Share

Chapter 1

Author: Razux Tian
last update Last Updated: 2023-11-22 16:15:48

Kegelapan sangat mencekam. Pohon-pohon tinggi menjuang seakan menyentuh langit, menyembunyikan segala cahaya yang ada dari pandangan. Tidak ada beda pagi dan malam di sini. Suhu udara yang naik turun dengan dratis tanpa dipredeksi membuat siapapun sulit beradaptasi. Tanah hitam yang selalu becek tidak pernah kering serta kabut tebal yang tidak pernah menghilang—pergunungan Knox yang terkutuk.

Lima orang ksatria duduk beristirahat mengelilingi api unggun kecil yang mereka nyalakan. Wajah mereka tetap penuh kewaspadaan. Jirah besi putih mereka yang indah penuh dengan darah hitam, baik yang telah kering maupun tidak, bukti mereka telah melewati banyak pertempuran sebelum ini.

"Terkutuklah Pergunungan Knox ini!!" salah satu kastria tersebut mengumpat. Dia adalah pria dengan badan paling besar dari semua yang ada. Rambut coklatnya yang panjang terikat rapi, dan mata hijaunya yang cemerlang penuh dengan kekesalan.

"Pergunungan ini memang terkutut, Harris." Balas seorang ksatria datar. Tidak seperti Harris yang berbadan besar, ksatria berambut coklat pendek dengan mata berwarna biru ini memiliki badan ramping yang tinggi.

"Aku tahu, Reis. Kau kira aku bodoh? Aku hanya ingin mengumpat saja!" penuh kejengkelan, Harris menatap Reis yang terlihat tidak peduli.

"Kau memang bodoh." Senyum Reis mengejek menatap Harris.

"Apa katamu??" teriak Harris penuh kemarahan.

"Bisakah kalian berdua tidak membuat keributan dalam kondisi ini, Harris, Reis," suara lembut seorang wanita terdengar. Dia adalah seorang ksatria wanita dalam rombongan. Rambut merah panjangnya tersanggup tinggi, dan mata hijaunya menatap Harris dan Reis tajam. "Simpan itu untuk nanti."

Harris dan Reis diam membisu tidak mengucapkan apapun lagi begitu mendengar apa yang diucapkan Tiffa. Bagaimanapun juga, apa yang dikatakan ksatria wanita itu benar, bukan saatnya mereka membuat keributan.

"Dan juga, jaga sikap kalian di depan Yang Mulia." Lanjut Tiffa lagi.

Baik Harris maupun Reis segera menoleh menatap seorang ksatria muda yang ada dalam rombongan mereka. Menundukkan kepala, mereka meminta maaf bersamaan. "Maafkan kami, Yang Mulia."

Ksatria muda tersebut adalah seorang pria tampan dengan rambut pirang pendek bagaikan emas. Sepasang matanya berwarna biru seperti langit. Badannya sangat tinggi dan proposional. Seulas senyum bersahabat memenuhi wajahnya. "Tidak apa-apa. Aku justru akan merasa heran jika kalian berdua tidak berdebat."

"Anda terlalu memaklumi mereka berdua, Yang Mulia," sela seorang ksatria wanita lagi. Dia memiliki rambut coklat yang dipotong pendek dengan mata berwarna biru, dan dialah yang memiliki badan paling kecil sekaligus paling muda dalam rombongan. "Makanya mereka berdua selalu kurang ajar seperti itu."

"Diam kau, Nilla!" hardik Harris kesal sambil menatap tajam Nilla yang tidak peduli.

Pria muda yang dipanggil Yang Mulia tertawa kecil melihat sikap para pengawal pribadinya yang wrada dalam kesatuan The Sun Order. Dia adalah seorang Kaisar dari Kekaisaran Heriors di benua Avelon ini, Sion Elvan Laphien.

"Tapi," ujar Nilla lagi sambil menghela napas. "Kenapa yang lainnya masih belum kembali? Mereka tidak mungkin tersesat, kan?"

"Kau kira yang memimpin mereka itu siapa?" tanya Reis menatap Nilla. Dia tersenyum mengejek sekali lagi, tapi kali ini untuk ksatria wanita termuda tersebut. "Kau kira Ketua Serphen itu Harris yang buta arah?"

"Hei!! Apa maksdumu Reis??" teriak Harris penuh kemarahan. Dia tidak mengatakan apapun, tapi kenapa namanya lagi-lagi disebut?

