๊ณต์œ 

13. Harapan yang pupus.

๐Ÿ€๐Ÿ€๐Ÿ€๐Ÿ€๐Ÿ€

"Mas, maafkan aku. Maafkan aku!" pinta Retno dengan air mata yang tak henti terurai. Rasa penyesalan itu bergelayut di dadanya. Sunggu menyesakkan dada. Tubuhnya gemetar dengan raut wajah emmohon belas kasihan.

Aku menemuinya setelah beberapa saat ia sadar dan emosinya sedikit membaik. Entah sudah berapa kali wanita ini tak sadarkan diri. Saat mengetahui putra kami meninggal, wanita itu mengamuk dan berteriak histeris. Menunjuk-nunjuk wajah Mbak Rini dengan garang.

Seakan semuanya adalah salah wanita itu. Entah ala yang sebenarnya terjadi diantara mereka. Selaam ini mereka berdua selalu nerusaha tampak akur.

Di ruangan ini hanya ada kami berempat, aku, Retno, Mama, dan Mbak Rini. Suasana tegang, bahkan dinginnya AC di ruangan ini membuat pelipis kedua wanita itu banjir dengan keringat dingin.

"Katakan padaku, sebenarnya apa yang terjadi?" tanyaku padanya. Mulai menyelidik. Aku memperhatikan wajah Retno dan Mbak Rini secara bergantian.

Aku merasa seperti ada sesuatu yang
์ž ๊ธด ์ฑ•ํ„ฐ
์•ฑ์—์„œ ์ด ์ฑ…์„ ๊ณ„์† ์ฝ์œผ์„ธ์š”.

๊ด€๋ จ ์ฑ•ํ„ฐ

์ตœ์‹  ์ฑ•ํ„ฐ

DMCA.com Protection Status