로그인Bab Utama : 2/5. Mohon bersabar ya sobat readers untuk Bab Bonus Gems nya...
Bayangan harimau itu belum sepenuhnya menyatu ke dalam jiwa Qing Jian—namun jeritannya telah lenyap, teredam oleh keheningan yang menggantung berat di Lembah Huashan.Lembah yang masih menyimpan sejuta misteri bagi Qing Jian.Qing Jian berdiri terengah di tengah kehancuran akibat pertarungannya dengan Roh Hewan raksasa yang telah dirasuki roh iblis milik Cultivator Iblis.Tanah di sekelilingnya menghitam seperti arang terbakar, retakan menjalar ke segala arah, dan bongkahan batu besar terbelah oleh sisa benturan Qi. Udara terasa lengket, berbau hangus dan dingin, dipenuhi residu Qi iblis yang belum sepenuhnya menghilang—menyengat hidung, menekan napas.Tidak ada tanda-tanda pria tua yang memiliki Pedang Giok Hitam ini muncul di sana setelah pertarungan yang cukup dasyat di lembah ini.“Sepertinya aku memang dijebak oleh pria tua itu untuk mati di lembah Huashan ini,” batin Qing Jian. "Lebih baik aku keluar saja dari Lembah Huashan ini." Di belakangnya, siluet Harimau Putih Bertanduk
Harimau putih itu meraung kembali—namun kali ini, raungannya berlapis sesuatu yang lain.Udara di sekelilingnya bergetar. Di atas kepalanya, simbol-simbol hitam bermunculan satu per satu, melayang seperti tulisan kuno yang dilukis langsung di kehampaan. Rune iblis. Tua. Busuk. Sarat kehendak rakus.Qi di seluruh lembah berputar liar.Bukan mengalir—melainkan diseret paksa.Tanah yang tadinya lembab mengering dalam sekejap, retak seperti kulit mati. Akar-akar pohon yang terkubur di bawah tanah menghitam, rapuh, lalu berubah menjadi abu yang beterbangan bersama kabut. Rumput layu, batu kehilangan kilau spiritualnya.Qing Jian merasakan perubahan itu dengan jelas.Qi di udara menipis.Bahkan napas terasa lebih berat—seolah setiap tarikan paru-parunya dicuri sedikit demi sedikit.“Jika aku berlama-lama…” gumamnya, suara rendah dan tertahan,“aku akan kalah dalam perang Qi.”Ia menancapkan Pedang Dewa Ilahi ke tanah.TRANG!Getaran logam suci merambat ke dalam bumi. Qing Jian berdiri tegak
Kabut di Lembah Huashan bergetar.Bukan tertiup angin—melainkan tertekan oleh sesuatu yang turun dari langit.BUUUM!Tanah di depan Qing Jian meledak. Batu-batu hitam seukuran kepala beterbangan, tercabik oleh hentakan kekuatan brutal. Kabut putih yang selama ini menyelimuti lembah terbelah paksa, tersapu ke kiri dan kanan seperti tirai yang direnggut tangan raksasa.Dan untuk pertama kalinya—Penjaga Lembah Huashan menampakkan wujud aslinya.Harimau putih raksasa.Tingginya hampir menyamai bangunan tiga lantai, bahunya setara gerbang kota kecil. Tubuhnya diselimuti bulu putih keperakan yang memantulkan cahaya dingin, seolah terbuat dari kristal es. Dari dahinya tumbuh sepasang tanduk es biru pucat, berembun beku, memancarkan hawa dingin yang langsung membekukan tanah di bawah kakinya.Setiap hembusan napasnya menciptakan kabut es yang berdesis—membuat rumput layu, batu retak, dan udara terasa menusuk paru-paru.Namun yang paling ganjil—Ekornya berupa api.Api merah kehitaman menjala
Qing Jian tidak terlalu memusingkan Mei Shia yang melarikan diri menuju Sekte Tengkorak Hitam dalam keadaan tubuhnya yang polos tanpa pakaian yang melekat sama sekali.Perempuan itu sudah terikat—bukan oleh jarak, melainkan oleh Kontrak Darah. Ke mana pun ia pergi, nasibnya tetap berada dalam genggaman Qing Jian.Ia berbalik menatap pemilik penginapan yang tampaknya pucat ketakutan.“Paman,” katanya tenang, “kau tidak perlu terlalu khawatir. Gadis Iblis Suci itu tidak akan menyeretmu ke dalam urusan ini.”Nada suaranya mantap, seolah semua kemungkinan telah ia perhitungkan.Namun Huang Shen justru menggeleng kuat-kuat. Wajahnya yang keriput terlihat semakin pucat di bawah cahaya pagi.“Tuan Muda… aku akan pergi dari Kota Huayin,” ucapnya lirih namun tegas.“Aku sarankan Tuan Muda juga membatalkan niat ke Lembah Huashan.”Qing Jian menyipitkan mata.“Aku harus pergi,” jawabnya. “Tapi katakan padaku… apa sebenarnya yang ada di Lembah Huashan sampai paman setakut ini?”Huang Shen menelan
Pedang Dewa Ilahi melintas—bukan menuju tubuh, melainkan menyapu tipis di sisi kepala Mei Shia.WHUUUSSH—!Angin pedang yang tercipta lebih tajam daripada bilah itu sendiri. Beberapa helai rambut hitamnya terpotong bersih, beterbangan di udara sebelum jatuh perlahan ke lantai kayu penginapan.Namun—tidak setetes darah pun mengalir.Qing Jian menarik kembali pedangnya dengan gerakan santai, seolah barusan hanya mengayunkan bilah biasa.“Terlalu mudah bagimu untuk mati,” ucapnya dingin.Baru saat itu Huang Shen—pemilik penginapan—berani menghembuskan napas yang sejak tadi tertahan di dadanya. Telapak tangannya gemetar, keringat dingin membasahi punggungnya. Bukan karena iba pada Gadis Iblis Suci, melainkan karena ketakutan akan pembalasan Sekte Tengkorak Hitam setelah semua ini.Mei Shia sendiri terpaku.Wajahnya pucat. Bibirnya bergetar.“A-Aku… masih hidup?” gumamnya lirih, nyaris tak percaya.“Benar,” jawab Qing Jian tanpa emosi.“Kau masih hidup.”Ia menatap Mei Shia seperti menatap
Lengan Qing Jian terangkat perlahan.Bukan gerakan ragu—melainkan ketegangan yang dikendalikan dengan presisi. Urat-urat di lengannya menonjol, seolah darahnya sendiri mendesak keluar, menuntut keputusan. Jari-jarinya telah mencengkeram kain terakhir yang melindungi tubuh Gadis Iblis Suci.Satu tarikan lagi—dan segalanya akan berakhir.Di hadapannya, Mei Shia berdiri kaku. Wajahnya pucat seperti lilin yang hampir meleleh, tapi sepasang matanya tetap tajam, licik, penuh perhitungan. Namun kali ini, untuk pertama kalinya sejak ia dinobatkan sebagai simbol kengerian Sekte Tengkorak Hitam, sesuatu yang asing merayap masuk ke dadanya.Rasa takut.Ketakutan yang murni. Tidak tercemar ambisi. Tidak disamarkan oleh kesombongan.Ia tak pernah membayangkan ada seseorang yang berani melangkah sejauh ini—menantang sekte, membantai anggota sekte, lalu berdiri di hadapannya dengan tatapan yang sama sekali tidak gentar.Ia adalah Gadis Iblis Suci. Lambang kehormatan. Ikon teror Kota Huayin.Diperma