Tiffa hanya dapat menghela napas melihat perdebatan yang kembali di mulai. Penuh keputusasaan, dia menatap Sion yang masih tersenyum dan tidak berniat sedikitpun menghentikan mereka. Namun, suara derap langkah kaki berlari beberapa orang kemudian di tangkap telinga mereka.

Berdiri, baik Tiffa, Harris, Reis dan Nilla segera mencabut pedang mereka mengelilingi Sion. Penuh kewaspadan, mata mereka semua menatap sumber suara yang berada di depan mereka. Tidak ada seorangpun lagi yang bersuara di antara mereka. Mereka bisa melihat cahaya yang mendekat.

Siapa yang datang? Monster? Binatang buas?—atau makhluk berbahaya lainnya?

Dari dalam kegelapan dan kabut di depan, Sion dan yang lainnya kemudian melihat lima orang ksatria berlari mendekati mereka. Kelegaan memenuhi hati mereka saat menyadari bahwa itu adalah Serphen dan yang lainnya. Tapi, kelegaan itu tidak bertahan lama, sebab kondisi rekan mereka sekarang cukup mengejutkan.

"Serphen!!"

"Ketua!!"

Berlari mendekati mereka, baik Sion dan yang lainnya dapat melihat jelas kondisi rekan mereka sekarang. Tubuh mereka penuh luka dan darah, dan yang paling parah adalah Alexis yang kehilangan lengan kanannya.

"Apa yang terjadi?!" tanya Harris panik. Serphen, Alexis, Thermis, Ophelia, George dan Reffa adalah ksatria pengawal langsung Kaisar Heriors. Mereka adalah ksatria elit dalam kesatuan The Sun Order yang kemampuannya telah diakui semua yang ada di Benua Avelon. Siapa yang sanggup melukai mereka separah ini?

"Makhluk-makhluk yang tidak dikenal," jawab Serphen, sang ketua kesatuan The Sun Order. Dia adalah seorang pria paruh baya yang tinggi dengan rambut perak panjang. Ekspresi wajahnya sangat datar dan serius, mata birunya menatap ke belakang sejenak dan kemudian terarah pada Sion. "Kita harus segera meninggalkan tempat kita berada sekarang, Yang Mulia."

Apa yang menyerang dirinya dan timnya barusan adalah makhluk yang tidak pernah dilihat ataupun didengarnya selama ini. Saat memasuki Pergunungan terkutuk Knox, Serphen sudah mempredeksi bahaya yang akan dihadapi, hanya saja, dia tidak pernah menyangka akan sebahaya ini. Pergunungan ini memang terkutuk sesuai namanya.

Sion mengangguk tanpa bertanya lagi. Dia tidak tahu apa yang dihadapi Serphen dan yang lainnya, tapi dia tahu betapa bahaya keadaan mereka sekarang.

Harris, Reis, Tiffa dan Nilla dengan sigap segera membantu mereka yang terluka. Harris segera mengaitkan lengan kiri Alexis ke bahunya. "Tahan, jangan sampai kehilangan kesadaran." ujarnya.

Alexis tersenyum dengan wajahnya yang pucat pasi menahan sakit. Dia adalah seorang pria muda berusia awal dua puluh. Rambut merah pendek dan punggungnya basah karena keringat. Ophelia telah menghentikan pendarahannya, dan juga, dia telah meminum obat penahan sakit. Tapi, dia bisa merasa pandangan mata hijaunya mulai terasa berat. Dia tidak tahu sampai kapan dirinya bisa bertahan. "Maaf merepotkanmu."

"Traktir aku bir setelah kita keluar dari pergunungan terkutuk ini." Balas Harris lagi. Tidak ada senyum di wajahnya yang serius, seakan dia ragu apakah mereka bisa meninggalkan tempat mereka berada sekarang dengan selamat.

"Baiklah." Tawa Alexis pelan. Dia berusaha terus tersenyum dan tertawa, sebab, dia tidak ingin membuat siapapun merasa iba dengan kondisinya. Kehilangan lengan sama saja dengan akhir dari karirnya sebagai seorang ksatria.

"Kehilangan tangan tidak berarti kehilangan jati diri kita sebagai kastria," ujar George tiba-tiba. Pria paruh baya berambut merah dan bermata biru yang memegang obor di tangannya bisa melihat eksresi wajah Alexis dengan jelas, dan dia tahu apa yang ada dalam pikiran pria muda tersebut. "Aku kehilangan kaki kananku saat berusia dua puluh lima tahun, tapi kini saat aku berusia empat puluh dua tahun, aku masih tetap seorang ksatria."

