Home / Fantasi / Legenda Kultivator Abadi / BAB 6 | Waktunya Telah Tiba

Share

BAB 6 | Waktunya Telah Tiba

Author: Bad_Romance
last update Last Updated: 2025-10-09 17:01:26

Di tengah hutan belantara, di bawah rimbunnya pepohonan terlihat seorang pemuda dengan perawakan tampan nan gagah tengah bertarung menghadapi beberapa binatang buas sekaligus.

Ada tiga binatang buas yang menjadi lawannya di sana. Ketiga binatang buas dengan tubuh besar itu berada pada tingkat 9, mereka adalah lawan yang tangguh.

Tapi tidak bagi pemuda tampan bernama Tian Fan itu. Dengan sebilah pedang di tangannya, dia mampu mengimbangi ketiga lawannya bahkan mampu mendesak mereka dengan serangannya.

Badai Pedang!

Belasan pedang muncul di udara begitu saja, berputar seirama jarum jam dan bersiap untuk menghancurkan.

"Bunuh!"

Satu perintah dari Tian Fan membawa pedang-pedang itu menyerang ketiga binatang buas yang menjadi lawannya secara langsung.

Slaaash!

Slaaash!

"Argghhhh...!"

Suara raungan penuh rasa sakit terpancar dari ketiga binatang buas yang menjadi lawannya. Dengan satu serangan terakhir dari Tian Fan, ketiga binatang buas itu mati dengan tubuh berantakan.

"Huft, akhirnya selesai juga," lega Tian Fan. Pertarungan mereka sudah berlangsung selama 40 menit, awalnya dia datang untuk mencari tanaman obat tapi tiba-tiba saja ketiga binatang buas itu menargetkan dirinya.

Pemuda tampan dengan tinggi 180 cm itu kini telah berusia 17 tahun. Benar, ini sudah 5 tahun berlalu sejak dia pertama kali ditemukan oleh Tuan Feng Xiao.

Kini Tian Fan sudah menjadi pemuda yang cerdas dan tangguh. Di dunia kultivasi dia sudah berada pada ranah Pembentukan Jiwa bintang 7, di dunia pengobatan dia sudah setara dengan Alkemis bintang 3.

"Hari sudah menjelang malam dan sudah saatnya aku kembali. Malam ini sepertinya aku akan makan enak lagi," ujar Ye Fan membayangkan olahan daging binatang buas yang baru saja dia kalahkan.

Dia kemudian memasukkan semua potongan tubuh binatang buas yang telah dia kalahkan dan langsung bergegas kembali menuju kediaman di puncak gunung.

Tepat saat matahari telah benar-benar menghilang, Tian Fan pun telah sampai di rumah sederhana yang dia tinggali bersama Kakeknya, Feng Xiao.

"Fan'er, kau sudah kembali?" Sambut Tuan Feng Xiao.

Tian Fan mengangguk ringan."Hmm, sudah, Kek. Oh iya, hari ini aku membunuh beberapa binatang buas, bisakah Kakek membantuku mengolahnya?"

"Binatang buas? Berapa banyak yang kau kalahkan?" tanya Tuan Feng Xiao penasaran.

"Tidak banyak, Kek. Hari ini aku hanya membunuh 10 binatang buas saja," jawab Tian Fan santai.

Mendengar jawaban cucunya, mata Tuan Feng Xiao membelalak seketika."Apa? 10!!! Yang benar saja, itu terlalu banyak!"

"Hehehe... Kakek jangan marah. Lagi pula itu salah mereka sendiri yang menargetkan diriku. Kalau mereka membiarkan aku menjelajah dengan tenang, aku pasti tidak akan membunuh mereka semua," jawab Tian Fan dengan tawa kakunya.

"Haish, kau ini ... jika kau terus membunuh sebanyak ini setiap hari, hutan ini akan menjadi hutan tak berpenghuni olehmu. Fan'er! Lain kali kendalikan dirimu." Ujar Tuan Feng Xiao sembari memijit keningnya tak habis pikir dengan kelakuan cucunya itu.

Sebenarnya Tuan Feng Xiao tidak mempermasalahkan Tian Fan yang membunuh binatang buas penghuni asli hutan ini, hanya masalahnya Tian Fan membunuh terlalu banyak dan dilakukan hampir setiap harinya.

Bayangkan selama 4 tahun Tian Fan membunuh 10 binatang buas setiap harinya, bukankah jumlah yang telah dia bunuh sudah lebih dari ribuan?

