Share

Bab 627

Penulis: Pujangga
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-02 20:27:19

Perjalanan menuju tempat musuh amatlah panjang, bahkan menurut informasi teliksandi, rombongan bangsa Sakuta akan tiba di kerajaan Peri Kegelapan dalam beberapa minggu ke depan.

Tentu saja, perjalanan tersebut membutuhkan waktu lama karena harus ditempuh dengan berjalan kaki.

Rombongan Lintang tidak bisa mempersingkat waktu dengan terbang di mana energi pasukan akan terkuras dalam perjalanan.

Sementara baik Lintang mau pun Shanti Kinasih, keduanya sama-sama tidak bisa menciptakan portal dimensi karena tidak mengetahui letak pasti wilayah lawan.

Meski terkesan lambat, tetapi dengan berjalan kaki, Lintang bisa mempelajari medan wilayah musuh secara mendalam.

Selain itu dia juga bisa mematangkan mental para pasukan, agar nanti ketika perang, tidak ada prajurit yang berkhianat atau mundur akibat ketakutan.

Semua sudah Lintang perhitungkan secara menyeluruh, termasuk mempersiapkan antisipasi jika sewaktu-waktu pasukan mereka mengalami hal terburuk.

Kotoplak! Kotoplak! Kotoplak! Hyahhh! Hya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 635

    “Maafkan aku, dulu aku diselamatkan oleh paman Pusana dan mendiang Maha Resi Pura. Waktu itu kondisiku tengah sekarat, beruntung mendiang Maha Resi masih bisa memulihkanku,” ungkap Balada.“Itu benar anak muda. Kami juga minta maaf karena dulu kami tidak bisa membawa kalian. Perguruan kami adalah perguruan tertutup, terlebih kami sedang dalam persembunyian dari musuh yang amat kuat. Jadi kami tidak bisa membawa sembarang orang masuk ke tempat kami,” jelas Jinku Pusana ikut bersuara.“Tidak apa paman sepuh. Aku mengerti, terimakasih anda telah menyelamatkan serta merawat kak Balada dengan sangat baik,” ucap Arga sopan.“Hahaha, tidak masalah anak muda. Dia sekarang sudah menjadi bagian dari keluarga kami,” Jinku Pusana tertawa.“Bagaimana dengan adikku, apa kalian sudah menemukan kabar?” Balada menanyakan tentang Lintang.“Itu juga pertanyaan yang ingin kami tanyakan kak,” Arga menggeleng membuat Balada langsung menunduk lemas.“Tu-tunggu dulu! Jadi kakang Lintang tidak bersama kalian?

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 634

    “Kakak? Balada? Bukankah namanya Sakai?” kini giliran Anantari yang melebarkan mata.“Sakai?” putri Arum dan Arga menatap Anantari secara bersamaan.“Kalian ternyata sudah saling mengenal? Ta-tapi mengapa harus bertarung?” Arga mengerutkan kening.“Kak Tari mengapa tega menyakiti kak Balada?” putri Arum tiba-tiba berubah kesal.“Tunggu! Tunggu! Jadi kalian semua bersaudara?” tanya Anantari sebelum menjawab pertanyaan Arga dan putri Arum.“Hmmm,” ketiganya mengangguk secara bersamaan.“A-aku yang salah jika begitu,” Anantari menunduk malu.“Memang ada apa kak?” tanya Arga penasaran.“Iya, ada apa kak?” Putri Arum turut melontarkan pertanyaan, sedangkan Balada hanya terdiam khawatir Anantari kembali marah.“I-ini hanya salah paham adik kecil. Maafkan kakak,” ungkap Anantari.Selanjutnya, Anantari menceritakan prihal Anjeli, membuat Arga dan putri Arum mengerti.Namun tindakan Anantari yang arogan tetap saja tidak diterima oleh keduanya.Sehingga Arga dan Putri Arum secara bergantian men

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 633

    Jika Anjeli bernasib baik karena bertemu Lintang, maka Maha Patih Ore Bungoh mengalami hal sebaliknya.Bertemu Anantari adalah sebuah petaka besar bagi sang patih, tidak peduli secepat apa pun gerakannya, di hadapan Anantari Maha Patih Ore Bungoh bagaikan kelinci kecil yang tidak berdaya.Meski memang beberapa kali sempat berhasil melarikan diri, akan tetapi pada akhirnya dia harus mengalami nasib naas.Maha Patih Ore Bungoh tewas secara mengenaskan tanpa sempat melakukan tugasnya.Dia mati sesaat setelah terkena cambukan energi milik Anantari, tubuhnya meledak menjadi serpihan, sementara semua racun yang dia bawa berhamburan terbuang ke atas daratan.Balada sendiri tiba sesaat selepas Maha Patih Ore Bungoh tewas, dia sedikit kecewa karena tidak sempat menggali informasi terlebih dahulu.Namun waktu itu Balada tiba dengan mata melebar karena menyaksikan semua Jinku tengah menganga seakan telah melihat malaikat kematian.Balada tidak tahu pasti entah jurus apa yang Anantari gunakan unt

