Share

Bab 7

Author: Gilva Afnida
last update Last Updated: 2024-11-20 10:44:48

Lily mengerjapkan matanya saat mendengar pria yang menyelamatkannya itu malah tertawa. "Apa aku terlihat seperti malaikat sampai kau mengira sudah mati?" tanya pria itu.

Dalam hati Lily membenarkan. Wajah pria yang bernama Finley itu memang mirip seperti malaikat dalam cerita dongeng. Kulitnya putih pucat dengan bola mata hijau serta tatapan mata yang teduh. Garis rahangnya tegas dengan bentuk bibir yang sempurna. Finley memang lebih pantas disebut malaikat dibandingkan manusia.

"Oh maaf, aku kira tadi aku tertabrak mobil atau apa." Lily membetulkan anak rambutnya yang berantakan. "Terima kasih karena sudah menolongku."

"Sama-sama." Finley menatap ke sekeliling. "Apa kau sendirian? Kau nyaris saja tertabrak mobil kalau aku tidak menahan kursi rodamu."

"Ya, temanku sudah masuk ke dalam gedung itu." Lily menunjuk ke arah pintu utama gedung. "Aku ingin masuk tapi aku tidak bisa karena penjaga bilang aku tidak memiliki undangan." Lily memainkan jari-jemarinya untuk menenangkan perasaannya.

Sebetulnya dia masih sedikit takut karena peristiwa tadi. Nyawanya hampir di ujung tanduk namun rupanya Tuhan masih menyelamatkannya.

Finley menatap ke arah dua penjaga yang berjaga dengan kecewa. Padahal untuk masuk ke dalam gedung itu tidak diperlukan sebuah undangan apapun. "Apa kau bersedia untuk masuk bersamaku?" tawarnya karena merasa kasihan pada Lily.

"Tentu saja. Aku sangat berterima kasih, Tuan-" Lily menatap Finley karena tidak tahu namanya.

"Finley. Namaku Finley Padma." Finley menjulurkan tangannya dan disambut oleh Lily.

"Terima kasih Tuan Finley. Aku Lily, Lily Orlantha."

"Nama yang cantik," gumam Finley.

Setelahnya, Finley mendorong kursi roda Lily untuk kembali ke pintu utama.

Dua penjaga yang melihat mulai mengernyitkan keningnya, mengawasi Lily dari arah kejauhan.

"Maaf, Tuan. Nona itu tidak diperbolehkan untuk masuk," ujar si penjaga setelah Finley dan Lily mendekat.

"Tapi kenapa? Seharusnya untuk masuk ke sana tidak diperlukan sebuah undangan karena kami diundang secara face to face oleh suruhan Tuan Kenneth," jelas Finley.

"Nona itu bukan berasal dari keluarga yang diundang."

"Siapa bilang?" sahut Lily. "Aku sudah bilang kan kalau aku menantu dari keluarga Kalandra, tapi kalian tidak percaya dan malah mendorongku ke jalanan yang ramai. Untung ada Tuan Finley yang menyelamatkanku." Lily melipat kedua tangannya, merasa jengkel dengan perlakuan penjaga yang tidak punya sopan santun.

Sedang Finley menatap nanar pada Lily setelah mendengar bahwa Lily adalah menantu dari keluarga Kalandra.

"Dengar, Nona. Berapa kali harus aku katakan kalau tidak mungkin keluarga Kalandra memiliki menantu lumpuh sepertimu."

"Menantu keluarga Kalandra? Lumpuh?" gumam Finley tak menyangka.

"Tuan, lebih baik Anda segera masuk dan jangan berurusan dengan wanita penipu sepertinya."

"Hah!" Lily merasa kesal sekali pada ucapan penjaga yang mengatakan bahwa dia adalah penipu. "Aku bukan penipu. Aku memang menantu dari keluarga Kalandra!"

"Lily!" Teriakan dari arah dalam membuat Lily mencari sumber suara.

"Vina?" pekik Lily bahagia.

Vina berlarian kecil menghampiri Lily dengan mengangkat sedikit gaunnya ke atas. "Aku pikir kau kenapa-kenapa karena tidak memberiku kabar."

"Maaf, sepertinya ponselku tertinggal di rumah."

"Ya sudah ayo cepat masuk. Acara sudah hendak di mulai," ajak Vina.

"Tunggu bentar, Nona. Apa dia kenalanmu?" tanya si penjaga.

"Tentu saja. Dia ini Lily Orlantha, menantu dari keluarga Kalandra."

Mendengar itu, wajah dua penjaga tadi mulai memucat. Namun Lily tidak peduli, yang terpenting dia sudah bertemu Vina dan bisa masuk ke dalam acara.

