Share

3

Author: Woodsly
last update Last Updated: 2024-03-20 14:49:19

Maria kini sudah berada di ruang aman rumahnya. Ia yakin di ruangan ini tidak bisa ditembus dan jalan menuju ke sini hanya dia yang mengetahuinya. Di dalam ruangan ini terdapat monitor CCTV rumahnya. Meskipun CCTV di pos keamanan sudah diputus, tapi CCTV yang dikendalikan oleh monitor ini tersembunyi.

Segeralah ia mencari keberadaan Ratha. Dilihatnya Ratha sedang membalut lukanya di dapur minibarnya dekat ruang tamu lantai 1 nya. Ada sebuah interkom yang menyambung ke semua ruangan. Satu lagi interkom itu ada di sini. Diangkatnya gagang telepon ini dan menelpon ruang tempat Ratha berada.

Dari monitor ia melihat Ratha segera mengambil telepon interkom yang ada di dinding dapur. “Halo? Ini siapa? Tolong panggil bantuan.”

“Ini aku Maria. Aku sudah memanggil bantuan. Aku berada di ruang aman. Aku bisa menuntunmu ke sini. Kamu tidak apa-apa?” tanya Maria. “Aku bisa membantumu dengan kamera tersembunyi untuk menuntunmu ke sini.”

“Ya. Kakiku terluka tapi masih bisa bergerak meskipun sakit.” Jawab Ratha.

“Di luar pintu yang kamu ganjal mereka mencoba mendobrak masuk. Tapi tidak sebentar lagi mereka akan menyadari mereka bisa masuk ke dalam sana dari arah teras dapur.” Kata Maria. “Keluar via teras itu lalu memanjat tangga darurat ke lantai 2. Jangan lupa naikkan tangganya nanti. Di sana ada interkom lagi per ruangannya akan aku hubungi untuk petunjuk berikutnya.”

“Baik!” jawab Ratha.

Dia melangkah perlahan keluar menuju teras dapur. Setelah situasinya aman dia berhati-hati memanjat tangga darurat yang berasal dari balkan lantai 2. Sepertinya tadi, Maria juga melewati rute ini. Sesampainya di balkan lantai dua segeralah Ratha menaikkan tangga darurat tadi.

Terdengar suara keras. Ratha berasumsi bahwa mereka telah menerobos dapur. Dimasukinya ruangan yang tampaknya seperti ruangan bersantai ini. Diambilnya telepon interkom itu dan bertanya kepada Maria.

“Di luar ruangan ini bagaimana?” tanya Ratha.

“Dari ruang tempat kamu berada, keluar lalu masuk ke kamar yang ada tempelan stikernya. Dari situ pakai tangga darurat lagi ke lantai 3. Lantai 3 adalah ruangan kerja ayahku dan masuk ke dalam sana. Aku akan membukakan pintu rahasianya.” Jawab Maria. “Hati-hati, beberapa mafia itu ada di luar. Bala bantuan mereka sudah datang.”

Ratha menutup telepon itu dan mendengus kesal. Dia mengumpat dan mengecek peluru senjata yang ia curi. Dari senapan serbunya dia masih mempunyai 18 peluru, dari pistol hanya 1 peluru. Tapi dia hanya akan menggunakannya saat terdesak. Di ruangan dia memindai apakah ada sesuatu yang bisa dia gunakan.

Ratha mengintip keluar, ada dua orang di lantai 2. Mereka tampaknya sedang menyatroni satu-satu ruangan yang ada di lantai 2. Ada 7 ruangan di sini, dengan ruang santai menjadi 8. Masalah utama bagi Ratha hanyalah lorong panjang ini. Tidak ada tempat yang bisa dijadikan perlindungan.

Ratha mengambil vas bunga dan melemparkannya ke arah teras ruang santai. Dari pecahan keramik itu dia ambil yang paling tajam. Kemudian dia bersembunyi di balik pintu untuk menyergap. Terdengar suara langkah kaki mereka menuju ruang santai.