Inilah alasan Tuan Feng Xiao meminta Tian Fan sedikit mengontrol dirinya, dia takut hutan ini pada akhirnya tidak akan lagi dihuni oleh segala macam binatang buas di dalamnya.

"Haish, sudahlah, lagi pula kau juga akan segera meninggalkan hutan ini," ujar Tuan Feng Xiao.

5 tahun sudah Tian Fan berada di hutan ini berlatih di bawah bimbingannya. Tuan Feng Xiao sudah tau apa yang telah menimpa cucu angkatnya di masa lalu dan mendukung apapun keputusan yang hendak Tian Fan ambil.

Dia tau Tian Fan ingin membalas dendam terhadap musuh-musuhnya di masa lalu dan dia pun tidak melarang Tian Fan untuk melakukan hal itu.

Dendam memang harus dibalaskan apalagi jika itu menyangkut keluarga seperti ayah dan ibunya yang dikhianati lalu dibunuh dengan kejam.

"Kakek... Kakek tidak akan kenapa-napa bukan saat aku pergi?" ujar Tian Fan terdengar sendu.

"Maksudmu?"

"Kakek sangat menyayangi diriku, aku takut jika aku pergi Kakek akan menangis setiap malam."

Pletak!

"Akh..." Tian Fan mengadu kesatikan saat tongkat kayu dihatam pelan pada kepalanya.

"Jangan terlalu percaya diri, bocah. Siapa yang akan merindukan dirimu, huh?!" Ujar Tuan Feng Xiao mengalihkan wajahnya. Raut kesedihan sekilas tampak pada Alkemis tua itu, tapi tidak mungkin dia menunjukkan itu kepada Tian Fan.

"Kakek, kenapa kau memalingkan wajahmu? Apa kau menangis?" goda Tian Fan.

"Siapa yang menangis, bocah?! Kau kira aku semudah itu menangis? Kau terlalu meremehkan aku. Kalau kau bicara sembarangan lagi, aku akan menghukum dirimu!" elak Tuan Feng Xiao.

Tidak lagi mempedulikan Tian Fan, Tuan Feng Xiao segera mengolah beberapa binatang buas yang telah dibawa oleh cucunya.

Beberapa jam setelahnya, sepasang cucu dan kakek itu duduk bersama di meja makan. Aroma harum memenuhi penciuman Tian Fan, dia sudah tidak bisa lagi menahan godaan makanan enak itu.

"Makanlah," ujar Tuan Feng Xiao mempersilahkan.

Tanpa ragu lagi Tian Fan pun mengambil satu demi satu hidangan yang ada di atas meja makan hingga piringnya penuh."Selamat makan, Kek!" ucap Tian Fan yang mulai makan dengan lahapnya.

Melihat Tian Fan yang makan dengan lahap, Tuan Feng Xiao merasa senang. Bocah itu selalu menghargai setiap masakan yang dibuatnya.

"Fan'er, ulang tahunmu tinggal beberapa minggu lagi, setelah ulang tahunmu kau sudah bisa meninggalkan hutan ini dan memulai perjalananmu sendiri."

"Dalam perjalanan ini, apa kau masih ingin menuntut balas kejadian di masa lalu?"

Tangan Tian Fan berhenti di udara, satu suapan tertahan di sana."Dendam itu harus dibalaskan, Kek. Apa yang telah mereka lakukan di masa lalu sudah terlalu hina, mereka semua harus dikirim ke alam baka." Jawab Ye Fan lalu kembali melanjutkan suapannya.

Tian Fan menguyah suapan terakhirnya dan menelan semua makanan yang ada di dalam mulut."Tapi Kakek tenang saja, aku tidak akan melakukan semua itu tanpa persiapan. Sebelum aku benar-benar kuat, aku akan membiarkan mereka hidup sedikit lebih lama lagi."

"Bagus kalau memang seperti itu. Kakek bukan ingin mencegah dirimu membalas dendam, hanya saja Kakek takut kau terlalu terburu-buru melakukannya. Tapi karna kau sudah berkata seperti itu, Kakek kini merasa tenang."

"Aku mengerti, Kek. Terima kasih atas peringatannya."

"Hmm, sama-sama. Kau sudah dewasa, Fan'er. Setelah semuanya selesai, jangan lupa untuk menjenguk Kakekmu ini sesekali."

