Share

6. Classroom

Akhirnya Laurene pun sampai di depan pintu ruangan kelasnya 10 MIA 3, masih dengan Shawn yang mengikuti di belakangnya. Matanya melihat ke dalam kelas, memastikan bahwa guru PPKN belum datang, dan untunglah guru PPKNnya memang belum datang. Ia pun merasa sangat lega.

"Laurene, guru kamu belum datang kan?" Laurene pun menoleh ke belakang, Shawn masih berdiri persis di belakangnya.

"Iya Shawn, belum datang." jawab Laurene pada Shawn.

"Masih aman kok. Makasih ya Shawn karena udah mau nganter aku sampai kelas."

"Sama-sama Laurene. Aku juga terima kasih karena kamu sudah mau belajar bareng aku tadi di perpustakaan."

"No problem Shawn, aku juga senang kok bisa belajar bareng."

"Kamu segera balik ke kelas kamu sana, nanti guru kamu keburu datang. Nanti malah kamu yang telat masuk kelas."

"Ok Laurene. Sampai jumpa nanti." Shawn pun segera berlalu sambil melambaikan tangannya pada Laurene, dan Laurene pun membalasnya.

"Bye." jawab Laurene dengan senyuman.

Shawn pun segera berlari menuju ke kelasnya dan menghilang di balik pintu kelas 10 MIA 4. Laurene segera melangkah masuk ke kelasnya dan ia melihat tatapan dari beberapa siswi di kelasnya, tatapan seolah tidak suka padanya. Laurene bertanya-tanya dalam hati, apa yang telah terjadi ya? Apa ia telah berbuat kesalahan?

"Ren." Suara Sella tiba-tiba mengagetkannya.

"Iya Sell, kenapa?"

"Mereka kayaknya iri deh sama kamu Ren."

"Iri? Maksudnya apa Sell? Aku gak ngerti."

"Iya, iri sama kamu Ren. Tadi aku dengar mereka ngerumpi tentang kamu, dan anak baru kelas sebelah itu."

"Oh, Shawn maksudnya?" Laurene bertanya pada Sella seakan tak percaya. Sella pun mengangguk.

"Emang mereka ngomong apa, Sell?" Laurene penasaran apa sih yang telah dibicarakan oleh teman-teman sekelasnya itu.

"Mereka bilang Shawn ...."

"Mereka bilang Shawn kenapa, Sell? "

"Bagus ya Rene, sekarang aku dilupain ya. Kamu malah asyik jalan-jalan sama anak baru itu."

Tiba-tiba terdengar suara Tony entah dari mana munculnya, tau-tau ia sudah berada di samping Laurene. Ia pun berbalik dan melihat ke samping, melihat muka Tony yang merah seperti tomat. Laurene pun tahu kalau Tony sedang kesal dan marah padanya.

"Kata siapa aku jalan-jalan sama Shawn? Aku bukan jalan-jalan, tapi aku ke perpustakaan. Aku belajar bareng Shawn."

"Halah, aku lihat kok jelas-jelas tadi kamu bukan belajar sama dia, tapi romantisan di perpustakaan."

"Apaan sih kamu Ton! Kok tiba-tiba marah-marah gitu sama aku."

"Iya kan? Kamu romantisan sama anak baru itu kan? Ngaku aja deh!"

"Sebenarnya kamu kenapa sih, Ton? Aneh banget. Mau kamu apa sih Ton? Kok marah-marah terus sama aku." ujar Laurene dengan kesal melihat sikap Tony seperti itu padanya.

"Aku? Kamu mau tau, mau aku apa?"

"Iya, mau kamu apa? Aku capek tau, aku lelah sama sikap kamu yang suka marah-marah gak jelas sama aku."

"Mau aku ... kamu jangan dekat-dekat sama anak baru itu! Aku tidak suka! Kamu juga tidak boleh jalan sama dia lagi, kalau kamu mau ke perpustakaan bilang dong sama aku, bukan sama cowok brengsek itu!"

"Lha, emang kenapa? Kok kamu jadi sewot gitu. Emang salah ya aku ke perpus bareng Shawn?"

Laurene benar-benar tidak menyangka, teman kecilnya ini akan membentaknya seperti itu. Mengapa sikap Tony tiba-tiba berubah seperti itu kepadanya?

Apa salah jika aku hanya mau punya teman selain Tony dan Sella? Apa salah jika aku juga ingin bebas berteman dengan siapa saja seperti yang lainnya.

Ia juga tak menyangka, Tony akan berani membentaknya di hadapan teman-teman sekelasnya.

"Kita memang sahabat dari kecil Ton, tapi kita kan cuma sahabat. Kamu itu bukan kakakku! Bukan siapa-siapa aku! Jadi kamu gak boleh dong ngatur-ngatur aku, apalagi ngatur aku harus berteman dengan siapa atau ngelarang aku tidak boleh berteman dengan Shawn atau siapapun!" seru Laurene dengan emosi.

"Emang kamu siapa aku sih? Aku saja tidak pernah kok ngatur kamu, kamu harus berteman dengan siapa atau ngatur kamu tidak boleh berteman dengan siapa jadi kamu juga tidak berhak ngatur aku untuk berteman dengan siapa yang aku mau!" Laurene pun menjawab dengan kesal dan air mata pun mulai berlinang di kedua bola matanya. .

"Iya, tapi aku ...."

"Sudahlah Ton, kamu juga keterlaluan sih. Bener apa kata Laurene, kita gak boleh overprotektif sama sahabat. Kamu udah bikin Laurene nangis tuh!" Sella pun mencoba melerai mereka.

