Home / Fantasi / Legenda Dewa Racun / Bab 26 - Berada di Level Yang Berbeda

Share

Bab 26 - Berada di Level Yang Berbeda

Author: Murlox
last update Last Updated: 2025-02-19 21:52:03

Dengan gerakan cepat dan penuh keyakinan, Hao Feng menghunus pedangnya ke depan, lalu menerjang ke arah Du Shen.

Angin berdesir tajam saat pedang itu melesat. Cahaya matahari memantul di sepanjang bilahnya, menciptakan kilatan perak yang menambah aura berbahaya dari teknik pedang yang ia gunakan. Ini bukan teknik sembarangan—tapi adalah teknik warisan keluarganya, sebuah seni pedang yang telah ditempa selama bertahun-tahun di bawah bimbingan Tetua Zhang atau kakeknya sendiri.

Di sisi lain, Du Shen tetap berdiri tenang. Ia memasang kuda-kuda, tetapi di wajahnya tergambar ekspresi resah, seolah menghadapi tekanan besar. Namun, jika diperhatikan lebih saksama, ada sesuatu yang ganjil dalam sorot matanya. Jelas bahwa ia sedang melakukan sandiwara kecil.

Para penonton yang berdiri mengelilingi arena mulai berbisik. Mengatakan cemoohan dan ketidak puasan mereka meliha Du Shen yang berani melawan pemuda yang di anggap sebagai jenius klan mereka.

"Sungguh bodoh! Pemuda itu terlalu sombong hin
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Legenda Dewa Racun   Bab 27 - Pemenang Telah Ditentukan

    Du Shen berdiri dengan tenang di tengah arena, matanya menatap tajam setiap gerakan Hao Feng. Sejujurnya, mengalahkan Hao Feng bukanlah hal sulit baginya. Namun, jika ia melakukannya terlalu cepat, hal itu justru akan menarik perhatian yang tidak diinginkan.Jadi, alih-alih menghabisi lawannya dalam sekejap, Du Shen memilih untuk berlagak kewalahan, bergerak menghindar dengan ekspresi dipenuhi kegugupan.“Jangan bilang kau cuma bisa menghindar saja, kan?” suara Hao Feng terdengar penuh ketidaksabaran, urat di dahinya tampak sedikit menonjol.Pemuda itu berusaha menyembunyikan kekesalannya, tapi amarah dalam suaranya tetap tersirat. Tebasan pedangnya yang tajam terus meleset, seolah lawannya bisa membaca gerakannya lebih cepat dari yang bisa ia antisipasi.“Aku... tak tahu harus melawan bagaimana. Kau terlalu cepat dan kuat.” balasnya. Nada suara Du Shen terdengar sedikit agak ragu-ragu, tapi justru kata-katanya bagaikan ejekan di telinga Hao Feng.‘Bajingan ini... Sejak tadi dia hanya

    Last Updated : 2025-02-20
  • Legenda Dewa Racun   Bab 28 - Tantangan Hao Yexin

    Arena latihan Klan Hao dipenuhi dengan ketegangan yang semakin menebal. Keringat menetes dari pelipis Hao Feng, dadanya naik turun dengan cepat seiring dengan napasnya yang mulai tak beraturan. Meski tubuhnya sudah hampir mencapai batas, ia tetap berusaha menyerang dengan teknik pedangnya yang paling mahir. Bilah pedangnya berkelebat, menciptakan kilatan tajam di udara, namun setiap tebasannya selalu meleset, seakan hanya mengiris bayangan.Sebaliknya, Du Shen tampak begitu tenang walaupun ekspresinya terlihat penuh sandiwara. Sesekali, dengan gerakan yang nyaris tanpa usaha, ia memukul mundur Hao Feng menggunakan pukulan ringan atau gerakan menghindar yang begitu elegan. Tiap kali Hao Feng berusaha menyerang, Du Shen selalu bisa menghindar dengan mudah, lalu membalas dengan satu atau dua pukulan yang cukup untuk mengacaukan keseimbangannya.Hao Feng menggeram, matanya menyala penuh kemarahan. Rasa frustrasi mulai menguasai dirinya. Ia sudah mengerahkan segalanya, namun lawannya sea

