Share

2. Tanaka

Auteur: Hakayi
last update Dernière mise à jour: 2022-06-21 04:05:57

Sa menyerahkan bayi itu ke tangan Laras. Laras bergegas meraih bayi itu dengan mata haru. Meskipun wajah bayi itu tampak buruk, seperti wajah yang sudah sembuh dari luka bakar yang parah hingga membentuk bekas sisik di kulitnya.

Sa dan Laras sudah lama menikah, namun selama itu mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Mungkin bayi itu akan membuat Laras senang dan bisa dijadikan pancingan agar mereka segera memiliki seorang anak yang lahir dari rahim Laras sendiri.

“Kita namai dengan nama apa bayi ini?” tanya Laras yang matanya masih berkaca-kaca.

“Bagaimana jika kita panggil dia dengan nama Tanaka?” jawab Sa.

“Tanaka?”

“Iya, Tanaka.” Sa menegaskan. “Yang memiliki arti hadiah dari Tuhan.”

Laras tersenyum mendengarnya. Pancaran kebahagiaannya tertangkap di mata Sa.

“Baiklah, dia akan kita panggil Tanaka,” ucap Laras.

Laras pun bergegas membawa bayi itu ke dalam rumahnya. Sa tersenyum memandangi punggung Laras yang tampak kegirangan memilikinya.

***

Istana Kerajaan Manggala tampak berbahagia di hari itu. Putra Mahkota telah dilahirkan. Kabar itu membuat seluruh penduduk istana bersuka ria. Ratu Anin yang masih belum sadarkan diri setelah melahirkan Putra Mahkota, sekarang tangannya bergerak-gerak, perlahan matanya terbuka. Raja Tala yang sedang menggendong Putra Mahkota di sisinya tampak lega melihat istrinya sudah tersadar.

Ratu Anin memandangi Raja Tala dengan haru.

“Aku ingin melihat anakku,” pinta Ratu Anin dengan lemah.

Raja Tala terenyum lalu memperlihatkan bayi lelakinya yang tampan itu pada istrinya.

“Dia sangat tampan bukan?” ucap Raja Tala sambil tersenyum.

Air mata harus Ratu Anin menetes ketika melihat wajah bayinya itu. Ratu Anin pun dibantu duduk oleh tabib istana. Dia ingin menggendong bayi itu dan segera menyusuinya. Melihat itu Raja Tala berdiri lalu bergegas meninggalkan ruangan itu.

Di depan pintu ruangan, Raja Tala berhenti melangkah sambil mendongak ke atas langit-langit istana.

“Maafkan aku istriku,” gumam Raja Tala.

Ya, dia telah menggantikan bayi sesungguhnya yang dilahirkan oleh Ratu Anin dengan bayi lain yang baru dilahirkan oleh penduduk. Raja Tala telah membuang anak kandungnya sendiri karena memiliki wajah buruk. Itu semua terjadi karena persekutuannya dengan Baluku sang Penguasa Iblis selama ini. Raja Tala meminta Baluku untuk membantunya berperang melawan kerajaan asing. Baluku memberi syarat agar raja Tala menyerahkan seratus gadis perawan padanya setelah dia berhasil memenangkan peperangan itu. Namun ketika Baluku berhasil membantunya memenangkan peperangan itu, Raja Tala mengingkari janjinya. Dia tidak menyerahkan 100 perawan padanya.

Baluku akhirnya mengutuknya, dia akan memiliki keturunan buruk rupa hingga tujuh keturuan. Awalnya Raja Tala tidak percaya Baluku dapat mengutuknya, ternyata ketika Putra Mahkota lahir, kutukan Baluku terjadi. Bayinya lahir dengan rupa menyeramkan.

Raja Tala pun meminta Tabib Istana untuk membuat Ratu Anin tidak sadarkan diri setelah melahirkan agar dia bisa mencari bayi pengganti untuk putra mahkota. Setelah Raja Tala mendapatkan pengganti bayi buruk rupanya, dia pun memerintahkan pengabdi istana untuk membawa anak itu jauh dari kerajaan Manggala. Raja Tala pun sudah menyiapkan harta benda untuk kehidupan anaknya yang buruk rupa itu.

Tak lama kemudian pintu terbuka. Pelayan istana terkejut mendapati Raja Tala masih berdiri di depan pintu. Pelayan langsung berlutut di hadapannya.

“Ampun, Yang Mulia. Yang Mulia Ratu meminta hamba untuk memanggil yang mulia,” ucap Pelayan istana itu padanya.