Sedetik kemudian Lily teringat dengan Finley. Dia pun menoleh ke arah belakang, namun Finley sama sekali tidak tampak. Kemana dia pergi?

"Kau mencari siapa?" tanya Vina.

"Apa kau tidak melihat pria tampan yang berdiri di belakangku tadi?" Lily menyebut Finley Tuan tampan karena memang Finley tampan, lebih tampan dari Max.

"Pria tampan? Sepertinya aku lihat ada seorang pria tadi, tapi aku tidak terlalu memperhatikannya. Memangnya siapa dia?"

"Ah, bukan siapa-siapa."

Lily mencoba mengabaikan soal Finley dan berpikir akan membalas kebaikan Finley jika suatu saat mereka bertemu kembali.

Dari kejauhan, Finley melihat Lily yang sudah menjauh bersama seorang temannya. Dadanya masih terasa berdegup kencang dan tangannya sedikit gemetar.

Finley mencoba untuk menenangkan dirinya dengan mengatur napas. Kejadian saat kecelakaan mobil dua tahun yang lalu masih dia ingat dengan jelas. Suara dua mobil yang saling bertabrakan dalam ingatannya membuat keringatnya bermunculan di sekitar dahi. Finley tak menyangka jika dia akan bertemu kembali dengan salah satu korban itu.

Dulu, dia adalah penyebab utama dari dua kecelakaan mobil itu terjadi. Jika saja Finley tidak sembarangan menyeberang ke jalanan hingga membuat Max membelokkan setir dan berakhir menabrak mobil milik Lily, pasti senmuanya akan baik-baik saja.

Namun semua itu menjadi kesalahan Max karena Max menyetir dalam kondisi mabuk dan tidak adanya saksi mata di sekitaran. Apalagi Max tidak mengingat sama sekali kejadian sewaktu itu. Finley juga melarikan diri setelah kecelakaan itu terjadi.

"Tuan Fin, apa kau tidak apa-apa?" Hana- sang sekretaris, menghampiri Finley yang nampak tak sehat.

"Hana, cari tahu tentang Lily Orlantha dan kehidupannya selama di keluarga Kalandra. Aku berniat untuk menemuinya dan menebus kesalahanku padanya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 179

    Max dan Kenneth terperangah, melihat penampilan pasangan mereka masing-masing yang nampak sederhana tapi cantik dan begitu mempesona."Wow, cantik sekali," puji Max secara terang-terangan."Terima kasih, Max." Lily tersenyum malu sambil menyelipkan anak rambutnya ke arah belakang.Hari ini dia dan Wina sama-sama mengenakan gaun polos selutut dengan potongan dada yang agak rendah berlengan pendek. Lily mengenakan gaun berwarna lilac, sedang ibunya mengenakan warna merah.Desain gaun sama, yang membedakan aksesoris yang mereka pakai.Meski begitu, Lily dan Wina sama-sama mempesona dengan gaun yang memamerkan lekuk tubuh mereka yang indah."Sayang, kenapa kamu diam saja?" tanya Wina pada Kenneth. Jujur dia juga ingin mendapat pujian yang sama seperti Lily. "Bagaimana dengan gaunku? Apa bagus juga?"Bukannya menjawab, Kenneth malah berdeham dan membalikkan badannya. "Sudahlah, ayo cepat berangkat. Nanti keburu telat." Setelahnya Kenneth berjalan duluan ke arah mobil.Tak mendapat pujian

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 178

    "Aku akan segera menikah dengan Finley." Ucapan dari Vina membuat Lily sedikit terkejut. Saat ini mereka sudah duduk berdua di sebuah ruangan pribadi milik Lily. Pintu sengaja Lily kunci agar tidak ada orang yang menguping atau menginterupsi. Sebelum ini dia dan Vina sudah membicarakan soal basa-basi, hingga topik yang serius ini terlontar, membuat Lily sangat terkejut."Kau yakin dengan keputusanmu, Vina? Kau yakin akan menikah dengannya?"Vina menunduk setelah mendengar rentetan pertanyaan dari Lily, memandangi dan mengelus perutnya yang semakin membesar. "Aku harus yakin demi anak yang ada di kandunganku, Lily. Empat bulan lagi dia akan terlahir di dunia ini, aku tidak mau dia lahir tanpa ada sosok ayah di sampingnya nanti."Lily menatap iba lalu memeluk Vina dari samping. Tumbuh dewasa bersama, Lily tahu kalau sahabatnya itu hampir tidak pernah menjalin hubungan yang serius dengan seorang pria karena mementingkan pendidikan dan karir. Namun sekali dia berkenalan dengan pria, dia

