Home / Fantasi / Legenda Tongkat Semesta / Bab 5 Mutiara Awan Selatan

Share

Bab 5 Mutiara Awan Selatan

Author: Pujangga
last update Last Updated: 2025-10-19 20:43:46

Pagi hari tepat ketika mentari menyinari wajahnya, Lintang bangun membuka mata.

Hampir saja dia terjatuh dari tebing.

Kebiasaan menguap setelah tidur, Lintang tidak sadar akan menutup mulutnya dengan tangan, padahal saat itu kedua tangannya tengah berpegangan pada batu.

Setelah ingat dengan semua kejadian yang dialaminya kemarin, dia segera memanjat pintu goa dengan terus mengutuki Madu Lanang.

“Si berengsek itu benar-benar membiarkan aku tidur di bibir tebing, dasar pemuda tidak berhati.”

Lintang melangkah memasuki goa, matanya melebar saat mendapati di dalam goa, ruangan yang begitu luas dan terang.

Tidak seperti goa pada umumnya yang gelap dan dingin, ruang goa itu begitu terang dipenuhi cahaya kebiruan dari banyak jamur yang Lintang sendiripun tidak mengetahui entah jenis apa jamur tersebut.

Di pojok ruangan, air menetes dari langit-langit membentuk sebuah kolam kecil di dasar goa.

Lintang yang dari kemarin belum minum sedikit pun lantas berlari mendekati kolam, terlihat senyumnya begitu cerah saat merasakan betapa menyegarkannya air tersebut.

“Luar biasa, air di goa ini ternyata lebih segar dari pada air sungai, apa dia sering berada di sini?” tanpa sadar Lintang menjadi sedikit penasaran akan siapa pemuda mesum yang menolongnya itu.

Setelah masuk lebih dalam, akhirnya Lintang menemukan Limo yang masih terbaring di atas sebuah batu yang berbentuk seperti dipan.

Dia berlari mendekati Limo dan segera membangunkannya, “Hoi Limo, bangun, apa kau masih sakit?”

Merasa tidak mendapatkan respon setelah beberapa kali diguncangkan, Lintang menempelkan telinganya di dada Limo.

“Aneh, detak jantungnya telah kembali normal, tapi mengapa dia tidak mau bangun?” gumam Lintang tidak mengerti.

Baru saja dia akan menarik kembali kepalanya, Limo tiba-tiba dengan cepat mencengkram tubuh Lintang dan menjilati wajahnya.

“Hahaha, ternyata kau baik-baik saja, sudah aww.. sudah Limo, itu geli.” Seperti biasa Lintang akan meronta ketika Limo menjilatinya.

“Kwiiii, kwi, kwiiii…” Limo melompat kemudian menggesekan kepalanya ke wajah Lintang.

“Hahaha, iya, aku juga baik, kau yang membuatku khawatir bocah besar.” Lintang tertawa senang seraya mengelus kepala sahabatnya.

“Eh, dimana pemuda itu?”

Lintang baru sadar bahwa Madu Lanang sudah tidak lagi berada di sana, “Pemuda mesum yang aneh, dia menolong kita dan pergi begitu saja.”

Lintang masih saja mengumpati Madu Lanang sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk kembali keperguruan.

**

Pagi hari di luar gerbang perguruan Awan selatan, seorang gadis berparas cantik dengan rambut berwarna coklat kemerahan tengah menghajar 6 orang pemuda yang tidak lain adalah Bangga sora dan teman-temannya.

Gadis itu adalah Masayu Sri Kemuning, putri tunggal dari sesepuh perguruan, Ki Ageng Jagat yang dikenal dunia persilatan sebagai Malaikat Pedang.

Tidak ada seorangpun yang berani berurusan dengan Masayu, selain statusnya sebagai putri sesepuh, kanuragan yang dimilikinya juga begitu tinggi.

Dia merupakan satu dari enam murid inti yang menyandang julukan sebagai Mutiara Awan selatan.

Murid terbaik diantara semua murid, dialah murid paling berbakat di perguruan itu, rival kuat yang tidak pernah terkalahkan bagi Madu Lanang.