"Kakek ini bicara apa? Tentu saja aku akan menjenguk Kakek jika semuanya sudah selesai. Di hidupku, hanya Kakek satu-satunya keluargaku yang tersisa."

"Syukurlah kalau memang seperti itu. Makanlah lebih banyak lagi lalu istirahat."

"Baiklah, Kek!" Angguk Tian Fan mengisi piringnya kembali dengan beberapa hidangan.

Di tengah suasana malam yang hening, Tuan Feng Xiao dengan pena di tangannya mulai menorehkan satu per satu kalimat ke dalam beberapa lembar kertas yang berbeda.

Di dalam sana dia menulis beberapa teknik yang belum sempat dia ajari untuk Tian Fan pelajari sendiri. Itu semua merupakan teknik-teknik khusus yang dia ciptakan dan kembangkan semenjak dahulu.

Tuan Feng Xiao bermaksud untuk menghadiahkan semua itu kepada Tian Fan di hari ulang tahunnya.

"Bocah itu sudah dewasa dan entah berapa lama lagi waktu yang aku punya untuk menemaninya," ujar Tuan Feng Xiao dengan nada sendu.

Helaan napas berat terdengar seolah enggan untuk melangsungkan perpisahan."Pengasinganku tinggal beberapa tahun lagi, jika memang saatnya sudah tiba, aku akan kembali ke dunia asalku."

"Fan'er, Kakek tidak tau apakah kita akan bisa bertemu lagi atau tidak di masa depan. Semoga saja nanti ada jalannya, Kakek benar-benar tidak rela berpisah selamanya darimu."

Tuan Feng Xiao bukanlah penghuni asli dari dunia ini. Dia berasal dari dunia yang berbeda, dunia yang diisi oleh orang-orang kuat dan berbahaya. Dibandingkan dengan dunia Tian Fan, dunia Tuan Feng Xiao statusnya sangat tinggi.

Di semesta ini, ada berbagai macam dunia yang tercipta. Di dalamnya ada berbagai jenis orang dan mahluk yang berbeda.

Satu minggu berlalu...

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu, Tian Fan berulang tahun hari ini. Usia pemuda itu sekarang sudah 18 tahun, dia sudah cukup dewasa untuk memulai petualangannya sendiri.

"Fan'er, Kakek tidak punya apa-apa, Kakek hanya punya beberapa buku yang mungkin berguna untukmu." Ujar Tuan Feng Xiao menyerahkan beberapa buku teknik yang ditulisnya semalaman.

Tian Fan menerima semua buku itu dengan gembira."Terima kasih, Kek."

"Hmm, sama-sama. Hari ini adalah hari terakhirmu berada di hutan bersama Kakek, apa tujuanmu selanjutnya?"

"Aku juga tidak tau, Kek!" Jawab Tian Fan setelah terdiam untuk beberapa saat.

"Kakek, apa Kakek punya saran?"

Tuan Feng Xiao mengelus janggutnya dan menjawab dengan tenang."Kakek punya saran sebenarnya. Perjalanan pertamamu, bagaimana jika kau pergi ke hutan Mubei di dekat kota Beifeng?" sarannya.

"Hutan Mubei? Kota Beifeng? Memangnya ada apa di sana, Kek?" Tanya Tian Fan penasaran.

"Hmm, Kakek pernah dengar beberapa informasi di sana. Katanya sejak setahun lalu ada banyak kultivator pergi ke sana untuk menemukan sebuah senjata misterius yang jatuh dari langit."

"Berita itu bahkan membuat gempar seisi benua selatan hingga hari ini, tapi ... senjata yang dikabarkan sama sekali tak ditemukan keberadaannya."

Tian Fan menyipitkan kedua matanya."Selama setahun tidak menemukan apa-apa. Apa jangan-jangan di sana memang tidak ada apa-apa?" ujarnya mengira-ngira.

Akan tetapi Tuan Feng Xiao menggelengkan kepala tak sependapat dengan Tian Fan."Tidak mungkin tidak ada apa-apa. Biasanya senjata tingkat tinggi memang sulit untuk ditemukan kalau kau bukan jodohnya."

"Huh! Lalu apa Kakek berpikir aku bisa menemukannya? Kakek bercanda, 'kan?" ujar Tian Fan dengan senyum miringnya. Jika ribuan orang saja tidak bisa menemukan apa-apa, bagaimana mungkin Tian Fan menemukannya? Ini terlalu mustahil.

