Malam berlalu dijemput pagi yang membawa sinar hangat sang mentari.
Di depan rumah sederhana yang terbuat dari kayu jati dan beratapkan daun rumbia, seorang pemuda berlutut memberi hormat kepada pria sepuh di depannya. "Kakek, terima kasih atas bimbinganmu selama ini. Hari ini aku hendak memulai perjalananku sendiri, aku mohon doa dan restu darimu," ujar Tian Fan tulus. Tuan Feng Xiao membungkuk menyentuh kedua bahu Tian Fan dan berkata dengan suara tuanya."Bangunlah, Nak. Doa dan restu dariku pasti akan menyertai dirimu." Tian Fan pun segera bangkit dan memeluk Kakeknya cukup lama. Ada rasa enggan di dalam hati untuk meninggalkan, tapi Tapi Fan punya tugas yang harus diselesaikan. Tian Fan menarik dirinya, matanya berkaca-kaca."Kakek, aku pergi. Jaga dirimu baik-baik," ujar pemuda tangguh tersebut. Tuan Feng Xiao mengangguk dengan mata yang juga berkaca-kaca."Pergilah, Nak." Ia pun membalik badannya dan mulai melangkah meninggalkan kediaman sederhana yang ditinggalinya selama 5 tahun. 10 langkah... 15 langkah... 20 langkah... Tian Fan berhenti, membalik badannya dan berlari memeluk Tuan Feng Xiao untuk terakhir kali. Tidak ada ucapan, hanya tangis yang mengambarkan kesedihan dari perpisahan di sana. "Jangan menangis seperti anak kecil, Fan'er! Ingat, usiamu sudah 18 tahun," ujar Tuan Feng Xiao berlagak tegar padahal air mata juga mengalir dari pelupuk matanya. Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Tian Fan kali ini benar-benar melangkah pergi meninggalkan Tuan Feng Xiao untuk memulai perjalanannya sendiri. Sebelum Tian Fan benar-benar menghilang, suara teriakan Tuan Feng Xiao terdengar."Ingatlah untuk berhati-hati kepada para gadis cantik!" Tian Fan hampir saja tertawa mendengar teriakan itu, akan tetapi apa yang di katakannya adalah benar. Godaan paling besar dari seorang pria memang adalah wanita, godaannya bahkan lebih besar dari uang dan emas. Dalam hati, Tian Fan berjanji untuk kembali setelah menyelesaikan semua masalahnya. Sebelum semua masalah di selesaikan, pemuda itu tidak akan kembali kemari. Bukan Tian Fan sengaja, tapi dia takut kepulangannya malah akan membawa bencana. Jika Tian Fan ingin kembali, maka dia harus memastikan bahwa semua musuhnya telah tiada. ... .. ... Sekte Pedang Langit Seorang pria tua dengan aura kuat terpancar dari tubuhnya berdiri di hadapan belasan pemuda yang merupakan murid-muridnya. Dengan tatapan yang penuh dengan ketegasan dan suara yang lantang, pria tua itu mulai mengucapkan beberapa kata. "Murid-muridku! Tahun ini adalah giliran kalian untuk mencari peluang di Pegunungan Mubei. Aku berharap kalian bisa berlatih dengan giat di sana dan melaksanakan tugas yang sekte berikan sebelumnya." "Aku sangat percaya kepada kemampuan kalian semua. Ku harap kalian bisa menemukan petunjuk dari senjata yang dirumorkan selama setahun belakangan ini." "Baik, Guru. Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menemukan sebuah petunjuk. Hari ini kami semua akan pergi, mohon doa restu dari guru untuk perjalanan kami," ujar salah satu murid senior di sana. "Pergilah. Doa dan restuku selalu menyertai kalian semua," ujar pria tua itu melepaskan kepergian para muridnya. Rombongan yang diisi oleh 15 orang murid sekte Pedang Langit itu pun segera meninggalkan sekte untuk pergi ke Pegunungan Mubei. Rumor setahun lalu masih belum reda, semua orang masih berlomba-lomba untuk menemukan senjata misterius yang katanya muncul di sana. Bukan hanya sekte Pedang Langit yang mengutus para muridnya. Ada beberapa sekte lain juga yang ikut berpartisipasi dalam pencarian ini. Sekte Tapak Dewa, Naga Emas, Lembah Bunga, dan sekte Awan Biru juga mengutus para muridnya untuk pergi ke sana. Sekte-sekte ini adalah sekte yang menganut ajaran suci dalam jalannya. Tapi bukan hanya mereka yang mengutus orang-orangnya, sekte beraliran hitam juga tidak mau kalah. 