    Last Updated : 2025-02-22
  • Legenda Dewa Racun   Bab 29 - Du Shen Vs Hao Yexin

    "Oh? Tentu saja," balas Du Shen dengan senyum ramahnya. Hao Yexin mengangguk, lalu melangkah maju dengan penuh percaya diri. Rambutnya yang panjang berkibar tertiup angin saat ia mengambil posisi di tengah arena, matanya menatap lurus ke arah Du Shen tanpa ragu. Di pinggiran arena, para anggota klan kembali berbisik-bisik, kali ini dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu dan keterkejutan. "Huh? Jika Hao Feng saja kalah dari pemuda itu, kenapa Tuan Putri juga mau melawannya?" cibir Tetua Zhang, wajahnya mengernyit penuh ketidaksenangan. "Bukankah ini akan berakhir sama saja?" Ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa rencananya mempermalukan Du Shen berakhir dengan kehinaan bagi cucunya sendiri. Di sisi lain, Tetua Jiang yang berdiri tak jauh darinya hanya terkekeh pelan. "Jangan salah, Tetua Kedua," katanya dengan nada santai namun menyelipkan sedikit ejekan. "Cucuku baru saja menerobos hingga beberapa tahap hanya dalam semalam. Aku percaya kultivasinya sekarang bahkan telah

    Last Updated : 2025-02-25
  • Legenda Dewa Racun   Bab 30 - Dao Pedang?

    Dengan begitu latih tanding itu berakhir yang langsung mengundang berbagai opini anggota klan Hao terhadap Du Shen. Beberapa orang masih diliputi akan rasa penasaran tentang seberapa kuat pemuda itu sebenarnya. Bagaimanapun itu semua orang hanya melihatnya menghindar tanpa perlawanan yang berarti, dan itu membuat mereka tak puas atau terhibur. Sebelum Du Shen melangkah menuju kerumunan para tetua dan kepala klan, Hao Yexin bergegas membuka mulutnya dan menghentikan langkah oemuda itu. "Tapi, apa maksudmu dengan bakat alami dalam berpedang?" tanya Hao Yexin dengan tatapan penuh kebingungan. "Sejak dulu, aku selalu ragu setiap kali mengayunkan pedang. Bagaimana bisa kau menilaiku begitu tinggi?" Du Shen menatapnya sejenak sebelum tersenyum tipis. "Setelah pertarungan singkat tadi, kau hampir membuatku merasa terancam. Entah bagaimana, aku bisa melihat sekilas Dao Pedang yang luar biasa keluar darimu." Hao Yexin tertegun mendengar kata-kata itu. "Dao Pedang?" gumamnya, semakin

    Last Updated : 2025-02-25
  • Legenda Dewa Racun   Bab 31 - Paviliun Seribu Harta

    Setelah latih tanding singkat itu, Hao Yexin merasa semangatnya membuncah. Kegembiraan yang jarang ia rasakan mengalir deras dalam dirinya. Tanpa berpikir panjang, ia segera menarik lengan Du Shen, mengajaknya berjalan menuju pusat kota Danau Hitam. "Ayo, aku akan membawamu berkeliling!" katanya penuh semangat, matanya berbinar melihat hiruk-pikuk pasar yang ramai. "Katakan saja apa yang kau mau, aku akan membelikannya untukmu!" Du Shen meliriknya dengan senyum samar. "Oh? Benarkah?" tanyanya dengan nada menggoda. "Apa kau punya uang sebanyak itu sampai berani membelikan sesuatu untukku?" Hao Yexin mengangkat dagunya dengan bangga. "Tentu saja! Aku ini putri Kepala Klan Hao! Tak perlu khawatir soal uang." serunya. Pasar Kota Danau Hitam dipenuhi pedagang yang berteriak menawarkan dagangan mereka—mulai dari kain sutra berkualitas tinggi, perhiasan berkilauan, hingga berbagai jenis makanan jalanan. Hingga aroma rempah-rempah dan makanan panggang tercium memenuhi udara, menciptakan

