"Selamat, anda telah hamil tiga minggu."Mata Yue berbinar indah mendengar ucapan Dokter kandungan di depannya. Penuh suka cita, dia menoleh ke samping menatap Ling, suaminya. Suara tawa riang penuh kegembiraan meluncur keluar dari mulutnya melihat ekspresi tertegun sang suami yang masih belum selesai mencerna ucapan Dokter. "Kau akan segera menjadi seorang Papa, Ling."Menoleh menatap Yue, Ling yang berusaha mengontrol diri tidak dapat menyembunyikan senyum kebahagiaannya. Mencium kening istrinya lembut, dia ikut tertawa. "Iya, kau juga akan segera menjadi seorang Mama, Yue."Dokter kandungan yang melihat tawa bahagia pasangan suami-istri di depannya mau tidak mau juga ikut tesenyum. Kebahagiaan mereka sungguh telah menular kepadanya. "Hindari aktivitas yang dapat membahayakan kehamilan, minum vitamin anda, perbanyak minum air putih dan konsumsi makanan dengan gizi seimbang, ok?"Yue segera mengangguk kepala cepat dengan senyum lebar di wajah cantiknya. Ling yang ada disampingnya seg
Kegelapan sangat mencekam. Pohon-pohon tinggi menjuang seakan menyentuh langit, menyembunyikan segala cahaya yang ada dari pandangan. Tidak ada beda pagi dan malam di sini. Suhu udara yang naik turun dengan dratis tanpa dipredeksi membuat siapapun sulit beradaptasi. Tanah hitam yang selalu becek tidak pernah kering serta kabut tebal yang tidak pernah menghilang—pergunungan Knox yang terkutuk.Lima orang ksatria duduk beristirahat mengelilingi api unggun kecil yang mereka nyalakan. Wajah mereka tetap penuh kewaspadaan. Jirah besi putih mereka yang indah penuh dengan darah hitam, baik yang telah kering maupun tidak, bukti mereka telah melewati banyak pertempuran sebelum ini."Terkutuklah Pergunungan Knox ini!!" salah satu kastria tersebut mengumpat. Dia adalah pria dengan badan paling besar dari semua yang ada. Rambut coklatnya yang panjang terikat rapi, dan mata hijaunya yang cemerlang penuh dengan kekesalan."Pergunungan ini memang terkutut, Harris." Balas seorang ksatria datar. Tidak
Api unggun yang tadinya dinyalakan oleh Sion dan yang lainnya menunggu kepulangan Serphen dan rekan mereka tiba-tiba padam. Membuat satu-satunya sumber cahaya yang mereka miliki sekarang adalah obor di tangan George.Suara gumaman aneh tersebut kemudian terhenti, membuat pergunungan terkutuk Knox menjadi sunyi. Namun, sedetik kemudian, suara tawa histeris yang mengerikan menggantikan. Suara tawa yang mirip sekali dengan suara tawa manusia namun sekaligus bukan.Hahahahaha!Hihihihi!Hahahaha!"Sialan, ada seberapa banyak mereka?!" penuh kemarahan, Thermis, ksatria wanita muda berkulit coklat manis mengumpat. Dia menatap sekeliling dengan mata kirinya, sebab mata kanannya tertutup penutup mata. Berambut perak panjang yang diikat satu, dia adalah ksatria bermata satu yang cukup terkenal."Mereka semakin banyak." Ophelia yang dari tadi diam membisu berujar pelan. Berambut pirang panjang dan bermata hijau cemerlang, dia adalah seorang wanita anggun berusia awal tiga puluh yang biasanya se
Serphen dan yang lainnya juga menyadari kehadiran sosok tersebut. Menatapnya, mereka tidak tahu apakah yang di samping mereka tersebut adalah manusia atau makhluk aneh lainnya. Sekilas, dia terlihat seperti manusia yang menggunakan jubah panjang berwarna hitam dengan kerudung yang menutupi kepalanya, dan juga, dua bola cahaya yang berputar di atasnya, mereka tahu itu adalah sihir. Penyihir, kah?Sosok misterius itu berjalan mendekat, dan para makhluk hitam yang ada seketika melompat ke belakang sambil menyeringai marah. Tapi, diam di tempat, mereka tidak menyerang membabi buta lagi seperti sebelumnya.Berhenti berjalan. Sosok misterius itu kemudian mengangkat tangan kanannya. Dari sekelilingnya, ratusan bola cahaya kecil bermunculan. Melayang terbang, bola cahaya tersebut menerangi kegelapan tempat mereka berada dengan jelas. Menekuk jari kelingking, manis dan tengahnya, sosok itu mengarahkan jari telunjuknya ke arah para makhluk-makhluk hitam yang semakin menyeringai penuh kemarahan,
