Home / Fantasi / Legenda Tongkat Semesta / Bab 8 Kekuatan Terpendam Bagian 2

Share

Bab 8 Kekuatan Terpendam Bagian 2

Author: Pujangga
last update Last Updated: 2025-10-29 19:55:30

Bagai berpindah tempat dalam waktu singkat, Lintang mampu berlari dari dasar tebing sampai ditempat dia bertemu Madu Lanang hanya dalam waktu 5 tarikan nafas, itupun berikut dengan membawa Limo dipunggungnya.

Pemuda itu tercengang bukan buatan “Tidak mungkin! pasti ada yang salah dengan tubuhku.”

Lintang benar-benar terkejut mendapati tubuhnya telah berkembang jauh melebihi manusia biasa, bahkan dia tidak tahu entah ada atau tidak pendekar yang dapat berlari secepat itu.

“Ouii Limo, apa saat ini aku tidak sedang bermimpi?” Lintang masih tidak percaya dengan apa yang di alaminya sekarang.

“Kwii, kwii kwiii.”

Limo memberi tahu Lintang bahwa ini sungguh kenyataan, dirinya bahkan masih erat memegang punggung Lintang karena takut terjatuh.

Pemuda itu sangat senang dirinya kini akan memiliki tujuan baru, yakni mimpi menjadi seorang pendekar  “Ayo Limo, kita pulang.” bibirnya melengkung membentuk senyuman.

Lintang melesat meninggalkan bukit tepi danau menuju perguruan, dia akan tetap merahasiakan kemanpuannya ini dari semua orang.

Lintang tidak ingin dirinya terkenal, dia lebih menyukai kehidupan sederhana ketika semua orang menganggapnya sebagai sampah.

Lintang berlari bagai bayangan melewati hutan tempat dirinya biasa berburu, dia bahkan mampu menyambar satu ekor rusa dalam waktu persekian tarikan nafas.

Kecepatannya sungguh luar biasa, tubuh Lintang mampu melesat membelah udara seakan dia bisa mengendalikan udara itu sendiri.

Lintang tidak menyadari bawah sejak dari hutan dirinya telah diikuti oleh seorang gadis cantik yang tidak lain adalah Masayu yang tengah mencarinya.

Pemuda itu terus berlari hingga sampai di dasar dinding yang membatasi wilayah perguruan.

Sebuah dinding batu yang sangat tinggi hingga tidak ada satupun murid yang mampu melewatinya.

Melihat dinding itu Lintang merasa tertantang dan ingin mencoba hal gila dengan melompati dinding tersebut untuk masuk kedalam perguruan.

Sejenak pemuda tersebut memejamkan mata berkonsentrasi mengalirkan enegi tubuhnya ketelapak kaki, selanjutnya dengan satu kali hentakan, tubuh Lintang meluncur tinggi melewati dinding batu.

Pembuluh darah Lintang nampak tegang ketika memandang ke arah bawah, ini kali pertamanya dia naik ke ketinggian.

Waktu seakan berhenti kala itu, Lintang masih tidak percaya dengang apa yang terjadi dengan tubuhnya, sejenak wajahnya berseri menampakan senyuman.

Namun tidak lama senyum itu kembali pudar ketika, tiba-tiba batu Jingga yang selama ini dia sembunyikan di balik sabuk kain pakaiannya menyala mengubah aliran energi tubuhnya menjadi tidak beraturan.

Lintang meluncur jatuh ke bawah dan mendarat keras menghantam tanah membuat dirinya beberapa kali terpental dan berakhir dibawah sebuah pohon.

Beruntung Limo saat itu masih sempat Lintang selamatkan dengan menjadikan tubuhnya sebagai bantalan.

Limo berhasil mendarat mulus tepat di atas Lintang ketika menyentuh tanah, sebelum tubuh pemuda itu berguling puluhan depan menghantam sebuah pohon.

Rusa yang dibawanya pun ikut terlempar dan jatuh di sebelah Lintang, pemuda itu perlahan kembali bangkit dengan wajah yang terlihat tegang.

Hampir saja dia celaka bersama Limo jatuh dari ketinggian, Lintang segera memeriksa tubuhnya memastikan semua masih lengkap tetap pada tempatnya.

