ログインBagai berpindah tempat dalam waktu singkat, Lintang mampu berlari dari dasar tebing sampai ditempat dia bertemu Madu Lanang hanya dalam waktu 5 tarikan nafas, itupun berikut dengan membawa Limo dipunggungnya.
Pemuda itu tercengang bukan buatan “Tidak mungkin! pasti ada yang salah dengan tubuhku.”
Lintang benar-benar terkejut mendapati tubuhnya telah berkembang jauh melebihi manusia biasa, bahkan dia tidak tahu entah ada atau tidak pendekar yang dapat berlari secepat itu.
“Ouii Limo, apa saat ini aku tidak sedang bermimpi?” Lintang masih tidak percaya dengan apa yang di alaminya sekarang.
“Kwii, kwii kwiii.”
Limo memberi tahu Lintang bahwa ini sungguh kenyataan, dirinya bahkan masih erat memegang punggung Lintang karena takut terjatuh.
Pemuda itu sangat senang dirinya kini akan memiliki tujuan baru, yakni mimpi menjadi seorang pendekar “Ayo Limo, kita pulang.” bibirnya melengkung membentuk senyuman.
Lintang melesat meninggalkan bukit tepi danau menuju perguruan, dia akan tetap merahasiakan kemanpuannya ini dari semua orang.
Lintang tidak ingin dirinya terkenal, dia lebih menyukai kehidupan sederhana ketika semua orang menganggapnya sebagai sampah.
Lintang berlari bagai bayangan melewati hutan tempat dirinya biasa berburu, dia bahkan mampu menyambar satu ekor rusa dalam waktu persekian tarikan nafas.
Kecepatannya sungguh luar biasa, tubuh Lintang mampu melesat membelah udara seakan dia bisa mengendalikan udara itu sendiri.
Lintang tidak menyadari bawah sejak dari hutan dirinya telah diikuti oleh seorang gadis cantik yang tidak lain adalah Masayu yang tengah mencarinya.
Pemuda itu terus berlari hingga sampai di dasar dinding yang membatasi wilayah perguruan.
Sebuah dinding batu yang sangat tinggi hingga tidak ada satupun murid yang mampu melewatinya.
Melihat dinding itu Lintang merasa tertantang dan ingin mencoba hal gila dengan melompati dinding tersebut untuk masuk kedalam perguruan.
Sejenak pemuda tersebut memejamkan mata berkonsentrasi mengalirkan enegi tubuhnya ketelapak kaki, selanjutnya dengan satu kali hentakan, tubuh Lintang meluncur tinggi melewati dinding batu.
Pembuluh darah Lintang nampak tegang ketika memandang ke arah bawah, ini kali pertamanya dia naik ke ketinggian.
Waktu seakan berhenti kala itu, Lintang masih tidak percaya dengang apa yang terjadi dengan tubuhnya, sejenak wajahnya berseri menampakan senyuman.
Namun tidak lama senyum itu kembali pudar ketika, tiba-tiba batu Jingga yang selama ini dia sembunyikan di balik sabuk kain pakaiannya menyala mengubah aliran energi tubuhnya menjadi tidak beraturan.
Lintang meluncur jatuh ke bawah dan mendarat keras menghantam tanah membuat dirinya beberapa kali terpental dan berakhir dibawah sebuah pohon.
Beruntung Limo saat itu masih sempat Lintang selamatkan dengan menjadikan tubuhnya sebagai bantalan.
Limo berhasil mendarat mulus tepat di atas Lintang ketika menyentuh tanah, sebelum tubuh pemuda itu berguling puluhan depan menghantam sebuah pohon.
Rusa yang dibawanya pun ikut terlempar dan jatuh di sebelah Lintang, pemuda itu perlahan kembali bangkit dengan wajah yang terlihat tegang.
Hampir saja dia celaka bersama Limo jatuh dari ketinggian, Lintang segera memeriksa tubuhnya memastikan semua masih lengkap tetap pada tempatnya.
Lintang mengerutkan kening ketika mendapati tubuhnya masih dalam keadaan baik, dia bahkan tidak terluka sedikitpun.