    Last Updated : 2025-02-27
  • Legenda Dewa Racun   Bab 32 - Dua Orang Menyebalkan

    Begitu matanya menangkap sosok itu, ekspresi Hao Yexin langsung berubah. Tatapannya yang semula santai kini dipenuhi kejengkelan dan amarah yang mendidih. Ia hampir tak percaya dengan nasib sialnya hari ini.Dari sekian banyak tempat yang bisa ia kunjungi, kenapa harus bertemu dengan dia lagi?Pria itu—Murong Chen—berdiri dengan tangan disilangkan di dada, menatap mereka dengan senyum miring yang penuh ejekan. Wajahnya yang memang sudah menyebalkan kini semakin membuat darah Hao Yexin bergejolak."Huh? Kemanapun aku melangkah, kalian pasti mengikutiku," cibir Murong Chen, suaranya dipenuhi keangkuhan yang menjengkelkan. "Nona Hao, apa yang kau lakukan di sini?"Hao Yexin mengerutkan kening, tatapannya penuh ketidaksenangan."Huh? Aku harusnya mengatakan kalau aku benar-benar sial bertemu denganmu di tempat ini," balasnya sinis.Murong Chen terkekeh ringan, seakan menikmati kejengkelan di wajah Hao Yexin. Namun, sebelum ia bisa membalas, suara lain yang lebih feminin terdengar dari sam

    Last Updated : 2025-02-27
  • Legenda Dewa Racun   Bab 33 - Artefak Cacat?

    Hong Xie mengangguk, meski ada sedikit keraguan di matanya. Dari interaksi yang berlangsung di depannya, ia mulai memahami beberapa hal. Tatapan matanya sesekali melirik ke arah Hao Yexin, yang gerak-geriknya tampak agak kaku, seolah menahan sesuatu dalam dirinya.Namun, sebagai pelayan yang terlatih, ia tetap mempertahankan ekspresi ramahnya. Dengan nada sopan, ia berkata,"Baiklah, Tuan. Saya akan menyiapkan Belati Iblis Bulan ini untuk Anda, dan untuk pembayarannya bisa—"Ucapan Hong Xie mendadak terhenti. Sebuah lambaian tangan yang tegas menghentikannya sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya.Du Shen. Pemuda itu berdiri tegak dengan ekspresi tidak senang. Tatapan tajamnya menusuk langsung ke arah pelayan tersebut, seakan menelanjangi setiap pikiran yang tersembunyi.Hong Xie merasakan dadanya sedikit bergetar. Ia menelan ludah, lalu menundukkan kepala dengan gugup. Ada sesuatu dalam tatapan pemuda itu yang berbeda—sebuah tekanan tak kasatmata yang membuatnya merasa kecil."A-

    Last Updated : 2025-02-28
  • Legenda Dewa Racun   Bab 34 - Kedatangan Tetua Qin

    Di tengah suasana tegangan yang menggelayuti ruangan itu, tiba-tiba suara serak nan berat bergema dari arah samping."Ada apa ini?" suara itu langsung memecah keheningan.Perlahan, seorang pria paruh baya berjalan dengan langkah anggun dan penuh wibawa mendekat ke arah mereka. Setiap gerakannya menunjukkan otoritas yang sulit dibantah, seakan hanya dengan kehadirannya saja, seluruh ruangan harus tunduk dan patuh.Tatapan tajamnya menyapu seluruh orang yang berkumpul di tempat itu.Mata beberapa pelayan dan orang-orang di dalam ruangan Paviliun Seribu Harta segera melebar dalam ketegangan. Sosok ini bukan orang biasa yang dapat diremehkan begitu saja.Dia adalah Tetua Qin Cong, wakil pemimpin Paviliun Seribu Harta.Begitu melihat pria itu muncul, Xiao Mei buru-buru melangkah maju, tak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini."T-Tetua Qin, anda akhirnya datang!" serunya dengan nada penuh hormat, bahkan mendahului para pelayan yang seharusnya menyambut pria itu lebih dulu.Qin Cong meng