5 sekte besar beraliran hitam juga mengirim orang-orangnya. Dimulai dari sekte Awan Hitam, Mata Iblis, Tapak Setan, Pedang Darah, dan sekte Lembah Racun juga ikut dalam persaingan ini. Pegunungan Mubei ibarat medan perang selama setahun belakangan. Meskipun tidak secara terang-terangan bertarung, tapi korban hilang yang entah masih bernyawa atau tidak sudah terhitung cukup banyak jumlahnya. Kedua pihak berbeda aliran ini tentu saja sama-sama mengalami kerugian, tapi siapa yang mau mundur dari persaingan? Senjata misterius sudah ada di depan mata, ini adalah kesempatan langka yang tidak mungkin dilepaskan. ... .. ... Kedai Pinggir Desa Sekelompok orang dengan pakaian hitam berjalan memasuki sebuah kedai kecil di pinggir desa. Dengan langkah angkuh dan wajah penuh kesombongan, sekelompok orang ini nampaknya bukan orang-orang baik. "Pelayan!" Panggil salah satu pemuda berperawakan tinggi dan kekar. Seorang gadis muda pun datang menyanggupi panggilan mereka."Tuan-tuan, apa anda ingin memesan makanan?" tanya gadis muda itu ramah. Seorang pemuda dengan wajah mesum dari kelompok itu tampak memandangi gadis muda yang datang dengan cukup lama."Hohoho... aku tidak menyangka di desa terpencil seperti ini bisa menemukan seorang gadis cantik sepertimu. Nona, maukah kau ikut denganku?" Pemuda itu bertanya dengan nada yang terdengar memaksa dan menyebalkan. Gadis muda yang ditanyai seketika merasa risih, dia tau maksud dari pertanyaan itu. Mendapati mata sang pemuda yang tampak melihat seolah menelanjangi dirinya, gadis muda itu secara tidak langsung merasa dilecehkan. "Tuan! Aku tidak bisa melakukan hal seperti itu," tolak gadis muda itu dengan cukup sopan. "Huh! Kau menolakku? Apa kau tidak tau siapa aku?" "Aku adalah murid dari sekte Tapak Setan, menolakku sama artinya memilih mati! Apa kau paham?!" Pemuda itu mulai mengancam sang gadis muda. Sebagai seorang kultivator sesat dengan kekuatan yang mumpuni, ancaman pemuda itu tentu saja membuat sang gadis desa takut. "Tuan! Tolong lepaskan aku, aku tidak bisa melakukan ini," mohon gadis muda itu dengan tubuh gemetaran. Siapa yang tidak tau sekte Tapak Setan, itu adalah salah satu sekte sesat yang diisi oleh orang-orang gila di dalamnya. Pemuda yang mengancam berdiri menarik gadis muda itu secara paksa ke dalam pelukannya."Tentu saja aku akan melepaskamu setelah kau memuaskan kami semua malam ini. Patuhlah! Atau aku akan membunuhmu di sini!" "Hahaha... benar! Kami akan melepaskanmu begitu kami merasa puas malam ini," tambah rekannya. "Tu-tuan Muda! To-tolong lepaskan aku." Gadis itu memohon dengan tubuh gemetar dan tangis yang mulai terdengar. Melepaskan apa? Dia tau setelah ini dia akan disiksa sampai mati. "Diam! Jangan merengek di depanku atau kau akan langsung ku bunuh!" Tubuh gadis muda itu semakin berguncang hebat, wajahnya bahkan sampai memucat begitu sebuah belati diletakan tepat satu jengkal dari batang lehernya. "Hahaha... bagus sekali! Aku suka gadis patuh seperti