Setelah cukup yakin selanjutnya dia memeriksa Limo memastikan temannya apakah terluka atau tidak, Lintang sangat bersyukur ternyata Limo juga baik-baik saja.
Namun tidak seperti mereka, tubuh rusa yang dibawanya hancur menjadi empat bagian, Lintang terlihat mengedutkan sebelah matanya menyaksikan itu.
Beruntung nasibnya tidak sama dengan rusa tersebut, setelah cukup tenang, Lintang mengajak Limo segera pergi dengan membawa potongan tubuh rusa di pundaknya.
Akan sangat berbahaya jika ada orang lain yang datang ke sana sehingga Lintang buru-buru pergi menuju kediaman sesepuh agar tidak ada orang yang mencurigainya.
Ketika tiba, Lintang langsung memberi hormat pada Ki Ageng Jagat dan menyampaikan maksudnya untuk memasak rusa di dapurnya.
Ki Ageng Jagat hanya tersenyum, dia menanyakan kenapa pakaian Lintang begitu kotor, dengan tenang Lintang menjawab bahwa dirinya terjatuh ketika berburu rusa.
Ki Ageng Jagat selanjutnya pergi ke taman di belakang kediamannya, dia berpesan agar Lintang membawakan makannya ke sana.
Lintang pun dengan tenang menyiapkan masakan berniat membuat sup dari daging rusa, dia meminta Limo bermain di luar agar tidak mengganggunya.
Saat tengah asik memasak, tiba-tiba dari belakang terdengar suara yang sangat Lintang kenal memanggil namanya dengan begitu keras.
Lintang dapat merasakan ada pukulan yang datang mengarah tepat ke atas kepalanya.
Namun karena dirinya tahu siapa pemilik pukulan itu, Lintang memilih pasrah menerima kepalanya digetok oleh gadis cantik yang terlihat sangat kesal.
“Kau selalu saja membuat ku khawatir, dari mana saja seharian ini? dasar bodoh!” Masayu terus mengumpati Lintang yang saat ini masih meringis memegangi kepalanya.
Walau tidak terasa sakit, Lintang tetap harus berpura-pura bahwa itu seakan sakit, dia tidak ingin Masayu merasa curiga.
“A-a-aku …,” Lintang berniat menjawab dengan terbata, tetapi ucapannya terhenti saat Masayu dengan cepat memeluk tubuhnya erat.
Masayu masih tetap mengumpati Lintang tak karuan, selanjutnya gadis itu berlalu meninggalkan Lintang yang terlihat nampak bodoh.
Darah mendesir merangkak naik ke wajahnya, bibir bawah Lintang bergetar merasakan sensasi yang dia sendiri tidak mengerti.
Dia mematung menatap gadis cantik di depannya yang perlahan kian menghilang.
Lintang tersadar saat sup yang dimasaknya telah mendidih menciptakan gelembung yang mengeluarkan suara ketika meletup.
Sejenak Lintang menenangkan degub jantungnya terlebih dahulu, setelah itu dengan cepat dia mengangkat wajan sup dari tungku api.
Pemuda itu memasukan sup tersebut kedalam 4 mangkuk besar yang kemudian dibawanya ke tengah taman menggunakan nampan.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk Lintang sampai di gubuk tempat gurunya bersemedi.
“Guru, supnya sudah matang.” Lintang menemui Ki Ageng Jagat yang waktu itu tengah berbincang dengan Masayu, Limo juga berada di sana berbaring malas di atas lantai kayu.
Lintang membagikan mangkuk sup itu pada Ki Ageng Jagat, Masayu, dan juga Limo, satu lagi untuk dirinya sendiri.
“Selamat makan,” ucap Lintang seraya menyantap sup masakannya menggunakan sendok kayu.
“Hahaha, tidak ku sangka, bakatmu dalam memasak semakin berkembang, muridku.”
“Gadis manja inipun sudah tertinggal jauh dari mu,” sambung Ki Ageng Jagat memuji kemampuan Lintang.
“Bopo!”
