“Makanlah! Setelah ini aku akan menggeledah tubuhmu,” ucap Lintang.“Apa?” putri Widuri terperanjat ketakutan.“Hihihi, kau salah paham. Maksudku aku akan memeriksa tubuhmu apa kau memiliki inti energi atau tidak,” jelas Lintang terkekeh membuat putri Widuri bisa kembali bernapas lega.“Ba-baik,” angguk putri Widuri malu.“Haaaah, dasar gadis aneh,” Lintang menggeleng.Selanjutnya dia memberikan paha ayam berukuran besar untuk dimakan gadis itu.“Ini ambilah! Aku sudah mendinginkannya untukmu,” ucap Lintang.“Te-terimakasih,” putri Widuri meraih ayam tersebut sembari mencuri pandangan menatap wajah Lintang.“Ayam bakar! Sudah lama aku tidak merasakan ini,” Lintang segera menggigit sayap ayam di tangannya.“Hoaaaaa, ini nikmat sekali,” teriak Lintang heboh sendiri.Dia memejamkan mata menikmati setiap kunyahan daging ayam di dalam mulutnya membuat putri Widuri heran karena belum pernah melihat Lintang seperti ini.“Dasar gila,” putri Widuri menggeleng.Namun ketika bibirnya menggigit d
Malam hari, Lintang bersama putri Widuri beristirahat di dalam sebuah goa di atas tebing terjal agar tidak ada lagi siluman yang berani mengusik mereka.Lintang tidak dapat membawa putri Widuri terbang lebih dari satu hari karena tubuh gadis itu tidak akan mampu menahan terpaan angin.Terbukti, sekarang putri Widuri sedang muntah akibat terkena mabuk udara. Wajahnya pucat serta tubuh menggigil layaknya orang yang kedinginan.“Duduklah! Aku akan memulihkanmu,” pinta Lintang.Sebelumnya Lintang pergi sebentar untuk mencari makanan dan kayu bakar agar putri Widuri tidak kedinginan ketika malam.Namun saat dirinya tiba, dia mendapati gadis itu tengah terduduk lemas sembari muntah-muntah di pojok goa membuat Lintang sangat khawatir.“Ta-tapi,” putri Widuri malu.“Cepat duduk! Tubuhmu terlalu banyak kemasukan angin,” tutur Lintang kembali menegaskan.“Mmm,” putri Widuri mengangguk patuh, kemudian dia duduk di atas permukaan batu memberikan punggung ke arah Lintang.“Tahan sedikit karena ini
2 hari setelah rombongan Balada, semua pasukan Manggala pun akhirnya tiba bersama patih Adi, Adipati Agung Triat Mojo, Kuncoro, serta para panglima lain.Sebelumnya mereka sempat bersama karena Raja Manggala memutuskan untuk menunggu kelompok pasukan.Namun kembali terpisah di mana keberangkatan menuju wilayah Galatik tidak boleh meninggalkan jejak membuat Raja Manggala harus membagi rombongan ke dalam kelompok-kelompok kecil.Tetapi setelah dua hari, satu persatu dari mereka akhirnya tiba sehingga semua pasukan kembali bersatu menjadi sebuah kekuatan besar.Selepas satu hari beristirahat, Raden Rakean kemudian mengadakan pertemuan pertama bersama para pembesar pasukan pemberontak untuk membahas rencana penyerangan.Mereka berkumpul di salah satu ruangan di bawah tanah, tapi sama seperti aula istana. Ruangan itu juga tertata rapih dan bersih lengkap dengan puluhan kursi batu dan meja besar.“Aku terkesan dengan tempat persembunyian kalian,” puji Raden Rakean.“Hahaha, ini berkat kerja
“Bagaimana sekarang prabu?” tanya raja Kancradaka, dia tahu Lintang akan menghadapi perang besar sehingga segera mengingatkannya.“Aku dan dia akan pergi ke wilayah kerajaan Galatik. Kau bersiaplah jika suatu saat aku panggil untuk mengikuti perang,” jawab Lintang serius.“Begitu rupanya, dengan senang hati teman,” angguk Raja Kancradaka.Sementara Raja Angkala mengerutkan kening tidak mengerti, “Perang? Apa anda sedang memiliki masalah prabu?” tanya raja Angkala penasaran.“Hihihi, benar! Aku sedang menyelesaikan kemelut besar di dunia manusia,” ungkap Lintang.Mendengar itu, semua pasukan siluman buaya serentak berlutut siap menerima perintah Lintang.“Kami siap menghadapi apa pun, bawa kami bersamamu gusti prabu,” tutur Patih Kora.“Hahaha, tentu! Aku tentu akan membutuhkan bantuan kalian, tapi tidak sekarang,” Lintang tertawa merasa senang.Dia cukup terkesan dengan kesetiaan dan kepedulian siluman buaya yang langsung rela mengabdikan hidupnya.“Sekarang kalian perbaiki dulu alam
“Ti-tidak anak muda, kau telah menyelamatkan aku dan bangsaku. Kau juga telah berbesar hati mengampuni kesalahanku tanpa syarat apa pun. Kini aku bersama semua rakyat bangsa Bajul menyatakan sumpah setia sebagai pengikutmu selamanya. Terima hormat kami Prabu Agung,” ungkap Raja Angkala.“Sementara aku mengakuimu sebagai teman, sahabat yang tidak pernah kudapatkan seumur hidupku. Tapi setelah mengikuti jejakmu, aku sadar bahwa kau tidak hanya sekedar teman, tapi pemimpin besar yang mampu menyatukan semua bangsa lelembut, termasuk siluman. Sejak saat ini, aku juga menyatakan sumpah setia kepadamu wahai Prabu Agung,” ungkap Raja Kancradaka.“Sial! Lagi-lagi harus terjadi seperti ini,” umpat Lintang di dalam hati.Menyaksikan kedua bangsa halus yang berlutut di hadapannya, Lintang kembali teringat dengan perjalanan hidupnya di Narapada, di mana di sana juga dia menjadi penguasa dari 4 alam berbeda.“Haaaah,” Lintang menarik napas panjang seakan tanggung jawab ini begitu berat baginya.“Ba
Bersama Raja Angkala, Lintang kemudian membantai para pasukan buaya pembelot yang tersisa. Membuat pasukan patih Kora dan bangsa Yada mundur memberi ruang.Raja Angkala membunuh setiap pengkhianat dengan sangat kejam seakan para buaya itu bukan dari bangsanya.Sementara Lintang hanya membunuh seperlunya, dia menyerang titik-titik vital lawan agar mereka mati dengan sangat cepat.“Oii, jangan berpesta sendiri, tunggu aku!” raja Kancradaka berteriak kesal karena ditinggalkan.“Cepatlah!” ujar Lintang.Selanjutnya tiga sekawan itu pun kembali bergabung, menciptakan kesinambungan formasi yang mengerikan, membuat siapa pun yang dilewatinya akan tewas dalam waktu singkat.Satu persatu siluman buaya pembelot berhamburan dengan tubuh telah terpotong menjadi beberapa bagian.Wush! Sring! Sring! Sring! Cruaaat! KyAaaaaa!Teriakan demi teriakan terdengar menggantikan suara benturan pedang. Tidak ada satu pun pasukan yang mampu menahan gelombang serangan mereka.Baik prajurit mau pun panglima, se