dirimu. Malam ini..." pemuda itu menjeda ucapannya mencium harum tubuh sang gadis dengan liar."Puaskanlah kami semua." Tak dapat menahan nafsunya, pemuda itu berniat merobek pakaian sang gadis muda dengan paksa. Saat dia hendak melakukannya, suara seorang pemuda yang duduk di meja samping tiba-tiba saja terdengar. "Lepaskan dia!" Semua perhatian segera dialihkan ke arahnya. Seorang pemuda berpakaian hitam dengan corak berwarna merah tengah duduk dan makan dengan tenang di tempatnya. "Kau! Apa kau yang bersuara sebelumnya?!" Tanya salah satu murid sekte Tapak Setan itu dengan nada arogan. Pemuda yang tidak lain adalah Tian Fan itu lebih dahulu memasukkan suapan terakhirnya, mengunyah pelan-pelan dan menelannya. Kepala pemuda itu kemudian diangkat, sepasang matanya yang tajam menatap satu per satu para pemuda bejat yang ada di depan sana."Lepaskan dia! Ini adalah peringatan kedua dariku!" Para murid sekte Tapak Setan itu melihat Tian Fan dengan seksama. Terlebih dahulu mereka mencoba mencari tau setinggi apa kekuatan pemuda itu dari ranahnya guna menentukan tindakan apa yang harus diambil. "Heh! Aku kira siapa, rupanya hanya seorang sampah yang berada di ranah Pembentukan Jiwa bintang 5. Bocah! Berani kau mengancam kami?!" Sindir salah satu pemuda di sana. Di matanya, Tian Fan tidak lebih kuat dari seekor semut yang dapat dibunuh dengan mudah. "Aku tidak tau dari mana kau mendapatkan keberanian untuk mengancam kami, tapi karna kau sudah bersuara, ada baiknya kau dibunuh saja!" Salah satu pemuda melangkah maju bersiap dengan tinjunya untuk benar-benar membunuh Tian Fan. Langkahnya penuh dengan percaya diri, pemuda asing itu pasti akan terbunuh di tangannya. Keduanya berada dalam posisi berhadap-hadapan, pemuda itu berdiri sementara Tian Fan masih duduk dengan tenang di tempatnya. Tidak ada ketakutan di mata pemuda itu, dia tau dia bisa mengatasi semua ini dengan mudah. "Aku sudah memperingati kalian sebelumnya, tapi karna kalian tidak mau mendengar juga, takdir kalian sudah diputuskan," ujar Tian Fan dengan suara datarnya. "Hahaha... bicara apa kau ini? Apa kau pikir kau adalah De-..." Braaak! Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba saja tubuh pemuda yang berbicara kepada Tian Fan tumbang dan mati begitu saja. "Lihat...!!!" Salah satu rekannya menunjuk dahi pemuda itu yang sudah berlubang seolah sudah ditembus oleh sesuatu yang tajam. Masih di tempat duduknya, Tian Fan mematahkan tulang ayam menjadi beberapa bagian sembari berbicara dengan tenang."Aku sudah memperingatkan tapi kalian semua terlalu bebal. Sekarang, pergilah kalian semua ke neraka!" Menggunakan tulang ayam yang sudah di bagi menjadi beberapa bagian, Tian Fan mulai membunuh satu per satu para murid bejat dari sekte Tapak Setan. Dengan sedikit energi Qi yang dia alirkan ke dalam tulang ayam, Tian Fan menargetkan kepala mereka, membuat kepala mereka berlubang sama seperti pemuda pertama sebelumnya. Tidak ada perlawanan, Tian Fan berhasil membunuh semua murid sekte sesat itu dalam waktu kurang dari 1 menit. Padahal tingkatan ranah mereka berada pada titik yang sama dengannya dan bahkan ada satu yang sedikit lebih tinggi lagi. Gadis muda yang dipaksa sebelumnya sampai dibuat tak bisa berkata-kata. Di tengah kejadian tiba-tiba itu, dia hanya bisa membelalakkan matanya tak percaya. Mengabaikan keterkejutan sang gadis muda, Tian Fan berjongkok melepas satu per satu cincin