George adalah seorang ksatria berkaki satu yang sangat terkenal. Dia kehilangan kaki kanannya saat bertugas. Namun meski begitu, dia tidak kehilangan karirnya sebagai seorang ksatria. Sangat berat dan penuh diskriminasi, tapi dia berhasil melatih dirinya bergerak seakan kaki pasak kayunya adalah kaki aslinya yang hilang.

Alexis tersenyum dan tidak mengatakan apapun lagi. Dalam lubuk hati terdalamnya, dia berharap apa yang dikatakan George benar, dan dia tetap akan menjadi ksatria di ke depannya.

Akrrr... Akrrrrr...

Akrrr.... Akrrr...

Akrrr... Akrrr...

Suara-suara aneh seperti gumaman rendah manusia yang sahut menyahut terdengar di sekeliling mereka, membut bulu kuduk semua yang mendengarnya berdiri.

"Sialan!! Mereka sudah disini!!" Mencabut pedangnya, Reffa segera memasang kuda-kuda siap menyerang. Mata biru pria paruh baya tersebut menatap sekeliling penuh kewaspadaan.

Semua yang ada juga segera mencabut pedang mereka. Bahkan Alexis yang terluka parah juga segera menjauh dari Harris dan mencabut pedangnya dengan tangan kirinya. Mereka menatap sekeliling penuh kewaspadaan seperti Reffa, terutama bagi Sion, Harris, Reis, Tiffa dan Nilla yang tidak tahu makhluk apa yang akan mereka hadapi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Legenda Keluarga Serendibite   Chapter 26

    Mata biru Ellios terus mencuri lihat keluarga penyelamatnya. Duduk dalam ruang tamu paviliun timur istana pada pagi hari, membuatnya dapat melihat jelas sosok mereka. Berambut dan mata hitam yang tidak pernah dilihatnya, garis wajah yang unik, kulit putih bersih—mereka sungguh berbeda dengan orang-orang yang pernah dilihatnya selama ini. Mereka semua telah selesai sarapan, namun, sarapan pagi ini tidaklah seperti yang diharapkannya, sebab dia mengalami kesulitan berkomunikasi dengan penyelamatnya.Menatap Ling dan Sion, Ellios hanya dapat terkagum-kagum, karena dapat berkomunikasi dengan bahasa Gelion yang minim cukup baik. Menggunakan satu-dua kata yang sederhana, mereka bisa menyampaikan dan menangkap apa yang ingin diutarakan."Babababa." Suara Xing Xing kemudian menarik perhatian Ellios.Menatap ke samping, Ellios melihat Xing Xing yang duduk di pangkuan Yue tersenyum lebar sambil mengangkat tangan ke arahnya."Xing Xing suka Ellios." Ujar Yue dengan bahasa Gelion pelan. Senyum lem

  • Legenda Keluarga Serendibite   Chapter 25

    Ellios menatap paviliun timur istana. Berdiri dalam diam di depan pintu masuk, dia sedang berpikir; apakah dia boleh melangkah masuk? Jika dia melangkah masuk, apakah dirinya akan dianggap tidak sopan karena memasuki paviliun tempat tinggal penyelamatnya tanpa ijin?Menutup mata, Ellios mulai merasa menyesal. Dia seharusnya bersabar saat kedua orang tuanya meminta dirinya menunggu dan menemui penyelamatnya bersamaan untuk mengucapkan terima kasih sekali lagi dengan benar. Kejadian semalam cukup kacau, terutama tangis bahagia dirinya dan ibunya yang tidak berhenti, jadi mereka sama sekali tidak berterima kasih dengan benar.Membuka mata, Ellios menatap kedua tangan dan kakinya. Seulas senyum lebar memenuhi wajahnya—ini semua benar-benar bukan mimpi! Dia bisa melihat, kakinya lengkap dan tidak ada luka bakar sedikitpun di tubuhnya."Yang Mulia Pangeran, kenapa anda di sini?" tanya suara seorang wanita tiba-tiba dari belakang Ellios.Ellios segera menoleh ke belakang dan melihat Lisa ber

