-Kedermawanan Gadis Berhati Salju- (8)Sebuah WA masuk dari Santa.[Alhamdulillah. Semoga terus Allah sehatkan, ya.] balas Alqi.[Papa mau kenal kamu lebih jauh, Bang. Mama juga. Maukah kamu nanti datang sekali lagi menjenguk Papa?]----Seketika Alqi tertegun. Sebuah tawaran baik. Bersilaturahmi. Alqi mencoba tak ingin punya penilaian berlebihan. Tapi di sisi lain ada tanya dalam benaknya. Apakah keluarga Santa mengira ia memiliki hubungan khusus dengan Santa? Jika, ya, Alqi merasa tak perlu datang, karena akan semakin sulit menghindar dan akan menyakiti Santa nantinya. Ia tak hendak ingin menjalin hubungan dekat dengan perempuan manapun saat ini.Ia lelaki yang punya prinsip tak pacaran, tak dekat dengan wanita manapun. Ia begitu menghormati wanita, memacarinya artinya adalah menjatuhkan martabatnya sebagai seorang wanita.Ia ingat pesan Ustadz Ibrahim yang sering berceramah di masjid Salman, kampusnya, laki-laki baik-baik tak akan memacari perempuan manapun. Berdekatan dengan lawan
-Fatya, Mahasiswi Kedokteran UI-'Aku harus fokus mencari jalan keluar untuk membayar biaya Ayah,' bisiknya.Ia melangkah pergi ke toilet rumah sakit, membersihkan diri, berganti pakaian, lalu beranjak ke mushala rumah sakit. Berwudlu dan melaksanakan shalat sunnah berakaat-rakaat. Alqi mencari tenang dari kegundahan yang merajai hatinya.***ajSeusai shalat dan bermunajat pada Allah memohon diberi kemudahan hidup dan perlindungan, Alqi merenung. Ia masih terus berpikir bagaimana mengganti uang Fatya. Karena tak ada perjanjian hutang piutang antara keluarganya dengan Fatya. Artinya uang talangan dari Fatya harus segera dibayar. Annisa, adiknya juga tadi sempat memintanya untuk berbicara pada Fatya soal pembayaran rumah sakit yang ditalanginya.Alqi mendesah resah, menghembuskan napas berkali-kali. Dalam rekeningnya hanya ada delapan juta. Mungkin juga akan habis untuk biaya perawatan ayahnya dan obat-obatan. Gontai ia berjalan menuruni tangga masjid. Duduk di bangku-bangku taman ruma
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 11-Ditemui Santa dan Menjemput Fatya-Alqi jadi penasaran, beberapa kali Nida menyebut wanita yang sellau memasang fotonya di facebook. siapa sebenarnya?“Bang Alqi!” Seseorang menyebut namanya di depan pintu. Terlihat Sri dibelakangnya.--Alqi terpegun, di depannya sudah ada Santa. Santa terpaku menatap Alqi, ada kilatan bening di matanya. “Santa …?” Al terbangun, kaget. Ia segera keluar kamar. Meminta asistennya melanjutkan sisa pekerjaanya pada laptop yang sedikit lagi selesai.Alqi melangkah mengajak Santa menuju teras rumah. Ia mempersilahkan Santa duduk. “Kemana saja kamu selama ini, Bang?” tanya Santa to the point setelah ia duduk. Alqi tak langsung menjawab. Tatapannya tertuju pada bunga-bunga taman di hadapannya.“Maaf, ya, Santa. Saya sudah lama nggak menghubungi kamu.”“Bukan cuma nggak menghubungi, Bang. Tapi juga nggak pernah menjawab WA-WA dari saya, panggilan telepon dari saya!”Santa nampak emosional.“Apa susahnya, sih, Bang, se
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 12-Dua Hati yang Menjaga-“Subhanallah.” Itu saja yang keluar dari bibir Alqi.Nida menunggu jawaban selanjutnya abangnya.“Bang? Kok diem, bisa nggak?”“Ihh, Abang, nih, nanti Kak Fatya keburu disamber orang jahat. Eh Astaghfirullahaladzim. Aduh, Bang buruan jawab bisa nggak. Kasihan dianya.”Alqi menatap jam, pukul setengah delapan malam. Ia ragu karena belum pernah menjemput perempuan, terlebih yang bukan muhrim, dan Fatya tidak memintanya langsung. Alqi sangat sungkan. Kemudian ia mengingat kembali banyak kebaikan Fatya untuk keluarganya. Alqi hanya bingung bagaimana jika nanti hanya bergoncengan berdua ditambah motornya adalah motor butut.“Dek, dia beneran minta dijemput? Gimana kalau dia nggak mau dijemput Abang. Dia ‘kan sangat menjaga diri. Gimana kalau sekarang sudah ada temannya yang jemput?“Bang, orang dia aja bikin status, nyari-nyari kendaraan atau orang yang mau ngjemput dia nggak ada.”“Sama sekali nggak ada kendaraan di sana, Nida?”