Masayu adalah gadis cantik yang ceria, sedikit centil dan berlaku baik pada semua murid, selain murid paling berbakat, dia juga sangat terkenal karena keindahan parasnya.

Tidak seperti biasanya, pagi itu Masayu begitu marah pada Bangga Sora dan kelima temannya.

“Cepat katakan, dimana keberadaan Lintang?” Bangga Sora hanya dapat meronta saat lehernya dicekik oleh putri sesepuh tersebut.

Sementara Silah, Asmaji, Tanwira, Suwarna dan Misantanu sudah babak belur terbaring tidak berdaya.

Sekuat apapun mereka berusaha melawan, mereka tetap tidak dapat menandingi kanuragan Masayu yang sudah mencapai pendekar awal tanding tahap menengah.

Bangga Sora terus mengelak bahwa mereka tidak mengetahui keberadan Lintang yang dipanggilnya sampah, “Be-be-benar Nyimas, a-aku su-sungguh tidak tahu.” Bangga Sora menjawab dengan terbata.

Tubuhnya gemetar hebat tidak kuasa menahan tekanan tenaga dalam dari Masayu, dia tidak berani berterus terang, karena jika gadis itu tahu Lintang hilang karena ulahnya, maka sudah dapat dipastikan mereka akan dihukum berat oleh para tetua perguruan.

Kesal tidak mendapatkan jawaban yang diinginkan, Masayu langsung menampar Bangga Sora hingga membuatnya terkapar tidak sadarkan diri.

Gadis itu kemudian berlalu meninggalkan mereka berjalan menuju Hutan Terlarang, “Dasar bodoh, kau selalu saja membuatku khawatir.” Gumam Masayu yang terlihat gelisah.

Dia melompat dari pohon kepohon lain dengan ilmu meringankan tubuh, sepanjang jalan Masayu terus mengumpati Lintang yang kini entah dimana rimbanya.

Satu hari sebelumnya, Gadis itu terkejut ketika mendapati semua murid di perguruan ribut karena tidak ada yang memasak.

Lintang merupakan juru masak satu-satunya bagi seluruh murid perguruan. Sementara guru dan para tetua, memiliki juru masak mereka sendiri.

Setiap hari, Lintang biasa memasak untuk 6000 murid di perguruan, setelah memasak, kebiasannya adalah berburu rusa sebagai makanan favoritnya.

Lintang begitu menyukai daging rusa dibanding makanan lain, untuk itu Lintang selalu menghabiskan waktu senggangnya didalam hutan.

Semalaman Masayu merasa khawatir dan ingin segera mencari Lintang, namun niatnya harus tertunda karena salah satu tetua perguruan mengajaknya berlatih tanding.

Baru setelah pagi dirinya bisa keluar, Masayu mencari dan menanyakan Lintang di berbagai tempat namun tetap tidak ditemukan.

Hatinya semakin gelisah ketika mendapati rombongan Bangga Sora baru saja keluar dari arah hutan tempat Lintang biasa berburu, mereka sedang berjalan menuju pintu gerbang perguruan.

Masayu tahu kelompok murid berandalan tersebut sangat tidak menyukai keberadaan Lintang.

Tanpa pikir panjang, Gadis itu langsung menyerang ke enam murid dalam tersebut dengan membabi buta seraya menanyakan kebereradaan Lintang.

Pertarungan berat sebelah pun terjadi, dimana kelompok Bangga Sora menang dalam jumlah.

Namun di hadapan Masayu, mereka tidak lebih seperti lalat kecil yang lemah, tidak butuh waktu lama kelompok Bangga Sora pun tumbang tidak sadarkan diri.

“Bodoh, bodoh, bodoh! kenapa dia selalu saja menolak untuk tinggal di kediaman Bopo, jika saja dia mau, para murid kurang ajar itu tidak akan lagi berani mengganggunya.” Masayu tidak berhenti mengumpati Lintang.

Gadis itu terus masuk ke dalam hutan menuju Hutan Terlarang yang sangat berbahaya, tetapi langkahnya terhenti saat melihat sekelebat bayangan yang melesat cepat menuju perguruan.

Merasa curiga, Masayu segera berbelok arah mengejar bayangan tersebut, dirinya mengerutkan kening ketika mendapati bayangan itu masuk ke dalam perguruan dengan melompati dinding benteng yang begitu tinggi.