"Eh, liat deh si miss cupu lagi berantem tuh sama pangerannya. Kasian banget sih."

"Iya ya, mumpung mereka lagi berantem ada kesempatan nih buat gw deketin Tony "

"Yoilah, gw jg mau dong deketin Tony." 

Laurene dapat mendengar bisik-bisik suara beberapa teman cewek di kelasnya itu, tapi ia tak peduli pada ocehan teman-temannya itu, ia terlalu kesal pada Tony.

"Ren, sini duduk dulu yuk!" ajak Sella membujuk Laurene.

Ia pun tidak bisa berbuat apa-apa, ia hanya bisa pasrah mengikuti apa kata Sella. Berlama-lama berdiri di samping Tony membuat hatinya bertambah kesal pada Tony. Laurene pun segera menghempaskan tubuhnya, dan duduk disamping Sella.

"Ren, mungkin Tony cemburu kali ya sama kamu, iya kayaknya cemburu deh karena kamu terlalu dekat sama Shawn. Aku yakin kok sebenernya dia itu ga ada niatan untuk membentak kamu Ren apalagi membuat kamu nangis, dia cuma cemburu."

"Apaan! Dari dulu dia emang suka begitu, Sell. Dari aku masih kecil ia suka banget deh ngatur-ngatur aku, mentang-mentang aku gak punya kakak, dia seenaknya gitu sama aku. Masa aku ga boleh temenan sama cowok lain. Emang dia siapanya aku, dia kan cuma sahabat dari kecil doang." ucap Laurene. Air mata pun mulai menetes membasahi kedua pipi Laurene.

"Jangan-jangan ...."

"Jangan-jangan apa, Sell?"

"Selamat siang anak-anak." Obrolan mereka pun terhenti seketika karena pak guru PPKN masuk ke kelas.

"Selamat siang pak." Anak-anak menjawab dengan serentak.

"Lho, kamu kenapa menangis Laurene?"

"Tidak apa-apa pak, mata saya hanya kemasukan debu." ucap Laurene sambil mengusap air matanya dengan kedua telapak tangannya.

"Benar seperti itu Laurene? Kalau ada masalah kamu bisa konsultasi ke guru BP."

"Benar pak."

"Baik pak, tapi benar saya tidak apa-apa, tidak ada masalah kok pak." jawab Laurene sambil menunduk.

"Baiklah kalau begitu. Sekarang saya mau membagikan hasil ulangan PPKN kalian. Reno tolong bagikan hasil ulangan teman-temanmu."

Nama yang baru saja disebut oleh guru PPKN itu adalah Reno. Reno memiliki jabatan sebagai ketua kelas 10 MIA 3. Ia melihat Reno langsung menjalankan tugas tanpa membuang waktu. Reno berjalan mendekat ke arahnya sepertinya sudah tiba waktunya untuk mendapat hasil ulangan PPKNnya.

"Selamat ya Laurene, kamu mendapat nilai sempurna."

Ia kaget, benar-benar tidak menyangka kalau ia akan memperoleh nilai sempurna di mapel PPKN.

"Ren, kamu dapat berapa?" Terdengar suara Sella dari sampingnya. Akhirnya senyum pun terukir di wajahnya setelah melihat nilai ulangan PPKNnya.

"Hehe. Perjuanganku gak sia-sia juga, Sell."

"Ya, berapa sayang?"

"100. Hehe."

"Wah, kamu pinter banget sih Ren. Selamat ya."

"Ga juga sih Sell, ini kebetulan aja yang aku pelajari keluar semua waktu ulangan."

"Btw makasih ya, makasih juga tadi udah belain aku."

"Iya, sama-sama Ren."

"Oh ya, kamu dapet berapa Sell?"

"Not bad lah, 88."

"Itu bagus Sell. Selamat juga ya."

"Segitu mah masih jelek Ren, aku harus belajar lebih giat lagi supaya bisa dapet nilai sempurna sama sepertimu."

"Aku yakin next time kamu pasti bisa kok, Sell."

Saat sedang asyik bicara sama Sella tiba-tiba pak guru memotong pembicaraan mereka dengan memberi tugas yang ada di buku cetak.

Ini kan soal latihan yang aku pelajari semalam. Untung saja semalam aku sudah mempelajarinya duluan.

"Kerjakan dengan benar ya! Waktu kalian 1 jam dari sekarang."

"Baik pak." ucap anak-anak serentak.

Yang tadinya suasana ramai berubah menjadi hening, mereka pada fokus pada soal-soal PPKN yang baru saja diberikan oleh pak guru.

"Aduh, soalnya malah susah lagi." Terdengar suara berbisik-bisik di belakang Laurene.

"Coba aja kalau semalem gue lebih milih belajar PPKN ketimbang main game mungkin aja gw bisa ngerjain nih soal." Terdengar lagi suara di belakangnya, itu pasti suara Rita si miss perfect itu.

"Nomor 3 jawabannya apa sih, kasih tau dong."

Aduh si miss perfect di belakang berisik banget sih jadi ga konsentrasi nih, gumam Laurene dalam hati. Ia mendengar juga suara teman-teman yang lain dari arah belakang, banyak yang mengeluh soalnya susah banget.

"Kerjakan sendiri! Jangan berisik! Sampai saya dengar ada yang nanya jawaban, saya bakal langsung kasih nol!"

Untunglah pak guru segera menyelamatkan situasi seketika suasana kembali hening.

"Mengerti semuanya?"

"Mengerti pak." Seisi kelas pun menjawab dengan serentak bagaikan paduan suara.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status