penyimpanan dari para murid sekte Tapak Setan yang dibunuhnya."Orang mati tidak perlu membawa uang." Tian Fan kembali berdiri, dia mengeluarkan beberapa koin emas dari cincin penyimpanannya sendiri dan meletakkannya di atas meja lalu pergi begitu saja tanpa mengatakan apa-apa. Gadis muda yang adalah pelayan kedai itu hanya bisa menatap kepergian Tian Fan dalam diam. Di lubuk hatinya, dia berterima kasih karna sudah dibantu oleh pemuda itu.Di bawah pohon yang rindang, Tian Fan duduk meneguk air dari botol minumnya. Saat ini dia berada di tengah hutan belantara setelah dua hari lalu melewati sebuah desa kecil. Selembar kertas tergenggam di tangannya, itu adalah peta benua selatan yang akan menuntunnya menuju ke Pegunungan Mubei. "Dari tempatku sekarang, seharusnya malam nanti aku bisa mencapai desa Daxu di depan sana," ujar Tian Fan menyamakan posisinya saat ini dengan peta. Setelah melihat sesaat peta itu, dia pun menyimpannya kembali ke dalam cincin penyimpanan. Ini sudah 5 hari sejak Tian Fan meninggalkan rumahnya di puncak gunung dan sudah ada beberapa pihak yang secara tidak sengaja bersinggungan dengannya. "Orang-orang bodoh itu katanya berasal dari sekte Tapak Setan. Hmm, bukankah sekte itu sudah runtuh belasan tahun lalu?" Gumam Tian Fan. Perang besar pernah terjadi antara sekte aliran putih melawan aliran hitam dahulu. Perang itu dimenangkan oleh aliansi sekte aliran putih, saat itu hampir semua sekte bera
Malam berlalu dijemput pagi yang membawa sinar hangat sang mentari. Di depan rumah sederhana yang terbuat dari kayu jati dan beratapkan daun rumbia, seorang pemuda berlutut memberi hormat kepada pria sepuh di depannya. "Kakek, terima kasih atas bimbinganmu selama ini. Hari ini aku hendak memulai perjalananku sendiri, aku mohon doa dan restu darimu," ujar Tian Fan tulus. Tuan Feng Xiao membungkuk menyentuh kedua bahu Tian Fan dan berkata dengan suara tuanya."Bangunlah, Nak. Doa dan restu dariku pasti akan menyertai dirimu." Tian Fan pun segera bangkit dan memeluk Kakeknya cukup lama. Ada rasa enggan di dalam hati untuk meninggalkan, tapi Tapi Fan punya tugas yang harus diselesaikan. Tian Fan menarik dirinya, matanya berkaca-kaca."Kakek, aku pergi. Jaga dirimu baik-baik," ujar pemuda tangguh tersebut. Tuan Feng Xiao mengangguk dengan mata yang juga berkaca-kaca."Pergilah, Nak." Ia pun membalik badannya dan mulai melangkah meninggalkan kediaman sederhana yang ditinggalinya
Di tengah hutan belantara, di bawah rimbunnya pepohonan terlihat seorang pemuda dengan perawakan tampan nan gagah tengah bertarung menghadapi beberapa binatang buas sekaligus. Ada tiga binatang buas yang menjadi lawannya di sana. Ketiga binatang buas dengan tubuh besar itu berada pada tingkat 9, mereka adalah lawan yang tangguh. Tapi tidak bagi pemuda tampan bernama Tian Fan itu. Dengan sebilah pedang di tangannya, dia mampu mengimbangi ketiga lawannya bahkan mampu mendesak mereka dengan serangannya. Badai Pedang! Belasan pedang muncul di udara begitu saja, berputar seirama jarum jam dan bersiap untuk menghancurkan. "Bunuh!" Satu perintah dari Tian Fan membawa pedang-pedang itu menyerang ketiga binatang buas yang menjadi lawannya secara langsung. Slaaash! Slaaash! "Argghhhh...!" Suara raungan penuh rasa sakit terpancar dari ketiga binatang buas yang menjadi lawannya. Dengan satu serangan terakhir dari Tian Fan, ketiga binatang buas itu mati dengan tubuh berantakan.