“Tidak mungkin, apakah itu mata-mata dari perguruan lain?” ucapnya heran.

Tidak ada satupun murid yang mampu melakukan hal itu, dimana benteng perguruan Awan Selatan dirancang sangat tinggi sebagai lokasi yang tidak boleh dimasuki sembarang orang.

Masayu merasa harus segera melaporkan hal ini kepada para tetua, pencarian Lintang dengan berat hati Masayu tunda karena ada yang lebih penting.

Akan sangat berbahaya jika penyusup itu memiliki niat jahat, Masayu mempercepat laju larinya menuju pintu gerbang.

“Cepat buka gerbang!” pintanya pada para murid penjaga.

**

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 260 Pertolongan tak terduga

    Rahasia asal usul Limo memang masih menjadi misteri, tiada yang tahu entah dari alam mana dia berasal.Jangankan orang lain, Lintang sendiri-pun yang memungut dan merawatnya sedari kecil tidak tahu menahu entah dari mana Limo berasal.Dia menemukan beruang itu tengah terluka parah di kedalaman hutan terlarang di wilayah perguruan Awal Selatan tempo dulu.“Apa mungki …!” gumam Lintang.“Aku juga berpikir demikian kakang,” ungkap Anantari.Keduanya saling berpandangan sebelum berakhir menatap Limo secara bersamaan.“Hahaha, sudah kubilang serangan kita pasti berhasil, benar kan Limo!” seru Asgar senang menepuk punggung Limo dengan ujung ekornya.“Kwi, kwi, kwiii,” ungkap Limo menanggapi Asgar.“Hahaha, aku tahu, aku tahu,” kembali Asgar tertawa.Mereka terlalu awal merayakan kemenangan yang sejatinya belum mereka dapatkan, di saat Asgar dan Limo sedang tertawa, kemudian Lintang dan Anantari sedang berbalik memandangi Limo, gurita raksasa yang marah dengan cepat melancarkan 7 serangan en

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 259 Gurita Raksasa

    Seiring kemunculan 8 tentakel raksasa, gelombang air naik semakin besar membuat perahu yang di tumpangi Lintang terseret sejauh ratusan depa.Selanjutnya dari dalam air terdengar suara gauman sangat keras yang memekakkan telinga, hingga Lintang dan Anantari segera menutup telinganya menggunakan energi tenaga dalam.“Gumm, gummm!” suaranya begitu nyaring dan mengerikan.“Celaka, sepertinya dia hewan penjaga lain yang menghuni lautan,” ungkap Anantari.Sebelumnya memang Anantari telah menceritakan bahwa ada dua hewan penjaga dunia yang menghuni lautan, satu di antaranya ada kura-kura raksasa yang pernah mereka jumpai, dan satu lagi kemungkinan ini, hewan pemilik tentakel raksasa.“Sial, mengapa kita harus bertemu hewan seperti ini lagi,” umpat Asgar.“Kwii, Kwii, Kwii!” ungkap Limo.“Aku bukan penakut, berengssek! hanya saja ini akan sangat merepotkan.” bela Asgar, dia tidak mau kehilangan kewibawaan-nya di depan Limo.“Tidak kusangka ternyata dia berada disini, pantas saja tidak ada ya

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 258 Penjaga Laut Dalam

    Semburat Jingga mulai menyeruak di cakrawala pertanda pagi akan segera datang.Lintang bersama Anantari tengah berdiri berdampingan di geladak sebuah perahu layar di tengah lautan.Keduanya berangkat meninggalkan pulau Manarah sesaat setelah rembulan naik di atas kepala.“Kwii, kwii, kwii,” seekor beruang kecil berlari dari dalam kabin menghampiri mereka.“Hahaha, kesinilah Limo,” seru Lintang.“Dia jadi sangat lucu, kakang,” puji Anantari pada Limo.“Hahaha, kau benar, jika melihat wujudnya sekarang, aku selalu teringat saat pertama kali bertemu dengannnya di hutan terlarang perguruan Awan Selatan,” Lintang tertawa.“Kwii, Kwii, Kwii,” ujar Limo seraya naik keatas pundak Lintang.“Hahaha, aku tahu,” tanggap Lintang.Anantari hanya mengerutkan kening tidak mengerti entah apa maksud dari kata-kata yang Limo lontarkan.“Berapa lama kira-kira kita sampai di Kuil Teratai Putih, Kakang?” tanya Anantari.“Entahlah, sepertinya sekitar beberapa bulan,” jawab Lintang.Lintang memilih perjalana