Lintang mengerutkan kening ketika mendapati tubuhnya masih dalam keadaan baik, dia bahkan tidak terluka sedikitpun.

Setelah cukup yakin selanjutnya dia memeriksa Limo memastikan temannya apakah terluka atau tidak, Lintang sangat bersyukur ternyata Limo juga baik-baik saja.

Namun tidak seperti mereka, tubuh rusa yang dibawanya hancur menjadi empat bagian, Lintang terlihat mengedutkan sebelah matanya menyaksikan itu.

Beruntung nasibnya tidak sama dengan rusa tersebut, setelah cukup tenang, Lintang mengajak Limo segera pergi dengan membawa potongan tubuh rusa di pundaknya.

Akan sangat berbahaya jika ada orang lain yang datang ke sana sehingga Lintang buru-buru pergi menuju kediaman sesepuh agar tidak ada orang yang mencurigainya.

Ketika tiba, Lintang langsung memberi hormat pada Ki Ageng Jagat dan menyampaikan maksudnya untuk memasak rusa di dapurnya.

Ki Ageng Jagat hanya tersenyum, dia menanyakan kenapa pakaian Lintang begitu kotor, dengan tenang Lintang menjawab bahwa dirinya terjatuh ketika berburu rusa.

Ki Ageng Jagat selanjutnya pergi ke taman di belakang kediamannya, dia berpesan agar Lintang membawakan makannya ke sana.

Lintang pun dengan tenang menyiapkan masakan berniat membuat sup dari daging rusa, dia meminta Limo bermain di luar agar tidak mengganggunya.

Saat tengah asik memasak, tiba-tiba dari belakang terdengar suara yang sangat Lintang kenal memanggil namanya dengan begitu keras.

Lintang dapat merasakan ada pukulan yang datang mengarah tepat ke atas kepalanya.

Namun karena dirinya tahu siapa pemilik pukulan itu, Lintang memilih pasrah menerima kepalanya digetok oleh gadis cantik yang terlihat sangat kesal.

“Kau selalu saja membuat ku khawatir, dari mana saja seharian ini? dasar bodoh!” Masayu terus mengumpati Lintang yang saat ini masih meringis memegangi kepalanya.

Walau tidak terasa sakit, Lintang tetap harus berpura-pura bahwa itu seakan sakit, dia tidak ingin Masayu merasa curiga.

“A-a-aku …,” Lintang berniat menjawab dengan terbata, tetapi ucapannya terhenti saat Masayu dengan cepat memeluk tubuhnya erat.

Masayu masih tetap mengumpati Lintang tak karuan, selanjutnya gadis itu berlalu meninggalkan Lintang yang terlihat nampak bodoh.

Darah mendesir merangkak naik ke wajahnya, bibir bawah Lintang bergetar merasakan sensasi yang dia sendiri tidak mengerti.

Dia mematung menatap gadis cantik di depannya yang perlahan kian menghilang.

Lintang tersadar saat sup yang dimasaknya telah mendidih menciptakan gelembung yang mengeluarkan suara ketika meletup.

Sejenak Lintang menenangkan degub jantungnya terlebih dahulu, setelah itu dengan cepat dia mengangkat wajan sup dari tungku api.

Pemuda itu memasukan sup tersebut kedalam 4 mangkuk besar yang kemudian dibawanya ke tengah taman menggunakan nampan.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk Lintang sampai di gubuk tempat gurunya bersemedi.

“Guru, supnya sudah matang.” Lintang menemui Ki Ageng Jagat yang waktu itu tengah berbincang dengan Masayu, Limo juga berada di sana berbaring malas di atas lantai kayu.

Lintang membagikan mangkuk sup itu pada Ki Ageng Jagat, Masayu, dan juga Limo, satu lagi untuk dirinya sendiri.

“Selamat makan,” ucap Lintang seraya menyantap sup masakannya menggunakan sendok kayu.

“Hahaha, tidak ku sangka, bakatmu dalam memasak semakin berkembang, muridku.”

“Gadis manja inipun sudah tertinggal jauh dari mu,” sambung Ki Ageng Jagat memuji kemampuan Lintang.

“Bopo!”

