Beranda / Fantasi / Legenda Pendekar Biru / Bab 171 Ki Samudra pendekar pedang penguasa jurus 7 lautan

Share

Bab 171 Ki Samudra pendekar pedang penguasa jurus 7 lautan

Penulis: Pujangga
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-25 19:46:54

“Aku adalah salah satu pendahulu kerajaan yang kau selamatkan. Kakak dari ayah Manggala dan Rakean,” ungkap Resi Pandita kepada Lintang.

“Berbeda dengan adikku yang tertarik dengan kepemerintahan, aku memilih jalan seorang pendekar. Menjadi kesatria tanpa tanding yang sempat menguasai dunia persilatan. Tapi itu dulu, karena sekarang aku hanya seorang kakek tua. Pengelana bebas yang ingin melepaskan diri dari kepentingan duniawi,” sambung Resi Pandita.

“Pantas saja,” anguk Lintang.

Dia kini mengerti mengapa Resi Pandita bisa merasakan jiwa murninya.

“Lantas siapa Si Raja Langit? Dan apa gelarmu di dunia kependekaran pak tua?” tanya Lintang.

“Hehehe, Si Raja Langit adalah rivalku. Pendekar bodoh yang mengorbankan kesaktiannya demi menyelematkan sebuah padepokan. Sedangkan aku sendiri kerap dipanggil sebagai Ki Samudra, pendekar pedang penguasa jurus 7 lautan,” ungkap Resi Pandita membuat Lintang langsung melebarkan mata.

“Ki-ki—ki Samudra?” tanya Lintang memastikan.

“Hehehe, benar! Apa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 189 Rahasia Dibalik Masakan Lintang

    “Hihihi, kau ternyata memiliki energi yang sangat kuat paman,” Lintang terkekeh.Dia cukup terkesan dengan Raden Rakean di mana Balada, dan Ki Keling sekali pun telah tumbang tidak sadarkan diri.“A-aku sudah beberapa kali menggunakan ramuan itu, jadi aku tahu bagaimana cara mengatasinya agar tidak terlalu menyakitkan,” ungkap Raden Rakean dengan nada terbata.“Hahaha, begitu ya. Tapi sayang ramuanku 100 kali lipat lebih kuat dari ramuan biasa,” ungkap Lintang membuat Raden Rakean langsung muntah menyemburkan darah.Ramuan penguat tulang adalah jalan memperkuat tubuh yang sangat berbahaya. Terlebih jika efeknya dilawan seperti itu.Seharusnya Raden Rakean membiarkan ramuan tersebut bekerja menyusun kembali tulang-belulangnya. Tapi karena terkejut dan merasa percaya diri, dia malah dengan sengaja menahan efek sampingnya menggunakan energi. Membuat organ dalam lelaki itu mengalami luka serius.Beruntung Lintang ada di sana, sehingga dengan cepat dia mengalirkan energi regenerasi untuk m

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 188 Jamuan Lintang Bagian 4

    Bumbu kental yang tadi menyelimuti potongan daging seketika meleleh, memberi sensasi lembut dan rasa lezat tak terbayangkan di lidah Raden Rakean.Selanjutnya aliran energi hangat menjalar ke seluruh permukaan rahang, menyebar ke dalam otak, sum-sum tulang, jantung, dan paru-paru membuat tubuh Raden Rakean seketika terasa ringan seperti akan melayang.“Ini ...? ma-ma—makanan macam a-apa ini?” Raden Rakean terbelalak lebar bahkan sampai menitikan air mata.“Huaaaa, lezat sekali!” teriak Raden Rakean kegirangan.Dia bahkan melompat layaknya anak-anak seakan tidak peduli lagi terhadap rasa malunya.Hal itu sangat wajar, di mana semua orang juga merasakan demikian.Kelezatan masakan Lintang memang tidak bisa ditolak, bahkan oleh para dewa sekali pun.“Hahaha, syukurlah! Kau ternyata menyukainya paman,” Lintang tertawa senang.Raden Rakean tidak peduli terhadap tawa pemuda itu. merasakan jiwanya seperti melayang. Raden Rakean segera kembali memasukan suapan kedua, ketiga, keempat dan seter

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 187 Jamuan Lintang bagian 3