Masayu merajuk mendapati ayahnya lebih memuji Lintang dari pada dirinya, namun jauh di dalam hati, gadis itu merasa bahagia karena Lintang mempunyai bakat yang dapat dibanggakan.
Ki Ageng Jagat dan Lintang tertawa bersamaan, membuat Masayu semakin merajuk dengan mengembungkan kedua pipinya.
Limo yang tidak mengerti hanya menatap mereka dengan pandangan aneh, selanjutnya beruang itu kembali menikmati sup miliknya dengan tenang.
Ki Ageng terlihat sangat menyayangi Lintang, ada harapan tersembunyi dibalik senyum kagumnya.
Tidak seperti kebanyakan orang, sejak awal Ki Ageng mampu merasakan sesuatu ke anehan di tubuh Lintang, namun sampai sekarang, dirinya masih belum tahu pasti entah apa yang membuatnya tertarik.
**
Masayu dan Bangga Sora mengutuki perbuatan Suwarna, dimana dia salah memilih meminjamkan pedang.Begitu juga Madu Ladang, dia merasa pemuda aneh itu tengah dalam bahaya dimana serangan gadis sinis itu memiliki niat membunuh.Lintang masih berusaha mencabut pedang, dia bingung kenapa pedang tersebut sangat susah dicabut.Lintang membungkuk menjepit ujung sarung pedang dengan kedua kakinya, kedua tangannya kuat menggenggam gagang.Menggunakan aliran pernafasan, pemuda itu menarik gagang pedang sekuat tenaga, berharap pedang itu akan tercabut.Kecepatan gadis yang menjadi lawannya sangat luar biasa, gerakannya hampir tidak terlihat oleh orang lain.Saat ujung pedang gadis itu sedikit lagi akan mengenai kepala Lintang, pemuda itu berteriak kencang, “Keluarlah! Pedang sialan.”Hal mengejutkan pun terjadi, semua penonton menganga menyaksikan itu, Suwarna membuka mata lebar tidak percaya.Misantanu, Silah dan Tanwiara juga demikian, mereka tidak pernah melihat hal yang semacam ini seumur hid
Para murid perguruan tapak putih juga terkejut melihat Lintang di atas arena, mereka tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.“Dia, mengapa pemuda itu masih hidup?”“Bukankah, malam itu dia tertangkap?”“Tidak mungkin!”“Dia sangat beruntung.”Banyak komentar yang terlontar dari murid perguruan Tapak Putih, mereka menggeleng mengagumi keberuntungan Lintang.Di bangku penonton lain, seorang gadis sangat cantik terlihat membuang muka ketika melihat Lintang.“Pemuda bodoh,” ucaknya ketus, dia sangat kesal melihat pemuda itu.Berikut semua temannya sesama murid perguruan es abadi, mata mereka berkilat menunjukan nafsu membunuh kepada Lintang.Lintang melambai ke arah Limo, entah apa yang dimaksudnya, kemungkinan dia mengisyaratkan, selamat bertemu di ruang perawatan.Para murid perguruan awan selatan semakin riuh melihat tingkah Lintang, mereka berteriak keras mengungkapkan kekesalannya.“Bunuh, bunuh, bunuh!”“Bunuh!”“Bunuh!”“Jangan bairkan si sampah itu lolos!”“Bunuh, Dia!”Gong tan
Seleksi murid digelar dengan begitu meriah, dari sekian banyak murid awan selatan, hanya 2000 orang saja yang mendaftar sebagai peserta.Mereka dibagi menjadi 20 kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 100 orang, selanjutnya setiap perserta dalam satu kelompok ditarungkan secara bebas dalam satu arena hingga tersisa 40 orang.Bangga Sora tentu saja lolos dalam tahap penyisihan ini, berikut ke-lima temannya, mereka dengan mudah menghajar peserta lain hingga menyisakan 40 orang.Selanjutnya mereka akan memasuki seleksi tahap ke-2, dimana setiap peserta yang lolos, akan ditarungkan satu lawan satu dengan peserta dari kelompok lain.Seleksi terdiri dari 3 tahap, dimana setiap tahapnya memiliki kesulitan tersendiri, dari 2000 peserta pendaftar, kini hanya tersisa 400 orang lagi yang akan memasuki tahap ke-3.Tahap ke-3 dalam seleksi murid adalah ujian mental, dimana setiap peserta akan memasuki ruangan yang dipenuhi serbuk ilusi.Ruangan itu akan menampilkan ketakutan sejati dari set