Mereka menendang pintu dan segera menuju ke arah teras. Ratha lalu menggorok salah satu leher mafia tersebut. Teman yang satunya lagi mengetahuinya dan hendak menembak Ratha. Namun Ratha lebih sigap, dia mengambil pisau dari sabuk perlengkapan mafia yang ia gorok dan melemparkannya ke leher musuhnya.

Setelah memastikan keduanya tewas. Dia mengambil rompi anti peluru mereka dan perlengkapan mereka semua. Dipasangnya radio komunikasi mereka dan kini akhirnya dia tidak buta lagi. Kedua mayat tadi ia sembunyikan di dalam lemari. Telepon interkom berbunyi dan Ratha mengangkatnya.

“Awas, 5 orang berada di tangga menuju lantai 2.” Kata Maria. “Kamu sudah menemukan ruangan yang berstiker? Kalau sudah aku akan membantu mengganggu mereka supaya kamu bisa menyelinap.”

“Belum. Lihat tanganku saat aku sudah menemukannya. Kalau aku menunjukkan 4 jari. Telpon salah satu interkom kamar dan aku akan menyelinap masuk ke dalam kamar berstiker itu. Aku juga sudah memasuki saluran komunikasi mereka.” Jawab Ratha dan mematikan teleponnya.

Terdengar suara langkah kaki dari arah tangga. “Kamu dan 89, 90 ke lantai 3 langsung. Aku dan 88 akan ke lantai 2 mencari sumber suara tadi.”

Ratha menggunakan informasi yang ia dapat. Menunggu mereka untuk berpisah, Ratha menahan napasnya. “Segeralah pergi.”

Sialnya Maria salah mengartikan posisi Ratha. Dia menelpon salah satu ruang interkom itu dan membuat mereka berlima menyusuri lantai 2. Ratha hendak mengumpat dan kini mempersiapkan senapan serbu yang ia curi.

Salah satu dari mereka ada yang masuk ke dalam kamar yang pintunya ada tempelan stiker. Ratha hanya berharap semoga mereka tidak menemukan tangga darurat ke atas. Ratha bersiul dan menciptakan pengalihan. Mereka semua kini keluar kamar dan bergerak ke ruang santai.

Saat mereka memasuki ruang santai. Ratha menembak mereka dan berhasil membunuh dua orang dengan tembakannya. Musuhnya kini 3 orang bersembunyi di luar ruang santai. Ratha memutar otak lagi, bila dia terus bertahan di sini dia akan terkepung.

Diambilnya mayat salah satu yang tewas dan dia jadikan umpan, saat dia lemparkan keluar hujan tembakan langsung mengenai mayat itu. Ratha mendengar suara mereka mengisi ulang senapan serbu mereka. Dia menggunakan kesempatan ini untuk keluar dan menghabisi 3 orang di luar. Sialnya satu orang ada yang berhasil membalas tembakannya dan mengenai rompi anti pelurunya.

Dari tangga lantai 2 dia melihat beberapa musuh ada yang baru muncul. Ratha maju dan menjadi satu orang tadi sebagai tameng hidup. Diambilnya granat kejut dari sabuk mereka dan melemparkannya ke arah tangga. Diseretnya tameng hidupnya ke dalam ruangan tempat tangga darurat berada.

Dia segera menuju ke balkan kamar itu. Dari luar dia ditembaki oleh bala bantuan musuh. Ratha mengambil granat ledak milik musuh dan melemparkannya ke arah bala bantuan musuh dari luar. Ratha menembak mati tameng hidupnya dan bergegas menaiki tangga darurat.

Tangga daruratnya ia naikkan. Ia berhasil naik ke balkan lantai 3. Kini dia berada di dalam ruang kerja ayah Maria. Di sana pintu menuju ke sini sudah ditutupi oleh rak buku dan meja kerja. Tiba-tiba pintu kulkas besar di ruangan ini terbuka dan terlihat Maria.