"Kenapa tidak? Bagaimana kalau kau adalah orang yang senjata itu cari? Takdir tidak ada yang tau, bukan?"

"Haish, Kakek! Jangan mengada-ngada, itu tidak mungkin."

"Setidaknya kau cobalah dahulu. Lagi pula kau sendiri juga tidak punya tujuan akan kemana."

"Ya sudah. Karna Kakek begitu memaksa maka aku akan mencobannya. Besok aku akan langsung pergi ke sana," putus Tian Fan yang memang tidak punya pilihan.

"Baguslah. Kakek berharap kaulah yang akan berjodoh dengan senjata misterius itu," ujar Tuan Feng Xiao. Entah mendapat kepercayaan dari mana, tapi dia yakin senjata misterius yang ada di gunung Mubei memang menunggu kedatangan Tian Fan, cucu kesayangannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Legenda Kultivator Abadi   BAB 8 | Desa Daxu

    Di bawah pohon yang rindang, Tian Fan duduk meneguk air dari botol minumnya. Saat ini dia berada di tengah hutan belantara setelah dua hari lalu melewati sebuah desa kecil. Selembar kertas tergenggam di tangannya, itu adalah peta benua selatan yang akan menuntunnya menuju ke Pegunungan Mubei. "Dari tempatku sekarang, seharusnya malam nanti aku bisa mencapai desa Daxu di depan sana," ujar Tian Fan menyamakan posisinya saat ini dengan peta. Setelah melihat sesaat peta itu, dia pun menyimpannya kembali ke dalam cincin penyimpanan. Ini sudah 5 hari sejak Tian Fan meninggalkan rumahnya di puncak gunung dan sudah ada beberapa pihak yang secara tidak sengaja bersinggungan dengannya. "Orang-orang bodoh itu katanya berasal dari sekte Tapak Setan. Hmm, bukankah sekte itu sudah runtuh belasan tahun lalu?" Gumam Tian Fan. Perang besar pernah terjadi antara sekte aliran putih melawan aliran hitam dahulu. Perang itu dimenangkan oleh aliansi sekte aliran putih, saat itu hampir semua sekte bera

  • Legenda Kultivator Abadi   BAB 7 | Turun Gunung

    Malam berlalu dijemput pagi yang membawa sinar hangat sang mentari. Di depan rumah sederhana yang terbuat dari kayu jati dan beratapkan daun rumbia, seorang pemuda berlutut memberi hormat kepada pria sepuh di depannya. "Kakek, terima kasih atas bimbinganmu selama ini. Hari ini aku hendak memulai perjalananku sendiri, aku mohon doa dan restu darimu," ujar Tian Fan tulus. Tuan Feng Xiao membungkuk menyentuh kedua bahu Tian Fan dan berkata dengan suara tuanya."Bangunlah, Nak. Doa dan restu dariku pasti akan menyertai dirimu." Tian Fan pun segera bangkit dan memeluk Kakeknya cukup lama. Ada rasa enggan di dalam hati untuk meninggalkan, tapi Tapi Fan punya tugas yang harus diselesaikan. Tian Fan menarik dirinya, matanya berkaca-kaca."Kakek, aku pergi. Jaga dirimu baik-baik," ujar pemuda tangguh tersebut. Tuan Feng Xiao mengangguk dengan mata yang juga berkaca-kaca."Pergilah, Nak." Ia pun membalik badannya dan mulai melangkah meninggalkan kediaman sederhana yang ditinggalinya

  • Legenda Kultivator Abadi   BAB 6 | Waktunya Telah Tiba

    Di tengah hutan belantara, di bawah rimbunnya pepohonan terlihat seorang pemuda dengan perawakan tampan nan gagah tengah bertarung menghadapi beberapa binatang buas sekaligus. Ada tiga binatang buas yang menjadi lawannya di sana. Ketiga binatang buas dengan tubuh besar itu berada pada tingkat 9, mereka adalah lawan yang tangguh. Tapi tidak bagi pemuda tampan bernama Tian Fan itu. Dengan sebilah pedang di tangannya, dia mampu mengimbangi ketiga lawannya bahkan mampu mendesak mereka dengan serangannya. Badai Pedang! Belasan pedang muncul di udara begitu saja, berputar seirama jarum jam dan bersiap untuk menghancurkan. "Bunuh!" Satu perintah dari Tian Fan membawa pedang-pedang itu menyerang ketiga binatang buas yang menjadi lawannya secara langsung. Slaaash! Slaaash! "Argghhhh...!" Suara raungan penuh rasa sakit terpancar dari ketiga binatang buas yang menjadi lawannya. Dengan satu serangan terakhir dari Tian Fan, ketiga binatang buas itu mati dengan tubuh berantakan.

