Home / Fantasi / Legenda Tongkat Semesta / Bab 6 Perguruan Awan Selatan

Share

Bab 6 Perguruan Awan Selatan

Author: Pujangga
last update Last Updated: 2025-10-19 20:44:32

Setibanya di Aula, Masayu segera menemui salah satu tetua yang bertanggung jawab atas ke amanan perguruan.

Seorang pria besar berkumis tebal yang bernama Daeng Lambada, dia adalah adik seperguruan ayahnya Ki Ageng Jagat.

Perguruan Awan Selatan terletak dipuncak sebuah gunung berapi yang sulit dijangkau oleh manusia biasa.

Memiliki pelataran yang luas dan tertata rapih layaknya kota raja, terbagi kedalam beberapa komplek kediaman yang terdiri dari komplek murid luar, Komplek murid dalam, Komplek murid inti, dan terakhir adalah komplek para guru dan tetua.

Karena terletak di ketinggian, perguruan Awan Selatan dibangun menyerupai sebuah candi raksasa, dimana setiap komplek didirikan di Undak yang berbeda.

Semakin atas posisi komplek maka akan semakin tinggi pula derajat seseorang di dalam perguruan.

Posisi paling atas disana adalah kediaman sesepuh, Ki Ageng Jagat yang merupakan ayah dari Masayu Sri Kemuning.

Keputusan sesepuh di perguruan Awan Selatan adalah mutlak, tidak dapat dibantah oleh siapapun di sana.

Hukum ditentukan oleh para tetua yang sebelumnya telah disepakati oleh Ki Ageng Jagat, untuk menjalankannya, dibentuk biro penghakiman yang terdiri dari beberapa murid dalam dan murid inti.

Setiap tingkatan murid memiliki tempat latihan yang berbeda, tempat itu berupa lapangan luas yang terdapat tidak jauh dari komplek kediaman mereka.

Terdapat aula besar yang berdiri kokoh ditengah komplek murid dalam, bangunan itu digunakan untuk menguji inti energi setiap murid baru yang akan masuk, dimana penerimaan murid baru akan dibuka sekali dalam setahun.

Inti energi seseorang akan dibedakan menjadi 3 kategori berdasarkan warna aura yang muncul ketika orang tersebut menyentuh batu mustika pengukur energi.

Dimulai dari warna hijau, biru dan merah, setiap inti energi akan menentukan bakat seseorang dalam mencapai tingkat kanuragan.

Calon murid yang memiliki inti energi berwarna hijau akan langsung diterima sebagai murid luar.

Selanjutnya calon murid yang memiliki inti energi berwarna biru akan langsung diterima masuk sebagai murid dalam.

Sementara calon murid yang memiliki inti energi berwarna merah, mereka akan langsung diterima dan masuk kedalam murid inti.

Sangat jarang sekali ada manusia yang memiliki inti energi berwarna merah, merekalah para jenius beladiri yang hanya lahir sekali dalam kurun waktu seratus tahun.

Sebuah keberuntungan bagi perguruan Awan Selatan memiliki lebih dari 4 murid jenius, dimana perguruan lain hanya memiliki 3 murid inti.

Namun siapapun akan diperbolehkan masuk kedalam murid inti jika mereka telah mencapai tingkat kanuragan tertentu dan lolos ujian yang diberikan para tetua.

Lintang sendiri masuk kedalam perguruan karena dibawa langsung oleh Ki Ageng Jagat, saat ditemukan, Lintang tengah terbaring lemas bersama satu orang lagi anak seusianya.

Seluruh desanya telah hancur berikut semua penghuninya, Lintang dibawa Ki Ageng Jagat karena permintaan putrinya Masayu Sri Kemuning yang waktu itu merasa kasihan melihat kondisi Lintang.

Seluruh tetua perguruan Awan Selatan awalnya tidak menerima Lintang tinggal di perguruan karena dia adalah anak cacat yang tidak memiliki inti energi.

Nama baik perguruan Awan Selatan pasti akan tercoreng jika keberadaan Lintang didengar oleh perguruan lain, itu akan menjatuhkan posisi Ki Ageng Jagat dalam aliansi Dewan Tertinggi.