    Last Updated : 2025-02-28

Latest chapter

  • Legenda Dewa Racun   Bab 120 - Warisan Dewa Kekacauan

    Langkah mereka berhenti di dasar ruang bawah tanah yang sunyi dan lembap. Aroma bebatuan tua dan hawa mistis yang pekat seakan menyambutnya. Di hadapannya berdiri sebuah patung batu yang hampir identik dengan yang sebelumnya mereka temukan di aula atas. Patung itu menggambarkan seorang pria tua berjanggut panjang, duduk dalam posisi bersila. Satu tangannya membentuk mudra, sementara tangan satunya menggenggam sebuah gulungan batu, seolah menyimpan rahasia dunia di dalamnya.Namun yang paling menarik adalah aura yang menguar dari patung itu—tenang, namun penuh dominasi yang sulit dijelaskan. Rasanya seperti berada di hadapan entitas agung yang telah melampaui batas manusia fana."Apa sebenarnya ini? Kenapa patung ini muncul lagi di sini?" gumam Lu Tian, melangkah lebih dekat dengan kening berkerut. Rasa ingin tahunya mengalahkan rasa waspadanya.Tanpa ragu, ia mengulurkan tangan, jemarinya menyentuh permukaan dingin batu itu. Dan dalam sekejap, tubuhnya diselimuti cahaya putih menyila

  • Legenda Dewa Racun   Bab 119 - Pintu Rahasia

    Du Shen kembali berdiri perlahan. Napasnya tertahan, bahunya naik-turun menahan rasa sakit yang masih tertinggal usai menerima tekanan brutal dari Ming Yue. Meski tubuhnya masih berdenyut nyeri di tiap sendi, tekad yang terpancar dari sorot matanya membungkam rasa lemah itu. Ia menatap lurus ke depan, wajahnya serius, dan kali ini tak ada sedikit pun keraguan di matanya. Keteguhan itu jarang muncul pada dirinya, namun kini, setelah semua yang terjadi—terutama setelah Hao Yexin dibawa pergi—ia tak bisa lagi membiarkan diri terombang-ambing oleh keadaan.Sambil mengatur napas, ia mengepalkan tangan. Luka dalam tubuhnya perlahan mulai sembuh berkat latihan teknik kultivasi yang ia kuasai. Namun bukan luka fisik yang paling menyakitkan baginya saat ini, melainkan rasa bersalah yang menghantui pikirannya."Hao Yexin… semoga kau baik-baik saja ke mana pun wanita itu membawamu," batinnya. Ia menunduk, memikirkan ucapan terakhir gadis itu dan beban berat yang kini menggantung di pundaknya."

  • Legenda Dewa Racun   Bab 118 - Pertemuan Singkat

    "Huh? Kau bilang tak berasal dari benua ini? Lantas, dari manakah senior berasal?" tanya Du Shen dengan mata yang menyipit, menyiratkan kehati-hatian. Tekanan spiritual yang sejak awal ia pancarkan perlahan surut, seolah menyadari bahwa dominasi semacam itu takkan berguna melawan sosok di hadapannya.Wanita berjubah putih itu melirik sekilas padanya. Angin berdesir pelan di sekeliling mereka, membawa aroma samar yang entah berasal dari kabut spiritual atau auranya. Lalu, dengan suara pelan namun penuh otoritas, ia menjawab, "Aku berasal dari tempat yang jauh... tempat yang tak bisa kau temukan dalam peta manapun di Benua Yin ini. Tempat itu disebut Benua Yang—alam utama yang jauh lebih luas dan lebih kuat dari daratan rendah seperti benua ini."Mata Du Shen membelalak. Kalimat itu bagaikan petir yang menyambar di siang bolong. Ia mundur setengah langkah, bukan karena takut, tapi lebih karena terkejut.Benua Yang. Nama itu memang terdengar asing di telinga orang lain, namun baginya s