-Kebaikan Hati Wanita Pualam- 12Alqi memasuki gerbang rumah megah Lilyana kembali. Tapi sekilas matanya melihat sebuah mobil yang tadi ia kenal. di seberang jalan itu, ternyata mobil Santa terparkir. ‘Ada apa dengan gadis itu? Kenapa semalam ini dia belum pulang?’---Alqi terdiam mematung, tak berusaha mendekat, tapi benaknya berpikir, apa yang harus dilakukan. Kemudian dia melangkah masuk ke dalam rumah, menuju ke dalam kamarnya. Mungkin memang lebih baik membiarkannya saja, tak perlu menemuinya. Ini sudah larut. Seharusnya dia sudah pulang. Bukankah tadi sudah pamit pada simbok. Seharusnya sebagai wanita, dia tahu diri tak baik malam-malam di jalanan, terlebih dia sekarang sudah berjilbab. Atau ini bentuk kecewa dan protesnya karena tadi diabaikan Alqi?Alqi membersihkan diri, mandi dengan air hangat sebentar. Kepalanya terasa agak sedikit pusing, mungkin efek terkena sedikit hujan dan angin di jalanan tadi.Setelah mandi, ia ke dapur, membuat rebusan air hangat yang diberi jahe,
Lelaki dengan Seribu TahajudNisa Ingin Bisa Kuliah, Bang (13)... Fatya ingin lebih bermanfaat. Gimana kalau Fatya ingin uang itu digunakan untuk biaya kuliah nisa dulu, sisanya mungin bisa Abang gunakan untuk yang lain.""Iya, Nida setuju. Kak Nisa sangat pengen kuliah, Bang," timpal Annida.Alqi terpegun ... diam, lama ....----Berbagai rasa berkecamuk dalam benaknya. Ada rasa malu, karena lagi-lagi wanita ini bagai malaikat selalu datang menolong di saat yang benar-benar dibutuhkan. Tak enak hati, karena lagi-lagi dia yang menawarkan bantuan, bahkan di saat semua belum meminta. Sedih, karena sebagai lelaki, Alqi merasa tak mampu memenuhi kebutuhan keluarganya, impian keluarganya, justru selalu ada orang yang menolongnya."Bang, maafkan Fatya. Fatya tak berniat lain." Fatya merasa ucapannya barusan khawatir akan menyinggung Alqi. Ia menyadari seperti mengatur hidup seseorang karena memiliki uang.Alqi menghela napas dalam. Bahu bidangnya ikut bergerak naik mengikuti gerakan paru-p
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 14-Ujian Untuk Alqi-(Sabar Alqi)Pada obrolannya yang panjang, hingga akhirnya Alqi beranikan bertanya, kemana orang tua dan suaminya.“Sudah meninggal, akibat kecelakaan pesawat terbang yang menewaskan mereka semuanya,” jawabnya dengan tatapan kosong, seakan menerawang jauh mengingat semua kejadian kala itu.----“Kami sedang akan pergi ke Turki untuk berlibur. Hanya saja, ternyata saya tidak bisa satu pesawat dengan mereka. Mereka berangkat lebih dulu. Saya tidak tahu kalau dalam penerbangan itu, kecelakaan pesawat menewaskan mereka. Saya sampai di Bandara dan mendengar kabar itu. Seperti orang gila saya menangis di Bandara, berjam-jam mencari penerbangan untuk pulang.”Lilyana menghembuskan napas dalam. Raut wajahnya sedih.“Rupanya kebersamaan di Bandara lima tahun lalu, adalah saat-saat terakhir saya bersama mereka, orang-orang yang teramat sangat saya jaga kebahagiaannya dan perasaannya dalam hidup.” Air muka wanita di hadapan Alqi ini beru
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 15Ketulusan Dua Hati-Wanita berjilbab lebar dan bergamis panjang ....---Annisa menoleh.“Fatya! Sini-sini masuk ….” Nisa segera menghampiri dan mengajak gadis anggun itu masuk. Fatya mengucap salam lalu meletakkan bingkisan yang nampaknya berisi buah-buahan itu di meja. “Bang Alqi, semoga lekas sembuh, ya. Fatya turut prihatin atas musibah yang menimpa,” ucapnya sembari menelangkupkan kedua tangan memberi salam. “Terima kasih, Fatya,” jawab Alqi sembari mempersilahkan duduk.Fatya menyalami Rosmina dan Achmad kemudian memilih duduk di Sofa tamu tak jauh dari bed pasien, dimana keluarga Alqi duduk melingkarinya, termasuk Fatya.Annida tak antusias seperti biasa melihat kehadiran Fatya, ia masih menangis sesenggukan bersahutan dengan suara Rosmina. “Abang cepet sembuh, ya. Kalau mau pergi-pergi suruh orang aja, jangan pergi sendiri …” ucap Nida sembari tergugu menatapi wajah abangnya yang penuh perban.Alqi mengangguk-angguk sembari membelai kepala