Masayu merajuk mendapati ayahnya lebih memuji Lintang dari pada dirinya, namun jauh di dalam hati, gadis itu merasa bahagia karena Lintang mempunyai bakat yang dapat dibanggakan.

Ki Ageng Jagat dan Lintang tertawa bersamaan, membuat Masayu semakin merajuk dengan mengembungkan kedua pipinya.

Limo yang tidak mengerti hanya menatap mereka dengan pandangan aneh, selanjutnya beruang itu kembali menikmati sup miliknya dengan tenang.

Ki Ageng terlihat sangat menyayangi Lintang, ada harapan tersembunyi dibalik senyum kagumnya.

Tidak seperti kebanyakan orang, sejak awal Ki Ageng mampu merasakan sesuatu ke anehan di tubuh Lintang, namun sampai sekarang, dirinya masih belum tahu pasti entah apa yang membuatnya tertarik.

**

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 260 Pertolongan tak terduga

    Rahasia asal usul Limo memang masih menjadi misteri, tiada yang tahu entah dari alam mana dia berasal.Jangankan orang lain, Lintang sendiri-pun yang memungut dan merawatnya sedari kecil tidak tahu menahu entah dari mana Limo berasal.Dia menemukan beruang itu tengah terluka parah di kedalaman hutan terlarang di wilayah perguruan Awal Selatan tempo dulu.“Apa mungki …!” gumam Lintang.“Aku juga berpikir demikian kakang,” ungkap Anantari.Keduanya saling berpandangan sebelum berakhir menatap Limo secara bersamaan.“Hahaha, sudah kubilang serangan kita pasti berhasil, benar kan Limo!” seru Asgar senang menepuk punggung Limo dengan ujung ekornya.“Kwi, kwi, kwiii,” ungkap Limo menanggapi Asgar.“Hahaha, aku tahu, aku tahu,” kembali Asgar tertawa.Mereka terlalu awal merayakan kemenangan yang sejatinya belum mereka dapatkan, di saat Asgar dan Limo sedang tertawa, kemudian Lintang dan Anantari sedang berbalik memandangi Limo, gurita raksasa yang marah dengan cepat melancarkan 7 serangan en

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 259 Gurita Raksasa

    Seiring kemunculan 8 tentakel raksasa, gelombang air naik semakin besar membuat perahu yang di tumpangi Lintang terseret sejauh ratusan depa.Selanjutnya dari dalam air terdengar suara gauman sangat keras yang memekakkan telinga, hingga Lintang dan Anantari segera menutup telinganya menggunakan energi tenaga dalam.“Gumm, gummm!” suaranya begitu nyaring dan mengerikan.“Celaka, sepertinya dia hewan penjaga lain yang menghuni lautan,” ungkap Anantari.Sebelumnya memang Anantari telah menceritakan bahwa ada dua hewan penjaga dunia yang menghuni lautan, satu di antaranya ada kura-kura raksasa yang pernah mereka jumpai, dan satu lagi kemungkinan ini, hewan pemilik tentakel raksasa.“Sial, mengapa kita harus bertemu hewan seperti ini lagi,” umpat Asgar.“Kwii, Kwii, Kwii!” ungkap Limo.“Aku bukan penakut, berengssek! hanya saja ini akan sangat merepotkan.” bela Asgar, dia tidak mau kehilangan kewibawaan-nya di depan Limo.“Tidak kusangka ternyata dia berada disini, pantas saja tidak ada ya

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 258 Penjaga Laut Dalam

    Semburat Jingga mulai menyeruak di cakrawala pertanda pagi akan segera datang.Lintang bersama Anantari tengah berdiri berdampingan di geladak sebuah perahu layar di tengah lautan.Keduanya berangkat meninggalkan pulau Manarah sesaat setelah rembulan naik di atas kepala.“Kwii, kwii, kwii,” seekor beruang kecil berlari dari dalam kabin menghampiri mereka.“Hahaha, kesinilah Limo,” seru Lintang.“Dia jadi sangat lucu, kakang,” puji Anantari pada Limo.“Hahaha, kau benar, jika melihat wujudnya sekarang, aku selalu teringat saat pertama kali bertemu dengannnya di hutan terlarang perguruan Awan Selatan,” Lintang tertawa.“Kwii, Kwii, Kwii,” ujar Limo seraya naik keatas pundak Lintang.“Hahaha, aku tahu,” tanggap Lintang.Anantari hanya mengerutkan kening tidak mengerti entah apa maksud dari kata-kata yang Limo lontarkan.“Berapa lama kira-kira kita sampai di Kuil Teratai Putih, Kakang?” tanya Anantari.“Entahlah, sepertinya sekitar beberapa bulan,” jawab Lintang.Lintang memilih perjalana

