Senopati Darya, Gajita, dan Jarot tidak bisa tidak menelan ludah menyaksikan apa yang terjadi di sana.Entah mengapa wujud Lintang di mata mereka saat ini tiba-tiba bagaikan raksasa yang sangat besar yang di mana saat kakinya menapak bumi, kepalanya menjulang tinggi menembus langit.Gunung-gunung yang tadinya megah seketika mengecil seakan hanya seolah jari-jemarinya.Sementara pasukan lelembut yang dibawa mereka hanya seperti buih di telapak jari kakinya. Membuat senopati Darya, Gajita, dan Jarot ikut berlutut lemas di hadapan Lintang.Menyaksikan para pemimpinnya tiba-tiba tunduk, semua prajurit pun seretak menjatuhkan kaki tidak berdaya.“Hihihihi, melihat kalian aku serasa pulang kerumah,” Lintang terkekeh pelan.Ucapannya tersebut hanya dapat didengar oleh para kaum lelembut di mana Lintang menggunakan bahasa alam halus membuat semua mahluk lelembut di sana semakin ketakutan.Dahulu dikehidupan pertamanya, Lintang adalah putra dari seorang penguasa alam halus. Setengah darahnya m
Setelah melenyapkan para prajurit, Lintang segera maju menghampiri Senopati Darya dan ke 3 rekannya.Wush! Tap!Lintang mendarat muncul di hadapan senopati Darya, membuat pria bertubuh besar tersebut langsung melompat mundur menghindar.“Hihihi, ada apa? Apa kau takut?” tanya Lintang sembari terkekeh.“Takut! Cih! Jangan membual kau bocah biru. Bagaimana aku takut jika membunuh satu prajuritku saja dirimu tidak mampu,” teriak senopati Darya tertawa kesal.Dia mengatakan hal itu karena tubuh 3000 prajuritnya telah kembali menyatu tanpa kurang kekurangan apa pun.Senopati Darya mengakui bahwa Lintang memang sangat kuat, namun dia masih percaya diri karena memiliki energi regenerasi tubuh yang mempuni.“Begitukah? Hihihi membunuh prajurit terlalu mudah bagiku. Jika memang aku perlu membunuh, maka aku ingin membunuh salah satu diantara kalian,” ungkap Lintang membuat Senopati Darya langsung mengepalkan tangan geram.Begitu juga dengan ke 3 senopati lain, mereka sama-sama tidak tahan kala
“A-a—aku berhasil, a-aku berhasil menguasai jurus tertinggi pedang raga,” Balada tersenyum senang.Tapi setelah itu, brak! Tubuh Balada seketika tumbang tidak berdaya. Dia langsung tidak sadarkan diri akibat terkena luka dalam yang sangat parah.Ternyata kualitas tulang Balada masih belum mampu menahan tekanan jurus tersebut membuat dia harus berakhir terkapar oleh energinya sendiri.Wush! Slep!Lintang tiba-tiba muncul di sisi Balada, tap! Tap! Dia menotok beberapa titik saraf kakaknya untuk mengembalikan aliran darah yang sempat kacau.“Aku bangga padamu, kak,” Lintang tersenyum lebar.Wush!Dia kembali menghilang, membawa tubuh Balada menuju kereta.Sementara di sisi berbeda, Cantika Ayu dan yang lain masih bertarung sengit berusaha menumbangkan lawan.Senopati Darya juga sudah hidup kembali dan sedang berlutut memulihkan energi.Meski dia berhasil selamat dan hidup kembali, tapi energi pria besar tersebut tetap banyak berkurang sehingga tidak mampu lagi bertarung.Kitri, Gendis, d
Angin bertiup kencang layaknya badai, menerbangkan debu dan bebatuan kecil ke berbagai arah.Sementara Balada dan Senopati Darya kembali terpental jauh kebelakang.Brak! KyAaaaaa!Keduanya berteriak keras menerima luka dari ledakan energi masing-masing.Balada sempat terkapar, tapi pemuda itu kembali bangkit dengan susah payah.Sedangkan senopati Darya hanya memegangi dadanya saja. Dia mengakui kanuragan Balada memang merepotkan. Tapi kekuatan seperti itu masih belum cukup untuk bisa menandinginya.“Aku akan mati jika terus seperti ini, sial!” Balada mulai berpikir mencari solusi untuk menghadapi lawan yang kebih kuat.Dia memang sudah memiliki energi besar serta mampu menggunakannya secara sempurna. Namun Balada belum mempelajari teknik perubahan energi sehingga dia tidak memiliki pertahanan yang kokoh.Padahal dengan energi sebesar itu, Balada seharusnya mampu membentuk pertahanan kuat dari energinya seperti senopati Darya. Namun Balada belum memahami caranya.“Energi bersifat menem
Lintang tersenyum tipis dikejauhan, dia sengaja membiarkan Balada dan teman-temannya maju menghadapi musuh yang mustahil bisa dikalahkan agar mereka dapat berkembang serta mengerti bagaimana rasanya perang.Lintang berniat menempa mereka, menjadikan kakak dan teman-temannya sebagai pendekar kuat yang akan melindungi alam dari tangan-tangan para perusak.“Kekuatan senopati para lelembut ini terlalu besar untuk kakakku, kau majulah Cantika. Tunjukan kepada mereka bagaimana kekuatan bangsa manusia,” ujar Lintang.“Cih! Kau siapa berani memerintahku? Dasar bocah siluman,” umpat Cantika kesal.Namun gadis itu tetap maju melaksanakan perintah Lintang. Cantika senang Lintang mengakui kekuatannya. Hanya dia tidak bisa menunjukan itu karena egonya masih terlalu besar.Trang! Trang! BUMM!Balada beradu senjata dengan senopati Darya menciptakan percikan energi terang yang menjadi sebuah ledakan besar.Brak!Keduanya terpental jauh menghantam tanah hingga berguling beberapa kali menciptakan siri
Balada terkejut mendengar semua mahluk lelembut bisa hidup kembali, dia terbelalak menyaksikan tubuh mereka perlahan terbentuk dari butiran debu halus.Hingga setelah beberapa saat, 3000 pasukan beserta para panglima yang tadi hancur kembali berdiri dengan senjata lengkap siap bertempur.“A-a—apa itu semacam sihir?” Ki Larang terbata.“Ti-tidak mungkin!” Balada, Jaka, wirusa, Balangbang, bagas, Nindhi dan ke tiga gadis lain menganga tidak percaya.“Ba-ba—bagaimana mereka melakukannya?” Balada terbata.“Itu bukan sihir, tapi energi regenerasi. Meski kanuragan mereka terbilang lemah, tapi mahluk lelembut mampu mengolah energi alam menjadi energi regenerasi sehingga mereka bisa memulihkan diri dengan sangat cepat, bahkan dari kematian sekali pun,” tutur Lintang.“Le-le—lemah gundulmu,” Balada menelan ludah.Begitu juga dengan Ki Larang dan semua orang. Mereka bingung entah harus bagaimana mengalahkan para lelembut jika mahluk tersebut memang tidak bisa mati.“Hihihihihi, setidaknya menur