Tanpa keraguan Tian Fan pun langsung menelan pil yang baru saja dibuat oleh Kakeknya. Begitu pil itu dimasukkan ke dalam mulut dan ditelan, pil penyembuh itu langsung pecah menyebarkan energi spiritual murni yang dikandungnya. Tubuh Tian Fan seketika dipenuhi oleh energi spiritual yang lalu diubah oleh dantiannya menjadi energi Qi. Rasa lelah yang mendera pemuda belia itu pun seketika menghilang begitu saja. "Kakek! Pil penyembuh buatanmu benar-benar hebat," puji Tian Fan dengan mata yang tampak berbinar. Tuan Feng Xiao terkekeh pelan. Padahal itu hanya pil tingkat satu, Tian Fan belum tau saja dia dapat membuat pil tingkat 7 sempurna jika dia mau. "Ambil ini, Kakek tidak membutuhkannya." Ujar Tuan Feng Xiao menyerahkan botol kecil berisi beberapa pil penyembuh lainnya kepada Tian Fan. "Terima kasih, Kek!" Senang Tian Fan menerima pil-pil itu. Di kota Han, jika pil-pil seperti ini dijual harganya pasti akan sangat mahal. Tian Fan yang awalnya adalah Tuan Muda dari klan Tian
Di antara lebatnya pepohonan, dua orang berjalan menyusuri tiap sudut hutan mencari beberapa tanaman spiritual yang dapat dijadikan sebagai bahan obat. Itu adalah Tuan Feng Xiao dan Tian Fan, merekalah yang sedang mencari bahan obat untuk bahan pelatihan Tian Fan sendiri nantinya. Keduanya sudah turun gunung sejak pagi tadi. Beberapa tanaman obat sudah mereka dapatkan tapi karna hari masih cukup panjang, keduanya memutuskan untuk tetap mencari guna menambah persediaan. "Kakek!" "Ada apa?" "Itu, bagaimana kalau kita berpencar saja untuk mempermudah pencarian?" ujar Tian Fan di sela langkah kakinya. "Berpencar? Apa kau yakin?" sahut Tuan Feng Xiao di sebelahnya. "Nak, kau harus tau bahwa hutan ini cukup berbahaya. Meskipun bagian luarnya hanya dihuni oleh sekelompok kecil binatang buas, tetap saja mereka termasuk ke dalam ancaman." Tuan Feng Xiao sedikit mencemaskan usulan dari cucunya. Dia tau Tian Fan memang memiliki kemampuan, akan tetapi pertarungan melawan binatang
Keesokan paginya... Cahaya matahari pagi bersinar menerangi dunia menembus celah sempit kamar Tian Fan membangunkan pemuda itu dari tidurnya. Tian Fan kemudian bangkit dari pembaringan dan bergegas keluar dari kamarnya. "Tuan, Feng Xiao!" Sapa Tian Fan pada pria tua yang tengah duduk di pekarangan rumahnya. Feng Xiao, pria tua misterius yang sudah membantu Tian Fan sebelumnya tersenyum dan menganggukkan kepalanya kepada pemuda belia yang berjalan ke arahnya."Kau sudah bangun?" "Sudah, Tuan." Jawab Tian Fan mendudukkan dirinya di dekat Tuan Feng Xiao. "Bagaimama kondisimu sekarang?" tanyanya. "Sudah jauh lebih baik, Tuan. Ini semua berkat obat-obatan yang anda berikan. Semua itu sungguh sangat membantuku. Tuan Feng, terima kasih!" ujar Tian Fan bersemangat. "Sama-sama, Nak." Tuan Feng Xiao memperhatikan Tian Fan diam-diam. Dari apa yang dilihatnya, Tian Fan adalah pemuda yang memiliki perawakan yang baik dan santun. Mendapati hal ini, Tuan Feng Xiao bertanya-tanya m