  • Legenda Dewa Racun   Bab 117 - Kemunculan Sosok Misterius

    Aula utama itu, yang sebelumnya sunyi dan dipenuhi aura sakral, mendadak bergetar pelan. Langit-langitnya, terbuat dari batu giok yang mengilap, mulai beriak seperti permukaan danau yang dilempar kerikil.Riak-riak itu bukan lah ilusi, melainkan gelombang energi spiritual murni yang terpancar dari dimensi yang tersembunyi di balik tirai ruang dan waktu.Kilatan cahaya keemasan mulai merayap dari retakan-retakan tak kasat mata, membentuk pusaran yang perlahan membuka celah ke dimensi lain. Para kultivator yang semula duduk bersila dalam keheningan, langsung terjaga. Mata-mata mereka melebar penuh gairah. Ketenangan berubah jadi hiruk-pikuk dalam sekejap."Itu... Itu dia! Dimensi Langit Surgawi!" teriak seorang kultivator berpakaian hitam, matanya bersinar penuh antusias. "Pintu menuju peninggalan Dewa Kekacauan telah terbuka! Setelah sekian tahun menunggu, akhirnya kita mendapat kesempatan langka ini!"Seruan itu memicu gelombang kegembiraan. Para kultivator dari berbagai sekte dan kl

  • Legenda Dewa Racun   Bab 116 - Peringatan

    "Nak, jangan sekali-kali bermain-main denganku. Kau tahu siapa kami,bukan? Kami berasal dari Sekte Pedang Bulan. Jadi kuperingatkan sekali lagi, lepaskan muridku, dan kuanggap kejadian hari ini sebagai kesalahpahaman yang tak perlu diperpanjang lebih jauh." Suara Luo Ming menggema tegas, meski ada nada getar samar dalam intonasinya. Ia berdiri dengan dada tegak, berusaha menunjukkan wibawa, namun dari matanya yang sedikit menyipit terlihat jelas bahwa tekanan energi dari pemuda di hadapannya telah mengguncang jiwanya. Aura Luo Ming memang masih kuat, tetapi bayangan samar kekalahan barusan membuat keberaniannya terikat. Ia menahan amarah dalam-dalam, hanya demi keselamatan muridnya. Du Shen tidak segera menjawab. Ia menatap pria tua itu dengan sorot mata sedingin salju abadi di puncak gunung. Sejenak ia menghela napas pelan, sebelum akhirnya berkata dengan suara rendah tapi berat, setiap katanya seolah menggema di benak siapa pun yang mendengarnya. "Dan kau harus tahu… aku tak pe

  • Legenda Dewa Racun   Bab 115 - Peringatan!

    Namun sebelum Luo Ming sempat melangkah lebih dekat, sebuah ledakan Qi yang sangat kuat tiba-tiba terpancar dari tubuh Du Shen. Gelombang kejut yang tak terlihat itu meledak ke satu arah dalam sekejap mata, menghantam tubuh Luo Ming seperti palu raksasa yang tak kasatmata.BUGH!Tubuh pria tua itu terlempar ke belakang sejauh beberapa meter. Suara gesekan kaki di lantai marmer menggema keras, meninggalkan jejak retakan yang lurus dan dalam, seolah baru saja diiris oleh pedang tak terlihat. Punggung Luo Ming membentur salah satu pilar batu di sisi aula, membuat retakan halus menjalar ke atas dinding pilar tersebut.Ia tersungkur dengan lutut menyentuh lantai. Wajahnya menegang. Sebuah ekspresi keterkejutan yang amat jarang terlihat pada wajah seorang tetua dari Sekte Pedang Bulan. Nafasnya memburu. Pandangannya tertuju pada sosok Du Shen yang masih berdiri di tempat, bahkan tanpa sedikit pun memutar badan untuk melihat serangannya sendiri. Seolah, semuanya itu hanya gangguan kecil bag