Namun karena desakan putrinya dan juga merasa kasihan terhadap Lintang, Ki Ageng Jagat mengambil keputusan sepihak dimana Lintang akan diambilnya sebagai murid.

Semua tetua perguruan tidak lagi dapat berbuat banyak untuk menolak keputusan sesepuh mereka, akhirnya dengan berat hati, semua tetua menyetujui hal tersebut.

Mendengar sesepuh perguruan mengangkat seorang murid yang tidak memiliki inti energi, seluruh murid di sana merasa marah dan tidak terima.

Mereka merasa lebih layak menjadi murid langsung dari sesepuh dibandingkan seorang sampah yang tidak memiliki inti energi.

Dari sanalah awal mula Lintang selalu ditindas dan diperlakukan tidak layak oleh semua murid perguruan, termasuk para tetua.

Mereka memandang Lintang tidak lebih dari sampah yang selalu menjadi aib perguruan Awan Selatan.

Awalnya Lintang selalu berlatih kanuragan bersama Ki Ageng Jagat, namun setelah beberapa tahun berjalan, dia tetap tidak memiliki kemajuan.

Dari itu Lintang memutuskan untuk berhenti berlatih, dia merasa kecewa terhadap dirinya sendiri yang selalu mempermalukan gurunya dihadapan orang lain.

Ki Ageng Jagat sendiri sangat menyayangi Lintang layaknya putranya sendiri, tanpa lelah dia terus melatih Lintang.

Namun karena permintaan muridnya tersebut, Ki Ageng Jagat hanya bisa pasrah karena memang Lintang tidak berbakat dalam beladiri.

Ki Ageng Jagat meminta Lintang untuk tinggal di kediamannya agar tidak tertindas oleh para murid lain.

Tetapi dengan lembut Lintang menolak permintaannya dengan alasan ingin hidup mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.

Itu membuat Masayu Sri Kemuning kecewa, namun dia tidak dapat berbuat apa-apa karena hal tersebut sudah menjadi keputusan Lintang sendiri.

Kembali pada Masayu yang tengah melaporkan temuannya prihal bayangan yang diduga penyusup kepada tetua Daeng Lambada di aula perguruan.

“Begitulah paman, saya khawatir bayangan itu merupakan penyusup yang berniat jahat,” jelas Masayu Sri Kemuning.

“Kurang ajar! Tunggu di sini Nyimas, paman akan menemui Ki Cokro terlebih dahulu, tidak ada penyusup yang dapat lolos dari penglihatannya.” tukas tetua Daeng seraya berdiri dengan memikul pedang besar di pundaknya.

Tetua Daeng adalah pendekar pedang besar dengan senjata pedang sepanjang 2 depa, pedang tersebut merupakan pedang bermata tunggal yang memiliki bentuk sangat unik dengan gagang kepala ular.

Ujung pedang itu tidak runcing layaknya pedang pada umunya, tetapi melebar seperti mata kapak yang tajam.

Terdapat 6 tetua besar di perguruan Awan Selatan, salah satunya adalah Ki Cokro Danursela sebagai ahli segel dan ilusi.

Dialah yang membentengi perguruan Awan Selatan dengan kubah gaib agar tidak dapat dimasuki sembarang orang.

Siapapun yang masuk tanpa izin kedalam perguruan akan langsung ditemukan oleh Ki Cokro Danursela hingga oleh sebab itu, tetua Daeng langsung menemuinya.

Kediaman Ki Cokro Danursela terletak cukup jauh dari aula perguruan, yaitu diujung komplek kediaman tetua yang sangat dekat dengan dinding gerbang.

Butuh waktu sekitar 50 tarikan nafas bagi tetua Daeng untuk sampai disana dengan ilmu meringankan tubuhnya.

Ketika tiba, dia langsung menemui Ki Cokro untuk mengetahui siapa penyusup yang berani masuk perguruan Awan Selatan tanpa izin.

“Begitu rupanya, ayo kita lihat dalam cermin pusaka, siapapun yang melewati gerbang gaib akan terlihat jelas pada cerminku.” ucap Ki Cokro seraya membawa tetua Daeng kedalam ruangan khusus miliknya.