Raja Tala pun kembali masuk ke dalam ruangan itu. Dia melihat Ratu Anin baru selesai menyusui bayi itu. Raja Tala duduk di sisi ranjangnya.

“Ada apa istriku?” tanya Raja Tala dengan heran.

“Apakah kau sudah menyiapkan nama untuknya?” tanya Ratu Anin penasaran.

Raja Tala tersenyum padanya.

“Aku sudah bicara dengan para penasehat dan sudah mengajukan lima nama untuk Putra Mahkota. Akhirnya mereka menyetujui satu nama,” jawab Raja Tala.

“Apa namanya?” tanya Ratu Anin dengan raut bahagianya.

“Kita akan memanggil namanya dengan nama Abisena,” jawab Raja Tala.

Ratu Anin pun menatap bayi dalam gendongannya. Bayi itu tampak sudah terlelap. Dia mencium kening bayi itu dengan tersenyum.

“Hiduplah selalu Putra Mahkotaku. Kelak kerajaan ini akan jatuh ke tanganmu,” ucap Ratu Anin dengan haru.

Raja Tala memandanginya dengan tersenyum. Dia menyimpan semua kesalahannya pada istrinya. Dia akan menutupi itu semua selama-lamanya. Siapapun yang mengetahui itu dan membocorkannya pada sang ratu akan dihukumnya.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (2)
goodnovel comment avatar
IM Lebelan
Kasihan ibu Ratu
goodnovel comment avatar
ReniYuliani
keren bang
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   158. Akhir Kisah

    Bimala dan Pelayan Minun tampak gelisah menantikan Tabib Istana bersama tabib-tabib lain yang sedang membantu Sang Ratu untuk melahirkan itu. Akhirnya hari itu telah tiba. Sang Ratu pun tak bisa lagi menahannya karena waktu kelahiran anak keduanya itu telah tiba.Sementara Bimala dan Pelayan Minun belum mendapat kabar dari Tanaka. Mereka tidak tahu apakah Tanaka sudah berhasil atau belum membunuh Baluku hingga kutukan itu terlepas dan tidak akan dialami oleh bayi yang sedang berusaha dikeluarkan oleh para tabib itu.Tak lama kemudian terdengar suara tangisan bayi. Bimala dan Pelayan Minun tampak haru bercampur was-was. Mereka was-was jikalau bayi itu akan terlahir buruk rupa juga seperti Tanaka.“Oh anakku!” teriak Sang Ratu di dalam sana terlihat menangis haru.Bimala dan Pelayan Minun saling menatap dengan ragu.“Apakah bayi itu juga terlahir buruk rupa?” bisik Pelayan Minun dengan penasaran pada Bimala.“Aku tidak tahu, Bi,” jawab Bimala dengan berbisik juga.“Bimala, Pelayan Setia

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   157. Tanaka VS Baluku

    Baluku terbelalak ketika pulau yang menjadi tempatnya dikurung para dewa itu sudah dikelilingi kapal-kapal yang berisi pasukan dari Tanaka. Baluku kini berdiri di atas puncak batu karang yang paling tinggi. Matanya kini tertuju pada Tanaka yang berdiri gagah di samping Roh Panglima.“Kami sudah datang, Tuan Guru!” teriak Tanaka.Baluku kian geram mendengarnya.“Panglima dan prajurit-prajurit keparat! Kenapa kalian lebih setia pada muridku dibanding denganku yang sudah membangkitkan kalian dari alam roh hingga bisa hidup seperti manusia lagi?!!! Harusnya kalian berpihak padaku, bukan pada manusia buruk rupa itu!!!” teriak Baluku dengan geramnya.“Bukan kah Yang Mulia membangkitkan kami untuk setia pada Tuan Tanaka? Bukan pada Yang Mulia?” jawab Roh Panglima.Baluku kian geram mendengarnya. Baluku pun mengangkat tangannya. Seketika batu-batu kecil di atas permukaan karang itu terangkat lalu tak lama kemudian batu-batu kecil itu menyalakan api yang tampak panas.Tanaka dan Roh Panglima p