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 177

    Hari-hari terus berlalu semenjak kasus Jauhari mencuat di berbagai media sosial. Media terus membahas kasus itu namun bukan tentang Jauhari, melainkan Lily Orlantha yang menjadi pusat perhatian banyak publik.Mulai dari kisah hidupnya bahkan bakatnya yang luar biasa soal merancang gaun wanita.Melihat hal itu, Lily bersyukur setidaknya dampak dari pemberitaan soal dirinya lebih condong ke arah positif. Dia banyak mendulang simpati dari berbagai kalangan bahkan banyak dari kaum menengah ke atas yang berlomba-lomba untuk memesan gaun darinya.Alhasil, Lily menjadi sangat sibuk dan cukup kewalahan. Max yang selalu ingin bertemu dengan Lily pun jadi tidak bisa karena saking sibuknya. Selain itu, karena pemberitaan soal Lily, Max jadi mendapat banyak kecaman dari warga sosial media atas langkahnya dulu yang menceraikan Lily.Mau tak mau, Max harus menjauhkan diri dulu dari Lily agar Lily tak ikut terkena dampaknya. Selain Max, ada Fernita yang juga ikut terkena imbasnya. Banyak teman sosia

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 176

    "Jika di pikir-pikir, ini semua memang kesalahanku yang selalu menutupi segala perbuatannya," lanjut Kenneth berbicara. Penyesalan memang selalu datang di akhir.Jika diingat-ingat, sudah dari dulu Wina mencurigai Jauhari namun Kenneth selalu tutup mata dan tidak mau menyelidikinya.Bagi Kenneth, Jauhari adalah saudara yang cukup dekat dengannya meski mereka hanyalah saudara tiri. Namun karena Lily terus dalam bahaya dan dia menyadari ada sesuatu yang salah, maka Kenneth mulai menyelidikinya.Hasil penyelidikan tidak disangka-sangka. Banyak kejahatan yang diperbuat Jauhari dan keluarganya di belakang Kenneth. Mulai dari penculikan Lily sejak bayi, penggelapan dana, mencelakakan Lily dan masih ada kejahatan lain yang sulit bagi Kenneth untuk terima.Beberapa bukti kejahatan masih ada yang belum bisa Kenneth kumpulkan, seperti saat penculikan Lily sewaktu bayi. Itu karena kasusnya yang sudah lama dan Jauhari benar-benar menghapus jejak keterlibatan dengan rapi.Tetapi tetap tidak akan

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 175

    Sebuah tamparan keras juga melayang di pipi Melani setelahnya, kali ini dari Wina."Cukup! Tutup mulutmu yang kotor itu!" Melani memegang pipinya yang berdenyut nyeri sambil tertegun ke arah Wina. Tak pernah dia sangka, wanita yang selama ini diam kini nampak murka bahkan berani menampar wajahnya.Leni, Lubis dan Layla juga terkejut lalu mendekati kedua orang tua mereka untuk membela."Kenapa Paman dan Tante tega melakukan ini? Apa kesalahan kami?" tanya Leni dengan kedua mata yang berkaca-kaca."Kesalahan kalian?" Tiba-tiba ada suara yang menyahut dari belakang kerumunan.Semua orang menoleh dan melihat Lily berjalan mendekat dengan Max yang menggandeng tangannya."Kamu ingin tahu kesalahan keluargamu apa?" tanya Lily begitu dia sudah berada di depan kerumunan.Melihat Lily datang bersama Max, orang-orang yang mengetahui hubungan diantara keduanya kembali bergosip."Kudengar pria yang ada di sampingnya itu mantan suaminya, kenapa tiba-tiba dia datang dengan pria itu? Apa mereka suda

  • Layunya Cinta sang Nyonya   Bab 174

    Pesta yang diadakan oleh keluarga Leni telah tiba. Beberapa hari sebelumnya, Lily sudah menyelesaikan pesanan gaun-gaun yang dipesan oleh saudara sepupunya--termasuk Leni. Dia juga sudah menyuruh orang untuk mengantar gaun ke rumah masing-masing.Malam ini Lily datang terlambat ke tempat acara. Sedang Kenneth dan Wina telah datang terlebih dahulu.Suasana di dalam aula pesta sudah nampak ramai oleh banyak tamu. Para pelayan juga nampak sibuk berjalan ke sana kemari mengantar minuman untuk para tamu.Awalnya Kenneth tidak menjumpai sesuatu yang aneh saat dia baru pertama kali masuk. Beberapa kenalan rekan kerja datang menyambut dan berbincang santai dengannya. Namun begitu dia dan Wina sudah berjalan ke arah yang lebih tengah, dia baru menyadari telah terjadi sesuatu sejak sebelum dirinya datang."Ada apa ini?" tanyanya begitu melihat kerumunan orang-orang yang nampak berisikPara tamu menoleh ke arah Kenneth lalu salah seorang keponakan Kenneth mendatanginya sambil berkata, "Paman sud

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status