Ratha menurunkan senapannya dan segera menuju ke sana. Setelah berada di dalam kulkas, Maria menguncinya dari dalam menunjukkan ada pintu rahasia yang menyatu dengan dinding kulkas. Ada sebuah tangga menuju ke bawah. Maria turun dahulu lalu diikuti oleh Ratha yang dengan pelan-pelan menuruni tangga.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lavrinda Tersayang   47

    Melihat Ratha dan Agnes berhasil keluar dari laboratorium yang hancur. Herman mengambil radio komunikasinya dan menyuruh mereka berdua untuk ke arah helipad evakuasi. “Kalian berdua ke sini.”“Siap.” Balas Agnes dan menggendong Ratha yang terkapar.“Aku bisa berjalan sendiri.” Ratha menjatuhkan diri dari gendongan Agnes dan berusaha berdiri.“Tidak usah dipaksakan.” Kata Agnes, dia mengambil radio komunikasinya. “Ada yang bisa membantuku membawanya?”Para anggota medis laboratorium datang membawa tandu. Ratha dinaikkan ke atas sana dan mereka menuju helipad evakuasi. Di sana helikopter mereka bersiap untuk berangkat, Herman sedang berbicara dengan anak buahnya untuk mengatasi kejadian yang baru saja mereka buat.“Buat saja kalau ini bangunannya hancur karena ledakan bahan kimia. Jangan sampai pemerintah tahu. Presiden Adler juga jika bertanya apa yang terjadi jawab saja begitu.” Perintah Herman.“Baik.” jawab anak buahnya. Mereka kini menuju Kuba di mana di sana ada area rahasia perte

  • Lavrinda Tersayang   46

    Hari ini Ratha diminta Herman untuk ke laboratorium. Ratha sudah tahu pasti ini berkaitan dengan virus yang ada di dalam dirinya. Setelah berpamitan kepada Lavrinda, dari rumahnya Ratha menuju ke provinsi sebelah tempat laboratorium berada.Perjalanan ke laboratorium itu panjang dan sunyi, memberikan Ratha banyak waktu untuk merenung. Ia tahu bahwa di dalam tubuhnya terdapat Virus Adam, sebuah virus awal yang akan mengendalikan virus mayat hidup yang sedang dikembangkan oleh Herman, bos organisasi tempat Ratha berada. Ratha telah menerima nasibnya untuk dijadikan percobaan bagi organisasinya, karena dia merasa berutang budi kepada mereka yang telah memberinya kehidupan yang bagus.Saat tiba di laboratorium, suasana di sana terasa mencekam. Ratha berjalan melalui koridor-koridor dingin yang diterangi oleh lampu neon, hingga akhirnya tiba di ruang operasi di mana Herman telah menunggunya.“Selamat datang, Ratha,” sambut Herman dengan senyum dingin. “Kami sudah siap untuk tahap berikutny

  • Lavrinda Tersayang   45

    “Pikiranmu agak kosong, apa yang terjadi?” tanya Ratha saat Elaina menemuinya langsung.“Apakah ada kumbang di sekitar sini? Jika ia bisakah ke tempat yang steril?” balas wanita itu.“Di kantor yang ini tidak ada CCTV. Jadi aman saja.” jawab Ratha.Mereka duduk di meja yang dikelilingi oleh dinding kaca, pemandangan kota yang sibuk terlihat di luar. Sejenak, keduanya terdiam, seakan mencari kata-kata yang tepat untuk memulai percakapan yang sulit ini."Aku mendengar kabar tentang Lavrinda," Elaina memulai, matanya menatap lurus ke arah Ratha. "Selamat atas kehamilannya."Ratha terkejut sejenak, namun kemudian dia tersenyum tipis. "Terima kasih, Elaina. Aku tahu ini bukan kabar yang mudah untukmu."Elaina mengangguk, berusaha menahan gejolak emosi di dalam dirinya. "Aku senang untuk kalian berdua. Meski awalnya sulit, aku mencoba untuk menerima kenyataan ini.""Elaina, aku ingin kamu tahu bahwa aku sangat menghargai hubungan kita dulu. Apa yang terjadi antara kita tidak akan pernah aku