Kwakk! Kwakk! Kwakk!Kwakk! Kwakk! Kwakk!Kwakk! Kwakk! Kwakk!Suara aneh mengerikan terdengar dari belakang mereka bersamaan dengan getaran hebat di tanah. Tidak melihatpun, Sion dan yang lainnya tahu, ada makhluk aneh yang mendekat. Dari suara dan getaran yang ada, jumlahnya juga sangat luar biasa.Tidak membuang waktu, Sion dan yang lainnya segera berlari mengejar sosok yang telah berlari di depan mereka terlebih dahulu. Apapun yang ada di belakang mereka sekarang, mereka tidak mau menghadapinya.Berlari terus tanpa melihat ke belakang, Sion dan pengawalnya bisa merasa jelas makhluk-makhluk di belakang mereka mengejar. Suara yang ada semakin kuat, begitu juga dengan getaran di tanah tempat mereka berpijak. Sosok misterius yang ada di depan mereka kemudian mengangkat tangan kanannya dan menunjuk sesuatu di depan.Menatap arah yang ditunjuk sosok tersebut, Sion dan yang lainnya kemudian melihat pintu sebuah gua. Pintu gua tersebut tidak terlalu besar namun juga tidak terlalu kecil. A
Sion dan pengawalnya tidak tahu di mana mereka berada sekarang. Dunia di luar pintu gua yang mereka lihat bukanlah tempat yang mereka kenal. Cahaya matahari sore dan langit tetap sama, tetapi sekeliling mereka terasa sungguh aneh. Pohon-pohon yang ada sangat besar dan tua, bahkan banyak dari pohon, tumbuhan dan bunga yang mereka lalui adalah jenis tumbuhan yang tidak pernah mereka lihat selama ini. Udara yang ada juga sangat bersih dan segar. Tempat ini terasa seakan bukanlah lagi benua Avelon di mana mereka hidup.Berlari mengikuti pria berambut hitam bagaikan langit malam tersebut, Sion dan yang lainnya menatap lekat punggunya. Mereka yakin dia manusia, secara fisik, dia tidak berbeda dengan mereka. Kalaupun yang ada, perbedaannya terletak pada warna kulit putih bersih, garis-garis muka dan juga warna rambut serta mata."Alexis," memanggil Alexis yang ada di punggungnya, Harris menoleh menatap wajah pucat pasi rekannya tersebut. "Kau masih hidup, kan?"Alexis tertawa pelan mendengar
Alexis menggerakkan lengannya dan jari-jemarinya. Kedua matanya yang masih terbelalak sama sekali tidak dapat menyembunyikan perasaan takjud dan tidak percaya yang ada. Apakah dia sedang bermimpi? Bagaimana bisa lengannya yang telah putus dapat kembali?Menatap kembali wanita berambut hitam yang tersenyum kepadanya, Alexis tidak tahu harus berkata apa. Dia tahu dia harus mengucapkan terima kasih akan keajaiban yang diberikan padanya, tapi dia benar tidak dapat menemukan suaranya.Menggerakkan tangannya lagi, telapak tangan wanita berambut hitam itu terarah pada Alexis. Cahaya hangat kembali muncul dan menyembuhkan luka-luka lainnya yang ada. Badannya yang terasa berat menjadi ringan, dan meski tidak pulih seratus persen, dia tahu, dirinya telah selamat dari pintu kematian.Menatap terus wanita berambut hitam yang telah menyembuhkan seluruh lukanya, Alexis kemudian mengucapkan terima kasih dengan ekspresi tidak percaya yang masih belum menghilang di wajahnya. Suaranya bergetar pelan. "
"Aku benar-benar bisa melihat dengan sempurna!!" berseru penuh kebahagiaan, Thermis menatap Nilla yang sedari tadi terus mengamati mata kanannya."Bagaimana bisa?" gumam Nilla pelan. Sadar akan ucapannya yang bisa mengundang salah paham, dia segera menjelaskan. "Ah—maksudku, bagaimana bisa ada kekuatan penyembuh yang bisa menyembuhkan mata seseorang yang telah hancur lima tahun lalu?"Thermis mengangguk kepala, dia mengerti kebingungan Nilla, dan bahkan sesungguhnya dia juga tidak akan percaya dengan kemampuan tersebut jika tidak melihat dan mengalaminya sendiri.Menoleh menatap George yang sedang sparing dengan Reis dan Tiffa, Thermis tersenyum. Dia bisa melihat tawa di wajah George yang terus bergerak dengan cepat dan enerjik. Sepetinya, pria paruh baya tersebut juga sangat bahagia dengan apa yang terjadi padanya. "Tapi, aku tidak peduli. Kurasa George dan Alexis juga tidak peduli," tersenyum lagi, dia menoleh pada Alexis yang duduk tidak jauh darinya. "Benar, kan?"Alexis tertawa k