Beranda / Urban / Lelaki Tak Terkalahkan / Bab 5: Ibuku Belum Meninggal

Share

Bab 5: Ibuku Belum Meninggal

Penulis: Poel Story27
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-25 18:17:21

Alea yang berjalan bersisian dengan Tristan, segera mempercepat langkah hanya untuk mendapati ibunya sedang memarahi wanita yang disebut Kak Daniela.

"Ibu, kau tidak boleh bicara kasar pada Kak Daniela. Aku yang memberitahu dia kesembuhan David, dan memintanya untuk datang," tegur Alea.

Ellyana mendengkus. "Cukup Alea, kamu selalu saja membela keluarga suami idiotmu itu! Keluarga kita tidak hidup berlebih, tapi parasit menggerogoti dari sana dan sini. Ibu tahu kedatangan kakak iparmu ini pasti ingin meminjam uang lagi!"

Bagaimana Ellyana tidak kesal? Iya David, iya keluarganya, semua menjadi beban bagi keluarga Wilson

"Bu, sudahlah, jika aku punya uang lebih, apa salahnya aku membantu kakak ipar?" balas Alea.

"Teruslah, terus saja kau bela keluarga suamimu, sampai nanti keluargamu sendiri yang akan mati kelaparan karena kehabisan uang!"

Merasa tidak ada gunanya berdebat dengan Alea, Ellyana pun pergi meninggalkan ruang tamu dengan sejuta kekesalan.

"Adik ipar, aku minta maaf, kedatanganku selalu saja membuatmu bertengkar dengan ibumu," ujar Daniela dengan tidak enak hati.

"Aku yang seharusnya minta maaf, ibuku sering bicara tidak pakai rem, tolong dimaklumi."

Daniela mengangguk paham. Lagi pula kemarahan Ellyana tadi cukup berasalan. Selama ini adiknya, David Graham memang menjadi beban di keluarga Wilson. Sementara Daniela sendiri juga pernah beberapa kali meminjam uang pada Alea, dan hal ini diketahui oleh Ellyana.

Namun, kedatangan Daniela kali ini murni ingin melihat kondisi adiknya, sama sekali tidak ada niatan untuk meminjam uang.

"David!"

Tatapan Daniela langsung berkaca-kaca ketika adiknya tiba di ruang tamu. Dia segera bangkit dari duduk dan memeluk Tristan.

"David, kakak senang sekali melihat kamu berhasil selamat!"

Tristan tahu wanita ini adalah kakak dari David Graham setelah mendengar perdebatan barusan, jadi Tristan pun membalas pelukannya.

Tristan tidak ingin merengut momen kebahagiaan Daniela. Seorang kakak yang begitu senang mengetahui adiknya sembuh setelah mengalami koma selama tiga bulan.

Selanjutnya dua kakak beradik ini mengambil tempat duduk masing-masing. Wajah Daniela yang berbinar bahagia itu tidak berlangsung lama, kini telah berganti wajah muram.

"David, ibu kita akan segera pergi, dokter mengatakan umurnya tidak akan lebih dari tiga hari lagi. Mumpung kau sudah sembuh, ayo kita jenguk ibu, dia pasti senang melihatmu."

"Kakak tidak boleh berputus asa seperti itu, sekarang ayo kita ke rumah sakit dan minta dokter memberikan penanganan terbaik untuk ibu. Jangan khawatir soal biaya, aku masih punya sedikit uang," ujar Alea.

Tristan secara alami beralih menatap Alea lekat-lekat, dan di hatinya terbit rasa kagum. Sekali lagi Tristan harus mengakui jika David Graham adalah pria yang beruntung, karena tidak hanya memiliki istri yang cantik rupanya, tapi juga tulus hatinya.

Sementara itu, Daniela tampak menggelengkan kepala dan berkata, "Adik, kedatanganku memang untuk mengajak kalian berdua ke rumah sakit, tapi bukan untuk melanjutkan penanganan. Percuma saja, sebab dokter sudah memberi vonis. Jadi lebih baik uang itu kau simpan saja."

Selanjutnya ketiga orang itu berangkat ke rumah sakit. Sesampainya di sana, mereka mendapati tim medis tengah melakukan penanganan.

Seorang dokter tampak sedang bekerja dengan sangat keras untuk menyelamat ibu David Graham. Sekitar lima menit berlalu, dokter itu pun menyerah.

Dokter itu segera memberitahu Daniela, "Nona, kami sudah melakukan segalanya untuk ibu Anda, tapi maaf, Nyonya Devina sudah tiada."