  • Legenda Keluarga Serendibite   Chapter 24

    "Aku bisa melihat lagi, Ibunda," ujar Ellios sambil tersenyum lebar. Walau rasa ngantuk telah memenuhi dirinya, dia tetap berusaha mempertahankan kesadarannya. "Kakiku yang diamputasi juga telah kembali, luka bakar juga telah sembuh dan aku tidak kesakitan lagi."Aica tersenyum mendengar setiap ucapan putranya. Berbaring di atas tempat tidur, dia menatap Ellios yang telah sembuh dari segala luka dan derita yang ada. Mimpi buruk mengerikan yang ada telah berlalu, hidup mereka telah kembali seperti semula."Ayahanda, " panggil Ellios dan menoleh menatap Sion yang juga berbaring di sampingnya penuh senyum. Mata birunya yang meski terlihat penuh rasa kantuk tapi tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya. "Siapa wanita itu?—apakah dia Saintess? Dia cantik sekali, di mana anda bertemu dengannya, Ayahanda? Apakah besok aku masih bisa melihatnya? Aku masih belum berterima kasih padanya."Sion tertawa mendengar pertanyaan berturut-turut Ellios. Mengangkat tangan kanan mengacak-acak rambut pira

  • Legenda Keluarga Serendibite   Chapter 23

    "Silakan beristirahat," penuh hormat, Lisa yang menuntun Ling, Yue, dan Xing Xing ke dalam sebuah kamar besar mempermisikan diri. "Jika anda berdua memerlukan sesuatu, silakan beritahu pelayan yang ada."Ling mengangguk kepala. Memang tidak sepenuhnya, tapi dia bisa memahami sebagian besar ucapan dan maksud Lisa. Untuk Yue, dia hanya tersenyum lembut seperti biasa.Lisa yang melihat sepasang suami-istri di depannya segera membalas senyum yang ada sebelum benar-benar melangkah keluar. Langkah kakinya ringan dan senyum tidak kunjung menghilang di wajahnya, sebab mimpi buruk yang dialami tuan yang dilayaninya sejak kecil telah usai—Pangeran Ellios benar-benar telah sembuh dengan begitu ajaibnya. Apa yang dilihatnya barusan adalah sebuah keajaiban. Kemampuan penyembuh yang tidak dapat diterima akal sehat, tapi Lisa tidak mempedulikannya, sebab yang terpenting baginya adalah kesembuhan Ellios.Di dalam kamar yang disediakan untuk mereka, Ling mengamati sekelilingnya dengan saksama. Interio

  • Legenda Keluarga Serendibite   Chapter 22

    Seorang wanita cantik duduk termenung menatap keluar jendela. Rambut pirang panjangnya terurai ke bawah, dan mata hijau indahnya kosong tanpa emosi. Dia melihat ke depan, ke taman yang terkenal indah di seluruh benua Avelon. Tapi, telah dia tidak dapat lagi melihat keindahannya."Yang Mulia Permaisuri, beristirahatlah, " Lisa, Kepala Dayang Istana Kekaisaran Heriors menatap khawatir wanita berambut pirang tersebut. Mata birunya berusaha menyembunyikan kesedihan dalam hati melihat tuannya sekarang. "Jangan terlalu memaksa diri anda."Aica, wanita cantik berambut pirang sekaligus Permaisuri Kekaisaran Heriors tersebut menoleh menatap Lisa, wanita muda berambut merah yang telah menemaninya sejak kecil. Seulas senyum kemudian memenuhi wajah cantiknya. "Apakah Sion sudah pulang, Lisa?"Lisa menggeleng kepala. "Yang Mulia Kaisar belum kembali, Yang Mulia Permaisuri."Sudah sepuluh hari berlalu sejak Sion dan para pengawal pribadinya meninggalkan Istana menuju Pegunungan Terkutuk Knox mencar

  • Legenda Keluarga Serendibite   Chapter 21

    Duduk mengaduk sup yang dimasaknya di samping padang rumput, Yue menoleh sejenak menatap Xing Xing yang bermain dengan Thermis, Tiffa, Nilla, dan Reis. Senyum memenuhi wajahnya saat melihat putri kecilnya tersebut tertawa bahagia."Lady Yue." Panggil Ophelia pelan sambil menyerahkan beberapa sayur yang telah dipotong kepada Yue.Yue segera menerima potongan sayur tersebut sambil tersenyum dan memasukkannya ke dalam sup yang dimasak. "Terima kasih.""Lady Yue, ini," panggil Alexis yang telah selesai membersihkan daging kelinci yang diburu Yin dan Yang beberapa saat yang lalu. "Aku sudah membersihkan bulu dan darahnya.""Terima kasih." Tersenyum menerima daging kelinci yang telah dipotong dan dibersihkan Alexis, Yue sekali lagi memasukkannya ke dalam sup.Reffa yang mengamati pemandangan di depannya tidak berkata apa-apa, dia menoleh menatap aksara-aksara sihir dinding pelindung yang dibuat Ling di sekeliling mereka. Pria berambut hitam itu sepertinya sungguh merupakan pria yang sangat