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   156. Tanaka VS Roh Hitam

    Pelayan Minun berteriak memanggil Bimala saat melihat Sang Ratu sedang kesakitan memegangi perutnya yang besar itu. Bimala bergegas datang dengan panik.“Yang Mulia!” ucap Bimala mendekat ke kasurnya. “Yang Mulia kenapa?”“Perutku sakit sekali, Bimala. Aku sepertinya hendak melahirkan.”Bimala dan Pelayang Minun pun panik mendengarnya.“Tolong panggilkan Tabib, Bi,” pinta Bimala dengan panik pada Pelayan Minun.“Baik, Nona.”Pelayan Minun pun bergegas keluar untuk memanggil Tabib. Bimala pun memegangi tangan Sang Ratu untuk menguatkannya.“Tunggu sebentar lagi, Yang Mulia. Sebentar lagi Tabib akan segera datang.”“Tapi bagaimana jika seandainya sekarang anak ini berhasil dilahirkan sementara Tanaka belum berhasil membunuh Baluku? Apakah kutukan itu akan menghilang jika setelah anak ini lahir, Tanaka baru bisa memusnahkan Baluku?” tanya Ratu dengan bingung sambil menahan sakit di perutnya.“Apapun yang terjadi, sekarang pikirkan saja kesehatan Yang Mulia Ratu dan anaknya nanti. Meskipu

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   155. Tanaka VS Karan

    “Bagaimana ini bisa terjadi?” tanya Jabali dengan terbelalak tak percaya melihat dirinya, Tanaka, Roh Panglima dan para awak kapal layarnya sedang dibawa terbang berputar mengelilingi tentara mereka yang tengah bertarung di atas lautan itu.“Inilah kemampuanku sekarang, Jabali,” ucap Tanaka.Tanaka pun memandangi Roh Panglima.“Kau hadapai Panglima Setan itu dan aku akan menghadapi murid baru Raja Iblis itu,” perinta Tanaka pada Roh Panglima.“Siap, Tuan Tanaka!”Roh Panglima pun langsung terbang melesat menuju Panglima Setan untuk menyerangnya. Panglima Setan pun terkejut melihat kedatangan Roh Panglima yang tengah melesat ke arahnya itu. Dia pun lansung meninggalkan Karan di atas kapal itu kemudian bertarung dengan Roh Panglima di atas lautan itu dengan jurus meringankan tubuhnya.Sementara Karan di atas kapalnya itu terbelalak ketika mendapati Tanaka kini sudah berada di hadapannya. Karan mundur ke belakang karena ketakutan melihat wajah Tanaka yang menghitam. Dia seperti baru itu

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   154. Perang Satu Perguruan

    Tiba-tiba awak kapal tampak terbelalak ketika melihat kapal-kapal layar seperti menghadang di hadapan sana.“Tuan, Panglima! Tuan, Panglima!” teriak awak kapal itu.Tanaka dan Roh Panglima yang sedang berada di sisi kapal itu pun menoleh pada awak kapal itu.“Ada apa?” tanya Roh Panglima heran.“Di hadapan sana seperti ada puluhan kapal menghadang, Tuan,” jawab awak kapal itu.Roh Panglima dan Tanaka pun bergegas berjalan ke ujung kapal. Mereka berdua terbelalak melihat kapal-kapal di hadapan.“Tahan layarnya!!!!” teriak Roh Panglima saat melihat pasukan Karan tengah menghadang di hadapan sana dengan sepuluh kapal layar berkarangnya.Seluruh awak kapal Pasukan Tanaka pun mengatur layarnya agar kapal-kapal mereka berhenti berlayar. Saat kapal-kapal pasukan Tanaka berhenti, Tanaka berjalan ke ujung kapal lalu memperhatikan kapal-kapal pasukan Karan itu dengan jelas. Roh Panglima berdiri di sebelahnya.“Apakah benar yang berdiri paling depan di kapal layar terdepan itu murid baru Raja Ba

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   153. Menuju Baluku

    “Yang Mulia Ratu! Yang Mulia Ratu!” teriak pelayan setianya memasuki ruangan kediamannya. Dia tampak heran tidak melihat ada Ratu di sana.Sesaat kemudian Ratu tampak datang dari belakangnya.“Kau mencariku?” tanya Ratu heran.Pelayan Minun menatap Ratu dengan lega.“Bimala sudah datang, Yang Mulia!” ucap Pelayan Minun dengan lega.Ratu pun sangat senang mendengarnya.“Di mana dia sekarang?”“Dia ada depan gerbang kediamanmu ini, Yang Mulia,” jawab Pelayan Minum.“Suruh dia masuk! Tadi kenapa aku tidak melihatnya,” perintah Ratu.“Baik, Yang Mulia.”Pelayan Minun pun bergegas keluar dari ruangan itu. Ratu pun duduk di tempat duduknya dengan tidak sabar. Dia ingin tahu banyak bagaimana kabar Tanaka darinya. Tak lama kemudian Pelayan Minun datang bersama Bimala. Bimala langsung bersimpuh di hadapannya.“Maafkan aku, Yang Mulia,” ucap Bimala sembari meneteskan air mata. “Aku telah meninggalkan istanamu tidak pamit langsung di hadapanmu.”“Kau tak perlu merasa bersalah, Bimala. Sekarang c