Mendengar itu, seketika tubuh Daniela pun kehilangan tenaga. Betul, sebelum ini tim medis sudah memberitahu bahwa umur ibunya tidak akan lama lagi, dan ia sudah berusaha untuk mengikhlaskan.

Namun, tetap saja Daniela tidak siap untuk mendapati ibunya pergi lebih cepat dari perkiraan. Bahkan sebelum sempat melihat David Graham sembuh dari koma.

Daniela melangkah terseok mendekati brankar, lalu memeluk sang ibunda seraya menangis sejadi-jadinya.

Tristan juga mendekati brankar, melihat dengan mata batin dan langsung menyadari jika ibunya belum meninggal. Jiwanya memang hampir meninggalkan raga, tapi belum terlambat jika diberi penanganan yang tepat.

Dalam hal ini, Tristan memiliki kemampuan medis yang lebih dari cukup untuk menyelamatkannya.

"Kakak, minggir dulu, ibu kita belum meninggal, biarkan aku menolongnya!" seru Tristan.

Daniela segera melepas dekapannya pada sang ibunda, bukan untuk memberi Tristan kesempatan, melainkan langsung memelototinya.

"David, kakak tahu kau pasti terguncang, tapi bukan berarti kau harus menunjukkan kebodohanmu di depan semua orang!"

Daniela sedang berduka oleh kepergian ibunya yang begitu cepat. Jadi David, tolong! Jangan tambah duka itu dengan membiarkan orang menganggapmu tidak waras.

Namun, Tristan sama sekali tidak peduli walau akan dianggap gila. Di hadapannya ada nyawa yang harus diselamatkan, jadi dia merasa berkewajiban untuk memberi pertolongan. Terlebih wanita di atas brankar itu adalah ibu dari tubuhnya yang sekarang.

Tristan menatap kakaknya dengan tegas. "Kakak, aku ini adikmu, bukan? Jadi kau harus percaya padaku, tolong beri aku kesempatan, aku berjanji tidak akan mengecewakanmu!"

Sorot mata Tristan sangat kuat, seolah menegaskan bahwa dia pasti akan berhasil. Hal ini secara alami membuat Daniela melangkah mundur, dan membiarkan Tristan melakukan keinginannya.

Tristan lantas menoleh ke arah tim medis yang berdiri di belakang. "Tolong pinjami aku satu set jarum!"

Satu set jarum?

Apa pemuda ini ingin melakukan praktik akupuntur?

Mendengar ini, tim medis yang berada di ruangan tersebut tidak dapat menahan diri untuk tidak tersenyum mengejek.

Bagaimana mereka tidak akan sarkas? Selama ini Devina telah ditangani dengan metode konvensional dibantu peralatan medis canggih, tapi tidak mampu membuat nyawanya tertolong.

Pada saat Devina dinyatakan meninggal, tiba-tiba saja ada orang yang begitu percaya diri berkata mampu menariknya dari cengkeraman malaikat maut, dengan teknik akupuntur.

Huh, lucu sekali!

Memangnya dia ini siapa? Dewa obat?

Melihat tanggapan remeh dari petugas medis ini, Tristan dalam hati mengutuk kesal. Rasanya dia ingin memukul orang-orang ini, tapi waktunya terlalu berharga untuk mengurusi masalah yang tidak penting.

Berpikir sampai di sini, Tristan segera keluar dari ruang rawat tersebut, menuju bagian khusus akupuntur dan meminta satu set jarum emas.

Tak lama kemudian Tristan kembali, dan langsung bersiap untuk melakukan praktik akupunturnya.

"Bocah, kau pasti tidak memiliki sertifikasi medis, kan? Melakukan praktik ilegal pada pasien yang sudah meninggal juga adalah tindak pidana, aku tidak akan membiarkanmu berbuat sesuka hati di rumah sakit kami!" Dokter paruh baya berambut putih menarik Tristan menjauhi brankar.

"Segera pergi dari sini, sekarang!" perintahnya sambil menunjuk pintu keluar.

Sorot mata dokter ini cukup mengintimidasi, tapi tatapan Tristan jauh lebih mengerikan. Sekujur tubuh dokter ini bahkan langsung gemetaran ketika keduanya saling beradu tatap.

Detik selanjutnya, sebelah tangan Tristan terulur mencengkram kerah kemeja dokter tersebut, lalu menekannya ke dinding.