Saat semua orang ramai membicarakan kecantikan rembulan pulau es, Lintang bersama Limo lebih memilih berjalan jalan ke dalam hutan, tempat dimana dia biasa berburu.Lintang sudah tidak lagi bekerja di dapur, kini sudah ada banyak orang yang menggantikan tugasnya.“Awas Limo, kau menghalangi jalanku,”“Braaack …..”“Ah, sial, buruan kita lepas lagi,”Lintang mengumpat panjang pendek, sudah 3 kali dia gagal menangkap buruannya.“Ayo Limo, kita pulang, mungkin bukan hari keberuntungan kita” Ajak Lintang kepada beruang hitam.Tidak peduli dia pendekar atau bukan, jika memang tidak beruntung, maka seekor rusa pun sulit untuk di tangkapnya.Mereka berdua akhirnya melenggang meningggalkan hutan, Lintang mengambil batang pohon kayu besar untuk dibawanya pulang sebagai kayu bakar.Entah ini berupa kesialan mereka yang belum habis atau memang nasib mereka hari ini benar-benar sial, tepat ketika Lintang dan Limo telah hampir keluar hutan, mereka dikejutkan dengan kehadiran kelompok Bangga Sora y
Namun yang membuat dia terkejut adalah beruang gendut, hewan itu memiliki perkembangan kekuatan jauh melampaui muridnya.Sedikitpun dia tidak mengira bahwa beruang yang selama ini dipelihara Lintang adalah salah satu dari hewan siluman.Entah dimana pemuda itu menemukan Limo, Ki Cokro yakin Limo bukan berasal dari alam manusia.Satu hari berlalu, Ki Cokro telah sampai di perguruan, dia membawa Lintang ke kediaman Ki Ageng.Seharian Lintang tidak sadarkan diri, tubuhnya benar-benar kehabisan energi. Masayu menyambut Ki Cokro dengan bahagia.Setelah dua bulan akhirnya dia dapat bertemu lagi dengan Lintang, namun dia kesal Lintang pulang dengan keadaan pingsan.“Dasar tidak berguna, dia begitu senang membuat aku khawatir.” Masayu mengumpati Lintang yang kini sudah terbaring di salah satu ruangan di kediaman ayahnya.“Bagaimana perkembangannya,” tanya Ki ageng kepada sahabatnya.“Hahaha, dia pemuda yang luar biasa, aku beberapa kali dibuat terkejut olehnya.” jelas Ki Cokro seraya tertawa,
Limo langsung melompat memanjat dahanan pohon memburu tupai besar tersebut, setiap hari berburu di hutan itu membuat tubuhnya berkembang secara cepat.Lintang masih berdiri bertanya-tanya hutan apa yang dia masuki sekarang? Kenapa pepohonan dan binatang disini begitu besar?Dia merasa hutan ini benar-benar aneh, dia berpikir bagaimana cara Limo berburu di hutan ini? dia tidak menyangka Limo juga ternyata ikut melatih tubuhnya disaat dirinya tengah berguru kanuragan.Lintang tidak sadar bahwa sekarang Limo sudah mulai berburu dan meninggalkannya jauh menuju puncak pohon.Saat menoleh ke arah kiri, Lintang baru kaget Limo sudah tidak berada disana, dia segera mengedarkan pandangannya mencari keberadaan anak beruang besar tersebut.Hampir saja jantungnya copot ketika tiba-tiba sebuah benda besar jatuh tepat di depan wajahnya, Lintang segera melompat mundur, memasang posisi siaga.“Apa yang ….” Perkataannya terpotong saat yang dilihat di depannya tersebut adalah bangkai tupai yang tadi di