  • Legenda Kultivator Abadi   BAB 5 | Mencoba Untuk Pertama Kali

    Tanpa keraguan Tian Fan pun langsung menelan pil yang baru saja dibuat oleh Kakeknya. Begitu pil itu dimasukkan ke dalam mulut dan ditelan, pil penyembuh itu langsung pecah menyebarkan energi spiritual murni yang dikandungnya. Tubuh Tian Fan seketika dipenuhi oleh energi spiritual yang lalu diubah oleh dantiannya menjadi energi Qi. Rasa lelah yang mendera pemuda belia itu pun seketika menghilang begitu saja. "Kakek! Pil penyembuh buatanmu benar-benar hebat," puji Tian Fan dengan mata yang tampak berbinar. Tuan Feng Xiao terkekeh pelan. Padahal itu hanya pil tingkat satu, Tian Fan belum tau saja dia dapat membuat pil tingkat 7 sempurna jika dia mau. "Ambil ini, Kakek tidak membutuhkannya." Ujar Tuan Feng Xiao menyerahkan botol kecil berisi beberapa pil penyembuh lainnya kepada Tian Fan. "Terima kasih, Kek!" Senang Tian Fan menerima pil-pil itu. Di kota Han, jika pil-pil seperti ini dijual harganya pasti akan sangat mahal. Tian Fan yang awalnya adalah Tuan Muda dari klan Tian

  • Legenda Kultivator Abadi   BAB 4 | Memulai Pelatihan

    Di antara lebatnya pepohonan, dua orang berjalan menyusuri tiap sudut hutan mencari beberapa tanaman spiritual yang dapat dijadikan sebagai bahan obat. Itu adalah Tuan Feng Xiao dan Tian Fan, merekalah yang sedang mencari bahan obat untuk bahan pelatihan Tian Fan sendiri nantinya. Keduanya sudah turun gunung sejak pagi tadi. Beberapa tanaman obat sudah mereka dapatkan tapi karna hari masih cukup panjang, keduanya memutuskan untuk tetap mencari guna menambah persediaan. "Kakek!" "Ada apa?" "Itu, bagaimana kalau kita berpencar saja untuk mempermudah pencarian?" ujar Tian Fan di sela langkah kakinya. "Berpencar? Apa kau yakin?" sahut Tuan Feng Xiao di sebelahnya. "Nak, kau harus tau bahwa hutan ini cukup berbahaya. Meskipun bagian luarnya hanya dihuni oleh sekelompok kecil binatang buas, tetap saja mereka termasuk ke dalam ancaman." Tuan Feng Xiao sedikit mencemaskan usulan dari cucunya. Dia tau Tian Fan memang memiliki kemampuan, akan tetapi pertarungan melawan binatang

  • Legenda Kultivator Abadi   BAB 3 | Si Alkemis Tua

    Keesokan paginya... Cahaya matahari pagi bersinar menerangi dunia menembus celah sempit kamar Tian Fan membangunkan pemuda itu dari tidurnya. Tian Fan kemudian bangkit dari pembaringan dan bergegas keluar dari kamarnya. "Tuan, Feng Xiao!" Sapa Tian Fan pada pria tua yang tengah duduk di pekarangan rumahnya. Feng Xiao, pria tua misterius yang sudah membantu Tian Fan sebelumnya tersenyum dan menganggukkan kepalanya kepada pemuda belia yang berjalan ke arahnya."Kau sudah bangun?" "Sudah, Tuan." Jawab Tian Fan mendudukkan dirinya di dekat Tuan Feng Xiao. "Bagaimama kondisimu sekarang?" tanyanya. "Sudah jauh lebih baik, Tuan. Ini semua berkat obat-obatan yang anda berikan. Semua itu sungguh sangat membantuku. Tuan Feng, terima kasih!" ujar Tian Fan bersemangat. "Sama-sama, Nak." Tuan Feng Xiao memperhatikan Tian Fan diam-diam. Dari apa yang dilihatnya, Tian Fan adalah pemuda yang memiliki perawakan yang baik dan santun. Mendapati hal ini, Tuan Feng Xiao bertanya-tanya m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status