LOGINBalada yakin, di mana ada perang, di sana Kusha pasti datang. Atau mungkin pemuda itu sudah terlibat menjadi bagian salah satu kubu.Sedangkan Anantari mengikuti mereka agar lebih mudah mencari Lintang. Karena dengan banyak orang, Anantari percaya Lintang akan lebih cepat ditemukan.Sayang dia tidak pernah berterus terang kepada Balada bahwa dirinya sedang mencari seseorang.Andai saja Anantari sempat mengatakan nama Lintang, mungkin Balada akan langsung mengenalinya.Namun gadis itu belum sepenuhnya percaya kepada orang-orang Ottoka, sehingga dia hanya mengatakan bahwa dirinya sedang berkelana, mengajari Anjeli tentang makna hidup yang sesungguhnya.Terlebih demi menebus rasa bersalahnya atas kehancuran lembah Ottoka oleh Anjeli. Anantari sengaja menawarkan diri untuk membantu Balada membalaskan dendam kepada orang yang telah membunuh Jinku Tenma.Selama perjalanan, Anjeli tetap dikekang dengan cambuk energi yang terus melilit kedua pergelangan kakinya sebagaimana para tawanan.Tetap
Perjalanan menuju tempat musuh amatlah panjang, bahkan menurut informasi teliksandi, rombongan bangsa Sakuta akan tiba di kerajaan Peri Kegelapan dalam beberapa minggu ke depan.Tentu saja, perjalanan tersebut membutuhkan waktu lama karena harus ditempuh dengan berjalan kaki.Rombongan Lintang tidak bisa mempersingkat waktu dengan terbang di mana energi pasukan akan terkuras dalam perjalanan.Sementara baik Lintang mau pun Shanti Kinasih, keduanya sama-sama tidak bisa menciptakan portal dimensi karena tidak mengetahui letak pasti wilayah lawan.Meski terkesan lambat, tetapi dengan berjalan kaki, Lintang bisa mempelajari medan wilayah musuh secara mendalam.Selain itu dia juga bisa mematangkan mental para pasukan, agar nanti ketika perang, tidak ada prajurit yang berkhianat atau mundur akibat ketakutan.Semua sudah Lintang perhitungkan secara menyeluruh, termasuk mempersiapkan antisipasi jika sewaktu-waktu pasukan mereka mengalami hal terburuk.Kotoplak! Kotoplak! Kotoplak! Hyahhh! Hya
“Sungguh anak muda, aku berdosa kepada dirimu. Untuk itu silahkan hukum aku,” penasehat Agung menunduk merasa bersalah.Sontak saja hal itu membuat Prabu Tapa Mukti terkejut, dia hendak menghampiri Lintang untuk membantu meminta pengampunan, tetapi langsung dicegah oleh putri Purbararang.Bahkan wajah Maha Patih Rakbi Taji seketika berubah merah merasa malu kepada Lintang. Namun dia tidak mampu berbuat apa-apa selain menyerahkan semua masalah ini kepada Lintang.Sementara para pembesar hanya membisu dikejauhan tidak berani ikut campur.“Apa Jinggo harus membunuhnya ayah?” Bocah gendut tiba-tiba sudah muncul di sisi Lintang dengan pedang hitam yang siap dihunuskan.Tidak ada yang tahu entah kapan Jinggo beranjak dari tempatnya, yang jelas bocah itu kini menunjukan energi setingkat kanuragan Maha Patih Rakbi Taji yang membuat semua orang harus kembali melebarkan mata.“Celaka!” Maha Prabu kembali hendak menghampiri Lintang, tetapi Putri Purbararang lagi-lagi menarik tangan ayahnya, memi
Di kediaman Maha Prabu Tapa Mukti, Lintang saat ini tengah mengobati Penasehat kerajaan.Awalnya selain teman-teman Lintang, Shanti Kinasih dan Putri Purbararang. Semua orang di kerajaan tidak percaya Lintang memiliki kemampuan pengobatan.Namun ketika Lintang mulai menganalisa jenis racun serta dampak buruk yang akan dialami oleh penasehat kerajaan jika tidak disembuhkan, barulah semua pembesar kerajaan termasuk Maha Prabu Tapa Mukti dan Maha Patih Rakbi Taji percaya.Bahkan sampai melebarkan mata, karena Lintang mampu melakukan analisa dengan sangat tepat meski tanpa menyentuh pasiennya.Hal itu tentu membuat mereka takjub dan terkejut karena selama ini, tidak pernah ada tabib yang bisa melakukannya selain Lintang.“Ba-bagaimana kau melakukan itu, Kusha?” Maha Patih Rakbi Taji menggeleng sulit percaya.“Setiap jenis racun memiliki gejala paman, termasuk pula racun energi. Aku bisa mengetahui seberapa kuat efek racun tersebut dari hanya melihat gejalanya,” jawab Lintang berterus tera
Wush! Slep! Slep! Slep!Balada bersama Jinku Pusana, Jinku Sarko, dan Anjeli bermunculan di depan aula perguruan lembah Ottoka.Mendapati penampilan kedua Jinku perguruan mereka lusuh serta terdapat beberapa luka yang mengucurkan darah, semua murid serta Jinku yang lain serentak berlesatan menghampiri Balada.“Ke-ketua muda? Ada apa?” beberapa Jinku langsung bertanya panik, wajah mereka pucat, khawatir terjadi serangan dari bangsa Pohaci yang akan membahayakan mereka.Tidak hanya para Jinku, tetapi guru serta semua murid perguruan Ottoka juga sama-sama memasang wajah pucat.Hal itu karena mereka semua tahu, tidak ada satu pun peri yang mampu membuat kedua Jinku besar terluka selain bangsa Pohaci yang memang memiliki kesaktian jauh di atas rata-rata mahluk.“Tidak apa, paman Ero. Paman Pusana dan paman Sarko hanya dihajar oleh seorang gadis muda,” ungkap Balada berterus terang, membuat Jinku Pusana dan Jinku Sarko langsung menggetoknya kesal.“Aaaw! Sakit paman,” keluh Balada.“Bodoh!
Blessss! Aaaaaa!Jeritan Anantari terdengar sangat pilu menyakitkan menggema ke seluruh wilayah langit.Setelah itu, suara jeritan tersebut perlahan hilang, membuat suasana berubah menjadi hening. Menyisakan jasad seorang gadis muda yang melayang tertusuk dua batang tombak kayu beracun dari arah depan dan belakang.Darah merah mengalir berjatuhan menghujani daratan, menyebarkan bau anyir ke seluruh udara.Sementara Jinku Pusana dan Jinku Sarko berdiri terengah-engah pertanda jurus mereka berdua sangat menguras tenaga.Tetapi hal itu sangat sepadan dengan apa yang mereka dapatkan, di mana keduanya berhasil mengalahkan lawan.Namun tepat ketika mereka akan menarik napas lega dari sebuah keberhasilan. Langit yang tadinya biru cerah tiba-tiba berubah menjadi putih.Begitu pun dengan daratan, membuat mata kedua Jinku seketika melebar menyadari bahwa sedari awal, merekalah yang sudah terjebak ke dalam ilusi lawan.“Ba-ba—bagaimana mungkin?” Jinku Pusana terbata.“Ce-celaka!” Jinku Sarko mer