  • Legenda Dewa Racun   Bab 114 - Ganas dan Mematikan

    "Siapa bocah itu? Sombong sekali, berani menunjukkan tekanan energi Qi sekuat itu di tempat seperti ini. Apa dia tidak takut mati?" bisik seorang pria tua berambut kelabu yang duduk bersila di pinggir ruangan aula, matanya menyipit ke arah sumber tekanan yang menegangkan udara."Dia pasti punya latar belakang yang kuat. Tak mungkin seseorang pemuda berani bertindak seperti itu tanpa dukungan dari kekuatan besar di baliknya," sahut pria lain, suaranya nyaris tak terdengar, namun penuh kehati-hatian."Sudahlah," ucap pria ketiga dengan nada lebih serius, "jangan ikut campur. Dunia ini luas, menyimpan banyak ahli misterius. Satu langkah yang salah bisa menyeret kita ke dalam jurang neraka." Ia kemudian kembali menutup matanya, mencoba masuk kembali ke dalam meditasi, meskipun hawa Qi yang menegang masih terasa menyesakkan di dada.Di dalam aula besar yang redup itu, hanya cahaya samar yang berpendar dari batu kristal di dinding-dinding. Namun atmosfer ruangan jauh dari tenang. Udara ter

  • Legenda Dewa Racun   Bab 113 - Hanya Diabaikan

    Qin Chen melangkah maju, sepatu kulit halusnya menjejak lantai batu yang dingin, mengeluarkan suara pelan namun mantap. Tubuhnya tegak dengan dada membusung, seolah setiap langkahnya membawa gengsi dan martabat sebagai murid terhormat dari salah satu sekte besar di benua ini. Ia berhenti sekitar tiga langkah di depan Du Shen, menatap pemuda itu dari atas ke bawah dengan tatapan menilai dan sorot mata yang dingin seperti es.Senyum tipis muncul di sudut bibirnya—bukan senyum ramah, melainkan senyum yang menyimpan ejekan tersembunyi, seolah ia sedang menatap seekor serangga yang tiba-tiba muncul di hadapan makan malamnya.Du Shen, yang sedari tadi hanya berdiri santai dengan tangan di balik punggung, melirik pemuda itu sekilas. Tatapannya acuh tak acuh, bahkan sedikit malas, seolah sedang menilai seseorang yang tak layak untuk diperhatikan. Ia tidak mengatakan apa pun. Wajahnya tetap tenang, seperti permukaan danau di musim gugur yang tak terusik apapun.Qin Chen akhirnya angkat suar

  • Legenda Dewa Racun   Bab 112 - Bertemu Kembali

    Namun ia tak begitu peduli pada patung itu dan mengalihkan perhatian ke segala arah di dalam aula yang luas itu. "Hmm?" Du Shen bergumam lirih sambil menatap sekeliling ruangan luas yang terasa sunyi. Pilar-pilar batu yang menjulang tinggi tampak kokoh menopang langit-langit aula, ia memandangi sekitar seolah tengah mencari seseorang. "Pak tua Zhao... Dia tak ada di sini. Apakah dia masih terjebak dalam dimensi ilusi sebelumnya? Atau jangan-jangan ada ruangan lain selain tempat ini?" Pikirannya terus bergulir, mencoba mencari jawaban. Namun tepat saat ia hendak bergerak untuk menyelidiki lebih jauh, seberkas aura yang familiar tiba-tiba muncul dari sisi timur aula. Aura itu samar namun mengandung nuansa yang tak asing baginya. Du Shen menoleh cepat. Matanya menajam, menyapu arah tempat datangnya aura tersebut. Beberapa langkah dari tempatnya berdiri, sesosok gadis perlahan muncul dari balik kerumunan. Ia tidak sendiri—di dekatnya berdiri dua orang asing yang tampak waspada. Satu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status