  • Legenda Keluarga Serendibite   Chapter 20

    "Cahaya!! Aku melihat cahaya di depan!!" berteriak gembira, Harris menunjuk ke depan di mana dia bisa melihat cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah dahan besar pohon yang menjulang tinggi. Sion dan yang lainnya juga dapat melihat cahaya matahari di depan, senyum penuh kegembiraan juga memenuhi wajah mereka—akhirnya mereka akan keluar dari Pegunungan Terkutuk Knox ini."Terima kasih, Ling." Menoleh menatap Ling yang ada di sampingnya, Sion hanya dapat mengucapkan terima kasih. Dia tahu, tanpa bantuan pria berambut hitam tersebut, mereka tidak mungkin dapat keluar dari pegunungan ini dalam keadaan hidup.Ling menoleh menatap Sion dan ikut tersenyum. "Sama-sama."Jawaban Ling membuat Sion tertawa, mendengar pria itu mempelajari bahasa mereka dengan sangat cepat, dia sungguh merasa kagum. Hanya dalam beberapa hari, dia sudah mulai bisa berinteraksi dengan mereka dalam bahasa gelion, walau masih dalam konteks percakapan sederhana."Kita akan segera keluar dari sini, Xing Xing," u

  • Legenda Keluarga Serendibite   Chapter 19

    Sion dan para pengawalnya tidak mengerti apa yang terjadi. Kegilaan semua makhluk yang mereka tidak tahu lagi manusia atau bukan membuat mereka tidak berani bergerak."Milikku!!""Cahaya!!""Cahaya!!""Kehidupan!!""Milikku!!"Suara teriakan mereka memenuhi tempat. Menabrak dinding pelindung kasat mata, mereka mulai memukul dan mencakar sekuat tenaga untuk menghancurkannya. Vbh Darah bercucuran, namun mereka tidak berhenti sedikitpun, mata mereka yang penuh kegilaan terpusat pada Yue yang memeluk Xing Xing."Berengsek!! Apa yang kalian lihat!!" berteriak keras dengan bahasa yang tidak dimengerti Sion dan pengawalnya, Ling menyerang para jiwa raga korup yang berlari ke arah Yue dan Xing Xing. Namun, mereka semua sama sekali tidak peduli. Dalam pandangan mata mereka semua hanya ada ibu-anak dalam pelindungan sihir dinding pelindung.Yue sendiri juga tidak bergerak, dia menatap para jiwa raga korup yang menggila. Dia tidak dapat mengpungkiri rasa takut yang memenuhi dirinya—dunia ini sun

  • Legenda Keluarga Serendibite   Chapter 18

    Sion dan para pengawalnya bisa melihat sosok-sosok yang berjalan mendekati mereka dari dalam kegelapan di depan adalah manusia. Namun, semakin dekat sosok-sosok itu dengan mereka, mereka tidak dapat menyembunyikan ekspresi terkejut yang ada. Bau busuk tercium jelas membuat bulu kuduk mereka berdiri dan perasaan ngeri memenuhi hati. Sosok-sosok yang mendekat adalah manusia sekaligus bukanlah manusia lagi. Rupa dan wujud mereka tidak beda dengan para penduduk manusia penghuni Benua Avelon, namun kulit pucat penuh luka dan darah kering, daging yang membusuk dan tatapan mata kosong—mereka terlihat bukanlah manusia yang hidup."Ikut...""Ikut...""Ikut...""Ikut..."Gumam para sosok yang mendekat. Mereka berjalan dengan pelan sambil menyeret kaki, tidak ada ekspresi sedikitpun di wajah mereka. Ling segera membuka jubah hitam yang dikenakannya untuk menutupi Yue dan Xing Xing. Menyatukan kedua telapak tangannya, aksara-aksara sihir yang bercahaya muncul dan mengelilingin mereka berdua. Li

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status