  • Lavrinda Tersayang   44

    Elaina dan timnya bersiap untuk menyerang markas Jose. Semuanya sudah terkoordinasi, persiapan mereka sudah seperti rencana dan berjalan dengan mulus. Elaina meniup peluitnya dan memberikan aba-aba untuk menyerang secara bersamaan.Dari udara bantuan dari BKDN berupa helikopter penyerbu menembakkan tiga buah roket untuk menghancurkan gerbang markas kartel Jose. Kemudian mereka menembaki garasi Jose yang berisi mobil-mobil dimodifikasi dengan senapan mesin.“Ayo serbu! Kita balaskan dendam rekan organisasi kita yang telah dibunuh oleh kartel ini!” perintah Elaina.Pasukan darat bergerak cepat, memanfaatkan kekacauan yang disebabkan oleh serangan udara. Elaina memimpin timnya dengan penuh percaya diri, gerakannya cepat dan pasti. Mereka memasuki kompleks markas melalui celah-celah yang ditinggalkan oleh roket. Dengan senapan di tangan, mereka maju melalui asap dan reruntuhan, mata mereka terfokus pada tujuan utama: menghancurkan kartel Jose.Pertempuran berlangsung sengit. Tembakan terd

  • Lavrinda Tersayang   43

    “Pagi,” Ratha mematikan alaramnya dan memeluk tubuh Lavrinda. Dipeluknya erat dan diciumnya leher istrinya itu. Lavrinda tertawa kecil-kecilan dan menjadi agresif.“Kamu mau melakukannya? Aku ingin cepat hamil.” Lavrinda berkata.“He? Tidak, aku hanya ingin membangunkanmu.” Ratha membalas.“Tapi aku mau!” Lavrinda bangun dan menaiki tubuh Ratha.“Kalau kamu memaksa. Lakukan sesukamu, hari ini kita tidak ada jadwal hingga siang hari.” Ratha mengalah dan menuruti keinginan istrinya.“Siang hari ini kita ada acara makan siang bersama para pejabat negara ya. Mereka meminta informasi penting dari kita soal urusan organisasi kita.” Kata Lavrinda. “Masih ada waktu bagi kita untuk bermain.”Lavrinda mencium bibir Ratha dengan ganas. Pria tersebut terdiam dan membiarkan kekasihnya melakukan semuanya. Lavrinda mengambil obat perangsang dan meminumkannya secara paksa pada kekasihnya yang dicintai itu.“Jangan kasar-kasar.” Pinta Ratha.“Kamu sudah tahu jawabanku kan?” tanya Lavrinda. “Tentu saja

  • Lavrinda Tersayang   42

    Elaina mempersiapkan barang-barangnya bersama Mai. Mai membantunya menaikkan peralatan ke dalam mobil van mereka. “Kehormatan bagiku bisa bertugas langsung bersama legenda organisasi."“Maaf karena aku menggunakan inisial nomormu, 05.” Tambahnya.“Ya, tidak apa-apa. Ke sini Mai, kita akan membuat rencananya dan mereview ulang rencananya.” Elaina menyuruh Mai untuk mendekat ke papan tulis putih yang ada di ruangan persenjataan ini.“Nama target kita Jose Luizzo beserta keluarganya. Sang ayah Jose, merupakan kartel rival kita di sini. Menggunakan anaknya sebagai kampanye anti narkoba dia kemudian menjual narkoba dilabeli obat sehat kepada masyarakat.” Kata Elaina.“Cukup menarik. Menipu masyarakat dahulu, lalu membunuh mereka perlahan dengan narkoba.” Kata Mai.“Biro Keamanan Dalam Negeri meminta bantuan organisasi kita untuk melenyapkannya. Karena kita sedang bekerja sama dengannya. Mereka menginginkan Jose hidup-hidup, tapi perintah dari Bos Herman kita adalah membunuhnya. Jadi bagaim

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status