Sampah bukan? Ya memang kalo sudah berhadapan dengan muka memelas Damar Laras akan seperti itu. Terserah sang pemilik muka tersinggung atau tidak, yang pasti itulah yang Laras lakukan sekarang.“Ish padahal ini muka udah imut tau, kamu nya aja yang kayak gini.” Ucap Damar lalu membenarkan posisi duduknya di samping Laras“Memangnya tiap Damar keluarin muka kayak tadi Laras selalu iba? Nggak ya, jijik tau liat muka Damar kayak tadi.” Ucap Laras sambil kembali mengecek hp nya“Hm iya-iya Damar tau.” Ucap Damar sedikit nada sebal“Jangan ngambek, udah ayo pulang. Udah sore soalnya.” Ucap Laras sambil menunjukkan jam tangan yang menunjukkan pukul 16:30“Iya-iya nggak ngambek k
Ya bagaimana lagi, memang paras Laras bisa di bilang sangat cantik. Itu sebabnya banyak kakak senior mendekati Laras, pantas saja Damar sedikit posesif sekarang.“Syukurlah kalau tidak apa-apa, ouh iya. Kamu sendiri di sini?.” Tanya Banyu berusaha mencairkan suasana dan mencoba mencari topik obrolan.“Iya kak, saya sendiri.” Jawab Laras“Tidak minta di temani teman? Biasanya kalau cewek suka di temani sama temannya.” Ucap Banyu“Saya tidak punya teman cewek.” Ucap Laras to the points“Ouh begitu.” Ucap Banyu“Iya, baik kak. Makasih atas bantuannya tadi dan permisi, saya ada kelas sekarang.” Ucap Laras kemudian pergi meninggalkan Banyu sendirian di kantin“Ah baik, padahal saya belum tau nama kamu.” Ucap Banyu sedikit menyesal karena tidak mengetahui namany
Setelah selesai makan, Laras pun membersihkan bibirnya dengan tissue yang dia bawa sendiri dari rumah. Malu juga jika sehabis makan bibirnya ada bekas makanan kan kurang pantas di lihat.“Minta dong.” Ucap Damar“Ini.” Ucap Laras sambil memberikan tissue yang masih bersih, iyalah masih bersih ya kali bekas Laras di berikan ke Damar.“Makasih.” Ucap Damar lalu membersihkan bibirnyaBanyu yang melihat tingkah Laras dan Damar pun Cuma bisa berdehem dan berniat mencairkan suasana.“Eh kak, mau tissue juga?.” Tanya Damar baik-baik“Tidak terimakasih.” Ucap Banyu. Ya mungkin Banyu menolak karna dia k
“Ah sebenarnya bukan rumah, saya ngekos dan kos an nya ada di daerah ****.” Ucap Laras“Ouh ngekos, loh itu searah dengan rumah saya Laras.” Ucap Banyu“Eoh benarkah?.” Tanya Laras“Iya, Cuma beda beberapa blok dari kos an kamu.” Ucap Banyu“Eoh? Wah tapi itu kan daerah perumahan elit kak.” Ucap Laras“Sama saja rumah di sana, menurut saya tidak ada yang namanya rumah elit.“ Ucap Banyu“Eum.”“Jadi saya boleh kan antar kamu pulang?.” Tanya Banyu“Boleh kak kalau kakak tidak repot.” Ucap Laras“Baik, pulang nanti tunggu saya di parkiran, kakak permisi dulu ya. Habis ini ada pelajaran terakhir.” Ucap Banyu lalu berdiri dari duduknya“Eum iya kak.” Ucap Laras ikut bangu
Karena saat itu posisinya sepi tidak ada orang, maka Laras pun berinisiatif dan mempercepat langkahnya. Takutnya itu orang yang akan menjahati Laras, maka nya Laras segera mempercepat langkahnyaNamun semakin cepat langkah Laras, semakin cepat pula mobil itu mengikuti Laras. Ya Tuhan ini sangat menakutkan, bagaimana bisa dirinya dalam situasi se tegang ini. Bak di film-film yang di kejar orang jahat, seperti itulah situasinya.Setelah beberapa lama, karena posisinya Laras capek. Maka Laras pun menghentikan langkahnya sebentar, ntah sejak kapan pula mobil yang tadi mengejar tiba-tiba berada di depan Laras sekarang. Mengerikkan“Semoga saja itu bukan orang jahat.” Ucap Laras, sambil terus menetralkan nafas
“Nak, kamu itu cerdas dan teteh-teteh kamu juga cerdas, tapi sayang waktu teteh kamu ayah belum mampu membiayai mereka sampai kuliah. Dan sekarang giliran kamu, ayah ingin salah satu anak ayah bisa sukses dan membanggakan orang tua. Kalau ada yang mengejek kamu bahwa kamu anak petani bilang kepada mereka, saya bangga menjadi anak petani. Dan tunjukkan kepada mereka bahwa kamu anak seorang petani bisa sukses seperti anak lainnya.”Kata-kata itu terus saja Laras ingat, dan kadang Laras menangis saat nilainya turun. Laras merasa tidak berguna kuliah, setelah itu Laras mencoba belajar dan terus belajar supaya bisa mewujudkan impian ayah. Melihatnya menjadi seorang yang sukses dan membanggakan orangtuanya.Cita-cita Lara