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 257 Awal Baru Nagari Manarah

    Tidak ada yang tidak membelalakan mata saat melihat sosok kesatria Naga Gerbang Nirwana, termasuk Bawana.“Dia benar-benar layak menjadi seniorku, tidak kusangka kekuatan senior bisa jauh berkembang seperti itu hanya dalam waktu beberapa saat,” gumam Bawana terkagum.Saat pertempuran melawan pasukan iblis di wilayah gunung Merapi, Bawana memang tidak menyaksikan pertarungan Lintang karena dirinya tidak sadarkan diri setelah mendapatkan luka parah dari energi Anantari.Ki Cokro mematung tidak dapat berkata-kata, dia memandang Lintang layaknya seorang dewa, hatinya begitu bangga memiliki murid yang akan menjadi legenda.Dia percaya Lintang masih akan terus berkembang, andai Ki Ageng jagat masih hidup, orang tua itu juga pasti akan menangis haru mendapati Lintang telah mencapai apa yang menjadi harapannya.Beda Ki Cokro beda lagi dengan semua pendekar golongan hitam dan para pasukan kerajaan Manarah, nafas mereka tertahan menyaksikan Lintang.Keringat becucuran dan wajah tampak memucat,

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 256 Kekuatan Lintang

    Lintang dan dua panglima iblis bersaudara bertarung jauh di atas langit, dia melakukan itu karena tidak mau merusak kerajaan Manarah.Jika dia bertarung di daratan, maka tidak hanya kerajaan Manarah, semua orang yang ada di sana juga akan terancam bahaya.Maha Prabu Antareja menyaksikan pertarungan itu dengan perasaan harap-harap cemas, jika kedua panglima iblis yang menjadi pengawalnya kalah, maka habis sudah riwayat dirinya, dia sudah menyiapkan sebuah pisau kecil agar dirinya bisa langsung bunuh diri andai kedua panglimanya kalah.“Hahaha, kau memang sakti anak manusia, namun kesaktianmu tidak cukup untuk melawan kami,” Karpala tertawa, dia sesumbar menyombongkan kekuatan besarnya di hadapan Lintang.Sementara Gupala masih menimbang-nimbang sejauh mana kekuatan Lintang, dari tadi pemuda yang menjadi lawannya hanya bertahan saja dan tidak berbalik memberikan serangan. Membuat Gupala sedikit merasa risih, entah apa maksud dari kedatangannya kesini.Melawan dua panglima iblis yang sud

  • Legenda Tongkat Semesta   Bab 255 Akhir Pertarungan Bawana

    Bawana bertarung sengit dengan Ki Suta, meski kanuragan kakek tua itu tidak seberapa, namun jurus ilusinya sangat merepotkan.Dua kali Bawana tenggelam dalam ilusinya, saat ini dia sedang berada di dunia antah berantah yang di dalamnya terdapat banyak mahluk aneh berukuran besar.Memiliki kepala botak, dengan tubuh penuh bulu seperti kera, para mahluk itu tidak ada habisnya menyerang Bawana, dan yang paling sialnya, mereka tidak bisa di bunuh.Sekali mati, maka akan hidup lagi, lagi, dan lagi, membuat Bawana kewalahan dan hampir kehabisan energi.Jika Bawana tewas di dunia ilusi, maka akan tewas pula jiwanya, Bawana akan tamat selamanya, dia terus mencoba bertahan untuk menghemat energi.Di alam nyata, Ki Suta tertawa terbahak bahak mendapati musuhnya kembali terperangkap, bisa saja dia langsung membunuh Bawana dengan memenggal tubuh pisiknya, namun tidak dia lakukan karena ingin menyaksikan penderitaan lawan terlebih dahulu.“Dasar bodoh, tidak ada pendekar yang mampu menandingi ilus

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status