"Kau adalah seorang dokter, kau pasti tahu apa akibatnya jika pasien terlambat diberi pertolongan. Jika hal itu terjadi, maka tanganku sendiri yang akan mengantarmu bertemu Dewa Hades!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Lelaki Tak Terkalahkan   Bab 123: Perubahan yang Luar Biasa

    Tristan menatap wajah Alfred Wilson yang penuh harap. Ia tetsenyum ringan, lalu menoleh ke arah Alea yang terlihat tengah menahan tarikan napasnya."Jangan khawatir, semuanya sudah selesai," ucap Tristan, suaranya datar namun memberi perasaan lega bagi keluarga Wilson.“Apa maksudmu sudah selesai? Apakah ibuku sudah baik-baik saja?" tanya Aldric Wilson memastikan.Mata kakak dari ayah mertua Tristan itu memerah, tak hanya karena bekas tamparan tapi juga karena cemas.Tristan menganggukkan kepala. "Ya, jaringan tumor ganas di kepala Nenek Lena sudah berhasil diatasi, begitu juga dengan jaringan abnormal lain yang tersebar di tubuhnya. Sekarang yang dibutuhkan hanyalah waktu untuk pemulihan. Kalian semua sudah boleh masuk untuk melihatnya, tapi pastikan jangan mengusik ketenangannya untuk sementara ini."Untuk sesaat, koridor itu menjadi sunyi. Tak ada satu pun dari mereka yang bisa langsung bereaksi. Mereka seolah-olah tenggelam di antara rasa percaya dan tidak percaya.Lalu Alfred Wil

  • Lelaki Tak Terkalahkan   Bab 122: Harga untuk Sebuah Pengampunan

    Alih-alih mendengarkan perkataan Alea, Alfred Wilson dan Aldric Wilson justru menunduk lebih dalam. "Maafkan kami, Alea," ucap Alfred Wilson dengan suara parau, berat dan terdengar memohon. "Paman juga, Alea, selama ini paman sudah berlaku terlalu kasar... terlalu jahat padamu …." Aldric Wilson menyusul, meski kata-katanya terdengar lebih kaku dan penuh pergolakan. Alea benar-benar terkejut melihat dua pria yang selama ini dikenal sebagai sosok paling keras dan tak tergoyahkan dalam keluarganya, kini berlutut di hadapannya, seperti dua orang pesakitan yang menanti pengampunan. Belum sempat Alea menanggapi lebih lanjut, kedua pria itu sudah berbalik saling menghadap satu sama lain. Untuk sesaat, suasana terasa membeku. "Ayah…." Aldric menatap Alfred, lalu berucap dengan ragu-ragu, "Apa kita benar-benar akan- ...." Alfred Wilson tidak langsung menjawab, dan keragu-raguan juga terlihat jelas di wajahnya. Pada saat yang sama, suara Hendrik Liam terdengar, "Terserah kalian mau bag

  • Lelaki Tak Terkalahkan   Bab 121: Tamu Tengah Malam

    "Ya, apa pun pasti aku lakukan!" Alfred Wilson sebenarnya masih ingin mempertahankan ego di depan Tristan, tapi dia tidak berdaya karena saat ini Tristan adalah satu-satunya harapan yang tersisa untuk kesembuhan istrinya. "Baiklah, kalau begitu kalian berdua pergi temui istriku, dan minta maaf padanya. Lalu biarkan juga dia menamparmu seperti yang kau lakukan padanya kemarin malam." Tristan berkata dengan ringan, dan kilasan senyum jahat muncul di sudut bibirnya. Alfred Wilson melotot, tidak masalah baginya harus sedikit merendah di depan Tristan, tapi menemui Alea dan meminta maaf secara pribadi, benar-benar membuat martabatnya habis tak tersisa. Lagipula kapan ada sejarahnya seorang kakek mendatangi cucu untuk memohon maaf? "David, kamu jangan keterlaluan!" bentak Aldric Wilson, dia juga merasa keberatan untuk melakukan permintaan Tristan. "Kenapa? Apa kalian berdua tidak mau? Kalau tidak mau juga tidak masalah, aku tidak akan memaksa. Lagipula jika bukan karena Alea, aku tida