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 257 Awal Baru Nagari Manarah

    Tidak ada yang tidak membelalakan mata saat melihat sosok kesatria Naga Gerbang Nirwana, termasuk Bawana.“Dia benar-benar layak menjadi seniorku, tidak kusangka kekuatan senior bisa jauh berkembang seperti itu hanya dalam waktu beberapa saat,” gumam Bawana terkagum.Saat pertempuran melawan pasukan iblis di wilayah gunung Merapi, Bawana memang tidak menyaksikan pertarungan Lintang karena dirinya tidak sadarkan diri setelah mendapatkan luka parah dari energi Anantari.Ki Cokro mematung tidak dapat berkata-kata, dia memandang Lintang layaknya seorang dewa, hatinya begitu bangga memiliki murid yang akan menjadi legenda.Dia percaya Lintang masih akan terus berkembang, andai Ki Ageng jagat masih hidup, orang tua itu juga pasti akan menangis haru mendapati Lintang telah mencapai apa yang menjadi harapannya.Beda Ki Cokro beda lagi dengan semua pendekar golongan hitam dan para pasukan kerajaan Manarah, nafas mereka tertahan menyaksikan Lintang.Keringat becucuran dan wajah tampak memucat,

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 256 Kekuatan Lintang

    Lintang dan dua panglima iblis bersaudara bertarung jauh di atas langit, dia melakukan itu karena tidak mau merusak kerajaan Manarah.Jika dia bertarung di daratan, maka tidak hanya kerajaan Manarah, semua orang yang ada di sana juga akan terancam bahaya.Maha Prabu Antareja menyaksikan pertarungan itu dengan perasaan harap-harap cemas, jika kedua panglima iblis yang menjadi pengawalnya kalah, maka habis sudah riwayat dirinya, dia sudah menyiapkan sebuah pisau kecil agar dirinya bisa langsung bunuh diri andai kedua panglimanya kalah.“Hahaha, kau memang sakti anak manusia, namun kesaktianmu tidak cukup untuk melawan kami,” Karpala tertawa, dia sesumbar menyombongkan kekuatan besarnya di hadapan Lintang.Sementara Gupala masih menimbang-nimbang sejauh mana kekuatan Lintang, dari tadi pemuda yang menjadi lawannya hanya bertahan saja dan tidak berbalik memberikan serangan. Membuat Gupala sedikit merasa risih, entah apa maksud dari kedatangannya kesini.Melawan dua panglima iblis yang sud

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 255 Akhir Pertarungan Bawana

    Bawana bertarung sengit dengan Ki Suta, meski kanuragan kakek tua itu tidak seberapa, namun jurus ilusinya sangat merepotkan.Dua kali Bawana tenggelam dalam ilusinya, saat ini dia sedang berada di dunia antah berantah yang di dalamnya terdapat banyak mahluk aneh berukuran besar.Memiliki kepala botak, dengan tubuh penuh bulu seperti kera, para mahluk itu tidak ada habisnya menyerang Bawana, dan yang paling sialnya, mereka tidak bisa di bunuh.Sekali mati, maka akan hidup lagi, lagi, dan lagi, membuat Bawana kewalahan dan hampir kehabisan energi.Jika Bawana tewas di dunia ilusi, maka akan tewas pula jiwanya, Bawana akan tamat selamanya, dia terus mencoba bertahan untuk menghemat energi.Di alam nyata, Ki Suta tertawa terbahak bahak mendapati musuhnya kembali terperangkap, bisa saja dia langsung membunuh Bawana dengan memenggal tubuh pisiknya, namun tidak dia lakukan karena ingin menyaksikan penderitaan lawan terlebih dahulu.“Dasar bodoh, tidak ada pendekar yang mampu menandingi ilus

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status