Ruangan itu terdapat dibawah tanah tempat kediaman Ki Cokro Danursela, melewati tangga rahasia, Keduanya berjalan menyusuri lorong yang menuju ruang pengintaian.

Terdapat berbagai pusaka dan barang bertuah di ruangan itu, seperti keris, tombak, altar pemujaan dan sebagainya.

Ada juga berbagai macam ramuan aneh yang tersimpan rapih dalam kendi, namun tetua Daeng tidak tertarik meliriknya, dia hanya fokus menatap cermin besar di tengah ruangan.

**

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 260 Pertolongan tak terduga

    Rahasia asal usul Limo memang masih menjadi misteri, tiada yang tahu entah dari alam mana dia berasal.Jangankan orang lain, Lintang sendiri-pun yang memungut dan merawatnya sedari kecil tidak tahu menahu entah dari mana Limo berasal.Dia menemukan beruang itu tengah terluka parah di kedalaman hutan terlarang di wilayah perguruan Awal Selatan tempo dulu.“Apa mungki …!” gumam Lintang.“Aku juga berpikir demikian kakang,” ungkap Anantari.Keduanya saling berpandangan sebelum berakhir menatap Limo secara bersamaan.“Hahaha, sudah kubilang serangan kita pasti berhasil, benar kan Limo!” seru Asgar senang menepuk punggung Limo dengan ujung ekornya.“Kwi, kwi, kwiii,” ungkap Limo menanggapi Asgar.“Hahaha, aku tahu, aku tahu,” kembali Asgar tertawa.Mereka terlalu awal merayakan kemenangan yang sejatinya belum mereka dapatkan, di saat Asgar dan Limo sedang tertawa, kemudian Lintang dan Anantari sedang berbalik memandangi Limo, gurita raksasa yang marah dengan cepat melancarkan 7 serangan en

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 259 Gurita Raksasa

    Seiring kemunculan 8 tentakel raksasa, gelombang air naik semakin besar membuat perahu yang di tumpangi Lintang terseret sejauh ratusan depa.Selanjutnya dari dalam air terdengar suara gauman sangat keras yang memekakkan telinga, hingga Lintang dan Anantari segera menutup telinganya menggunakan energi tenaga dalam.“Gumm, gummm!” suaranya begitu nyaring dan mengerikan.“Celaka, sepertinya dia hewan penjaga lain yang menghuni lautan,” ungkap Anantari.Sebelumnya memang Anantari telah menceritakan bahwa ada dua hewan penjaga dunia yang menghuni lautan, satu di antaranya ada kura-kura raksasa yang pernah mereka jumpai, dan satu lagi kemungkinan ini, hewan pemilik tentakel raksasa.“Sial, mengapa kita harus bertemu hewan seperti ini lagi,” umpat Asgar.“Kwii, Kwii, Kwii!” ungkap Limo.“Aku bukan penakut, berengssek! hanya saja ini akan sangat merepotkan.” bela Asgar, dia tidak mau kehilangan kewibawaan-nya di depan Limo.“Tidak kusangka ternyata dia berada disini, pantas saja tidak ada ya

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 258 Penjaga Laut Dalam

    Semburat Jingga mulai menyeruak di cakrawala pertanda pagi akan segera datang.Lintang bersama Anantari tengah berdiri berdampingan di geladak sebuah perahu layar di tengah lautan.Keduanya berangkat meninggalkan pulau Manarah sesaat setelah rembulan naik di atas kepala.“Kwii, kwii, kwii,” seekor beruang kecil berlari dari dalam kabin menghampiri mereka.“Hahaha, kesinilah Limo,” seru Lintang.“Dia jadi sangat lucu, kakang,” puji Anantari pada Limo.“Hahaha, kau benar, jika melihat wujudnya sekarang, aku selalu teringat saat pertama kali bertemu dengannnya di hutan terlarang perguruan Awan Selatan,” Lintang tertawa.“Kwii, Kwii, Kwii,” ujar Limo seraya naik keatas pundak Lintang.“Hahaha, aku tahu,” tanggap Lintang.Anantari hanya mengerutkan kening tidak mengerti entah apa maksud dari kata-kata yang Limo lontarkan.“Berapa lama kira-kira kita sampai di Kuil Teratai Putih, Kakang?” tanya Anantari.“Entahlah, sepertinya sekitar beberapa bulan,” jawab Lintang.Lintang memilih perjalana