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   152. Karan

    Baluku berdiri di hadapan seorang lelaki yang sedang berlutut padanya. Lelaki yang dahulu tidak sengaja terdampar di sana karena perahu yang dia naiki terpaksa pecah tergulung ombak hingga dia terdampar dan diselamatkan Baluku di sana. Dia menatap lelaki itu dengan lekat, dengan wajah tegasnya.“Hari ini kau telah berhasil mendapatkan semua ilmu dariku!” ucap Baluku padanya. “Kau sendiri yang bersedia memilih untuk menjadi muridku daripada mati di tanganku! Aku tidak pernah memaksamu untuk datang ke pulauku ini. Perahumu lah yang karam dan membuatmu terdampar di sini!”“Baik, Guru!” ucap Pemuda yang bernama Karan.“Dan untuk bisa bebas dariku,” lanjut Baluku. “Kau harus mendapatkan Pedang Perak Cahaya Merah itu dari mantan Muridku si Buruk Rupa itu. Aku merasakan pedang itu sudah ada pada dirinya saat ini. Dia tengah berada di negeri Nusantara.”“Baik, Guru,” sahut Karan sekali lagi.Baluku pun menatap sebuah kapal setan yang di atasnya sudah berdiri seorang Panglima Setan, Nakoda dan

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   151. Gerbang Peri

    Kapal-kapal yang dinaiki Tanaka bersama kaum Sakwa itu pun akhirnya berlabuh di pelabuhan Nusantara. Roh panglima bersama prajuritnya langsung menyambut kedatangan mereka. Bimala sudah tidak sabar lagi untuk segera bertemu dengan Tanaka. Begitu pun Sakwa. Dia ingin meminta maaf pada kaumnya yang telah meninggalkan mereka di negeri raksasa itu.Saat Tanaka dan kaum sakwa itu turun dari kapal layar masing-masing. Bimala langsung berlari menuju Tanaka lalu memeluknya dengan erat.“Apakah kau berhasil mengembalikan batu permata itu pada Yang Mulia Raja Sujana?” tanya Bimala penasaran.“Batu permata itu ternyata untukku, Bimala,” jawab Tanaka.Bimala terkejut mendengarnya. “Untukmu?”“Iya,” jawab Tanaka. “Raja Sajuna menghadiahkannya padaku! Dia tahu aku hendak membunuh Raja Iblis itu. Katanya batu permata itu akan sepadang dengan kekuatan yang dimiliki raja Iblis itu.”Bimala senang mendengarnya. Kini dia semakin tenang karena Tanaka akan memiliki kekuatan lebih untuk melawan Baluku. Dia

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   150. Tanaka Kembali

    “Ampun Yang Mulia! Jika kami memiliki kesalahan dan dosa hingga Yang Mulia berkunjung ke tempat sederhana kami ini, kami rela dihukum, Yang Mulia!” ucap ayah Numi yang tampak ketakutan melihat kedatangan Raja Saka yang secara mendadak itu.Begitu pun dengan Numi dan Ibunya, mereka pun memohon-mohon ampun pada Raja Saka. Raja Saka yang melihat itu tampak tidak enak hati dan merasa bersalah.“Berdirilah,” pinta Raja Saka.“Ampun, Yang Mulia. Berdiri di hadapan Raja adalah dosa besar bagi kami yang hanya sebagai rakyat jelata. Itu akan membuat leluhur mengutuk kami. Biarkan kampi bersimpuh begini Yang Mulia.”Numi dan Ibunya pun kembali memohon-mohon ampun pada Raja Saka. Sekarang Raja Saka tampak kebingungan sendiri. Dia pun menatap Panglimanya. Pendekar Penggebrak Bumi itu tampak kebingung. Dia tidak mengerti soal urusan asamara itu. Saat Raja Saja menatap Bari, Bari pun tampak mengangkat kedua bahunya. Sementara para warga di sekitar rumah Numi itu masih tampak berlutut di tempat masi

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status