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 632

    Tidak hanya putri Purbararang, tetapi Lintang, Bawana, Maha Prabu Tapa Mukti, Patih Rakbi Taji, dan Aki penasehat pun ikut terbatuk tersendak napasnya sendiri.Wajah putri Purbararang seketika merona, tidak bisa membohongi perasaannya.Sontak saja, Maha Prabu Tapa Mukti yang menyaksikan hal tersebut langsung tertawa terbahak bahak.Sementara Lintang menunduk malu setelah menepuk jidatnya sendiri.“Senior?” bisik Bawana tidak mengerti.“Jangan berpikir hal bodoh Wana. Sungguh, dia hanya salah sangka,” ketus Lintang pelan.“Hihihi, Anjeli punya Bibi, Anjeli punya Bibi, Anjeli punya Bi ...,” Anjeli berlompatan gembira sembari mengatakan hal yang sama. Tetapi Lintang dengan cepat meraih tubuhnya, membekap mulut Anjeli agar tidak berkata hal yang tidak-tidak.“Emmm, emmm,” Anjeli meronta.“Kau salah sangka Anjeli. Dia bukan istriku,” bisik Lintang membuat mata Anjeli terbelalak lebar.“Hmmm, mmmm, mmmm,” ucap Anjeli tidak jelas.“Istriku tidak di sini, kau tidak akan bisa bertemu dengannya

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 631

    “Be-benarkah paman? Anjeli mau, Anjeli mau paman, hore. Anjeli akan berkelana bersama teman baru,” jawab Anjeli senang.“Tapi Anjeli harus berjanji kepada paman? Bagaimana, apa Anjeli sanggup?” Lintang memberi syarat.“Janji apa paman?” Anjeli mengerutkan kening.“Janji bahwa Anjeli tidak akan melepaskan sarung tangan itu tanpa se-izin paman. Dan Anjeli tidak boleh menunjukan kekuatan Anjeli kepada orang lain,” ucap Lintang.“Hanya itu? Hihihi, Anjeli berjanji paman,” angguk Anjeli terkekeh.Tidak seperti kepada Anantari, Anjeli begitu nurut kepada Lintang seakan mereka memiliki hubungan khusus yang sulit dijelaskan.Anjeli memang terlihat seperti gadis kecil berusia 7 tahun, padahal sejatinya, dia memiliki usia lebih tua dari Lintang.Namun tidak seperti Jinggo, Anjeli tetap tumbuh dan berkembang, akan tetapi pertumbuhan Anjeli sangat lambat. Seakan waktu belasan tahun bagi tubuhnya seperti hanya beberapa bulan saja.Mendapati Anjeli yang penurut, Lintang pun lantas membawanya pergi

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 630

    Aaaaaaa!Anjeli menjerit ketakutan, “Tolong! Bibi, paman, tolong Anjeli” gadis itu berteriak meminta pertolongan.Namun siapa yang mendengar, di sana tidak ada seorang pun selain kegelapan malam.Anjeli telah terbang terlalu jauh ke arah berlawanan sehingga keberadaannya tidak akan bisa lagi terdeteksi oleh Balada dan Anantari.Anjeli menangis lirih di sana, tubuhnya berputar-putar di udara, dia meluncur cepat jatuh ke arah daratan.Namun sesaat sebelum mencapai permukaan tanah, sesosok bayangan cahaya tiba-tiba muncul menyambarnya. Membuat tangisan Anjeli seketika terhenti berganti keterkejutan.Matanya berbinar karena melihat seberkas wajah tampan yang belum pernah dirinya temui disepanjang hidupnya.Bukan hanya itu, tetapi energi cahaya milik sosok tersebut entah mengapa membuat Anjeli menjadi begitu bahagia seakan sedang berada di masa lalu.Sontak saja berbagai gambaran kenangan mulai tergambar di benak Anjeli. Namun kejadian itu tidak berlangsung lama, karena sosok yang menolong

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status