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 257 Awal Baru Nagari Manarah

    Tidak ada yang tidak membelalakan mata saat melihat sosok kesatria Naga Gerbang Nirwana, termasuk Bawana.“Dia benar-benar layak menjadi seniorku, tidak kusangka kekuatan senior bisa jauh berkembang seperti itu hanya dalam waktu beberapa saat,” gumam Bawana terkagum.Saat pertempuran melawan pasukan iblis di wilayah gunung Merapi, Bawana memang tidak menyaksikan pertarungan Lintang karena dirinya tidak sadarkan diri setelah mendapatkan luka parah dari energi Anantari.Ki Cokro mematung tidak dapat berkata-kata, dia memandang Lintang layaknya seorang dewa, hatinya begitu bangga memiliki murid yang akan menjadi legenda.Dia percaya Lintang masih akan terus berkembang, andai Ki Ageng jagat masih hidup, orang tua itu juga pasti akan menangis haru mendapati Lintang telah mencapai apa yang menjadi harapannya.Beda Ki Cokro beda lagi dengan semua pendekar golongan hitam dan para pasukan kerajaan Manarah, nafas mereka tertahan menyaksikan Lintang.Keringat becucuran dan wajah tampak memucat,

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 256 Kekuatan Lintang

    Lintang dan dua panglima iblis bersaudara bertarung jauh di atas langit, dia melakukan itu karena tidak mau merusak kerajaan Manarah.Jika dia bertarung di daratan, maka tidak hanya kerajaan Manarah, semua orang yang ada di sana juga akan terancam bahaya.Maha Prabu Antareja menyaksikan pertarungan itu dengan perasaan harap-harap cemas, jika kedua panglima iblis yang menjadi pengawalnya kalah, maka habis sudah riwayat dirinya, dia sudah menyiapkan sebuah pisau kecil agar dirinya bisa langsung bunuh diri andai kedua panglimanya kalah.“Hahaha, kau memang sakti anak manusia, namun kesaktianmu tidak cukup untuk melawan kami,” Karpala tertawa, dia sesumbar menyombongkan kekuatan besarnya di hadapan Lintang.Sementara Gupala masih menimbang-nimbang sejauh mana kekuatan Lintang, dari tadi pemuda yang menjadi lawannya hanya bertahan saja dan tidak berbalik memberikan serangan. Membuat Gupala sedikit merasa risih, entah apa maksud dari kedatangannya kesini.Melawan dua panglima iblis yang sud

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 255 Akhir Pertarungan Bawana

    Bawana bertarung sengit dengan Ki Suta, meski kanuragan kakek tua itu tidak seberapa, namun jurus ilusinya sangat merepotkan.Dua kali Bawana tenggelam dalam ilusinya, saat ini dia sedang berada di dunia antah berantah yang di dalamnya terdapat banyak mahluk aneh berukuran besar.Memiliki kepala botak, dengan tubuh penuh bulu seperti kera, para mahluk itu tidak ada habisnya menyerang Bawana, dan yang paling sialnya, mereka tidak bisa di bunuh.Sekali mati, maka akan hidup lagi, lagi, dan lagi, membuat Bawana kewalahan dan hampir kehabisan energi.Jika Bawana tewas di dunia ilusi, maka akan tewas pula jiwanya, Bawana akan tamat selamanya, dia terus mencoba bertahan untuk menghemat energi.Di alam nyata, Ki Suta tertawa terbahak bahak mendapati musuhnya kembali terperangkap, bisa saja dia langsung membunuh Bawana dengan memenggal tubuh pisiknya, namun tidak dia lakukan karena ingin menyaksikan penderitaan lawan terlebih dahulu.“Dasar bodoh, tidak ada pendekar yang mampu menandingi ilus

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status