    Memasak bagi Lintang bukan hanya sekedar tentang makanan. Tetapi bagaimana cara meracik berbagai bumbu, bahan, serta penguasaan energi dalam mengendalikan api sehingga tercipta sebuah maha karya seni yang mengagumkan.Semua unsur perubahan jenis, warna, dan rasa pada setiap bahan sangat menentukan hasil akhir.Oleh sebab itu Lintang membutuhkan sedikit air untuk mengikatnya, agar citarasa asli dari bahan-bahan itu terjaga meski dibakar panasnya api.Lintang menciptakan pemanis tambahan dari sari pati kedelai, nira aren, air, dan garam serta sedikit perasan asam jeruk agar warna dan rasa masakan menjadi semakin menarik.Sedangkan untuk khasiat, Lintang tidak lupa membubuhi beberapa tanaman obat membuat hasil masakannya menjadi kaya akan energi.Pemahaman alkemis, unsur alam, dan pengendalian suhu menjadi faktor utama dalam memasak. Dan Lintang menguasai lebih dari itu sehingga hasil masakannya menjadi begitu indah dan lezat.Mencium bau asapnya saja, semua orang langsung menelan ludah

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 186 Jamuan Lintng bagian 2

    20 meja besar disusun memanjang membentuk barisan setengah lingkaran.Di atasnya terdapat berbagai jenis bahan makanan, mulai dari sayur mayur, bumbu, daging, jamur, rebung bambu, dan banyak lagi yang lainnya.Meja-meja itu disusun di bawah pohon besar, di pelataran luas halaman barak pasukan.Di belakang susunan meja terdapat 6 tungku besar lengkap dengan kuali dan spatula bergagang panjang layaknya alat masak di dapur istana.Angin semilir bertiup sepoy di sana, mengibaskan rambut panjang seorang muda tampan berkulit biru.Dia sedang berdiri di antara susunan meja dengan dua tangan memegang pisau tajam milik juru masak istana.Sementara di depan susunan meja, terdapat ribuan prajurit yang tengah duduk rapih layaknya para murid perguruan yang akan menerima petuah dari gurunya.Balada, Ki Keling, ke 4 panglima, serta 8 murid padepokan Campaka Raga duduk paling depan ingin menyaksikan pertunjukan masak yang akan Lintang lakukan.Mereka begitu antusias menatap ke arah depan tanpa berani

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 185 Jamuan Lintang

    “Hihihi, jangan sungkan Ki. Jika kalian berminat tinggal di kerajaan Manggala, aku bisa memberi Aki jabatan penting di istana kerajaan,” Lintang terkekeh.“Tidak Kusha. Aku tidak tertarik dengan dunia pemerintahan,” Ki Keling menggeleng.“Begitu rupanya, baiklah,” Lintang mengangguk pelan.“Bagaimana kabar kalian semua? Haaiiiis, sudah lama kita tidak bertemu ya,” sapa Lintang kepada semua pasukannya.“Kami baik tuan. Bahkan merasa sangat baik,” jawab semua orang dengan penuh semangat.“Syukurlah! Maaf aku pergi terlalu lama,” Lintang tersenyum lebar. Sementara Balada terus menatapnya dari belakang dengan penuh kekaguman.“Oh iya, siapa diantara kalian yang pandai memasak? Perutku terasa sangat lapar,” tanya Lintang tiba-tiba.Tapi semua pasukan langsung menggeleng serentak mengatakan tidak ada satu pun dari mereka yang pandai memasak.“Ma-maaf tuan. Kami hanya bisa memasak seadanya. Hamba yakin tuan pasti tidak akan menyukai hasilnya,” ungkap panglima Siahan terbata merasa bersalah.

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 184 Kucing dan Anjing

    Pagi hari setelah pulih dari semua luka lebamnya, Lintang bersama Balada pergi menemui Ki Keling dan Cantika Ayu.Keduanya belum bertanya apakah Ki Keling dan Cantika Ayu akan ikut berperang atau tidak.Namun masih seperti dulu, Lintang dan gadis itu tetap seperti kucing dan Anjing. Mereka akan selalu bertengkar saat bertemu.Plak! Aww!Sebuah tamparan keras mendarat telak di pipi kanan Lintang, membentuk segel merah bergambar 5 jari tangan.“A-apa yang kau ...,?”Buk! Aaa!Lintang terlempar hingga sejauh puluhan meter setelah terkena pukulan keras di ulu hatinya.“Si-sial! Sebenarnya ada apa dengan mereka,” umpat Lintang terhuyung menahan sakit.“Cih! Jangan berpura-pura lagi kau bocah siluman. Aku tahu tubuhmu sudah jauh lebih kuat. Dasar pembual” maki Cantika Ayu.“Apa maksudmu, Ayu?” tanya Balada.“Apa kau tidak menyadarinya Balada? Dia sudah bisa menyembunyikan energinya dengan sangat rapih. Itu artinya kanuragan bocah berengsek ini telah meningkat sejauh puluhan kali lipat. Puku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status