  • Lelaki Tak Terkalahkan   Bab 120: Bersedia Melakukan Apa Saja

    "Lancang, beraninya kau bicara seperti itu saat bertemu denganku!"Atmosfir di ruangan itu memanas dalam sekejap, Alfred Wilson menggertakkan gigi, dia ingin maju untuk memarahi Tristan."Ayah, abaikan saja dulu manusia tidak berguna itu, nanti biar aku yang memberinya pelajaran. Saat ini menemukan jalan keluar untuk penyakit ibu jauh lebih penting!"Melihat sang ayah tidak bisa mengendalikan diri, Aldric Wilson buru-buru mengingatkan. Dia tidak ingin ayahnya membuat Hendrik Liam tersinggung karena membuat keributan di ruangan tersebut.Terlebih lagi saat ini mereka sedang membutuhkan iinformasi penting dari Hendrik Liam.Alfred Wilson melengos, dia beralih menatap Hendrik Liam. Ekspresi kesal di wajahnya menghilang seketika, dan berganti dengan senyum menjilat.Dia berkata, ''Dokter Liam, kebetulan sekali Anda sedang berada di tempat. Kami di sini untuk menanyakan informasi keberadaan seseorang, jadi mohon bantuannya."Hendrik Liam tersenyum sarkas. "Apakah kalian sedang mencari seor

  • Lelaki Tak Terkalahkan   Bab 119: Untuk Membuat Perhitungan

    Di sisi lain, keluarga Wilson sedikit bernapas lega setelah berhasil mendatangkan seorang ahli bedah terbaik, meski harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit.Begitu tiba di rumah sakit, Dokter Jimmy Laurent, ahli bedah yang didatangkan dengan susah payah oleh keluarga Wilson itu langsung meminta data Nenek Lena kepada tim medis.Sebagai orang yang sangat berpengalaman di dunia medis, dia selalu mempelajari dan mengalisa kasus pasien terlebih dulu sebelum membuat rencana operasi."Dokter, saya belum pernah menemukan pasien dengan riwayat penyakit sekompleks ini," ujar asisten pribadi dokter Jimmy Laurent, wajahnya tampak cemas.Dokter Jimmy Laurent mengangguk, dia juga merasa gelisah setelah membaca riwayat penyakit nenek Lena secara keseluruhan.Tidak ingin gegabah dalam menangani penyakit Nenek Lena sudah begitu memburuk, dokter Jimmy Laurent lantas membawa timnya untuk melakukan pemeriksaan lanjutan.Kurang lebih dua jam mempelajari kondisi nenek Lena dengan hati-hati, dokter Jimmy

  • Lelaki Tak Terkalahkan   Ban 118: Harus Diberi Pelajaran!

    "Tutup mulut busukmu itu dan berhentilah membual! Asal kau tahu saja, Alea. Jika bukan karena permintaan dari istriku, aib keluarga sepertimu tidak akan aku izinkan untuk menginjakkan kaki di rumah sakit ini!" bentak Alfred Wilson.Alea tercekat, dan pada saat bersamaan merasa sangat sedih.Dia hanya sedang berusaha menunjukkan jalan keluar agar neneknya bisa diselamatkan, tapi kakeknya malah sampai hati melontarkan perkataan yang sangat kasar padanya.Meski begitu, Alea sebisa mungkin mengabaikan sakit hatinya. Dia tidak ingin memedulikan hal lain, karena yang terpenting baginya adalah kesembuhan sang nenek tercinta.Alea kembali membuka mulut, dia tidak ingin menyerah begitu saja. "Baiklah, Kek. Tidak masalah jika Kakek tidak mau mempercayaiku, tapi tolong biarkan suamiku mencoba mengobati nenek saat ia datang nanti."Mendengar perkataan Alea, Alfred Wilson justru semakin marah dan tanpa pikir panjang mengayunkan tamparan hingga meninggalkan jejak merah lebam di pipi mulus Alea.Pla

  • Lelaki Tak Terkalahkan   Bab 117: Bisakah Kalian Percaya?

    Di rumah sakit Kota Fuji, Keluarga Wilson tengah duduk bersama di ruang tunggu.Masing-masing dari mereka terlihat lesu, setelah mengetahui kondisi terkini nenek Lena.Tim medis baru saja menyelesaikan pemeriksaan secara menyeluruh, kemudian memberitahu pihak keluarga bahwa terdapat tumor ganas kepala di bagian belakang nenek Lena, dan itulah yang menjadi faktor memburuknya kondisi kesehatan wanita tua tersebut.Kondisi terkini nenek Lena dikatakan sangat tidak optimis, dia diharuskan menjalani prosedur bedah selambatnya dalam dua hari kedepan. Jika tidak, nyawanya dipastikan tidak akan tertolong lagi.Keluarga Wilson termasuk salah satu keluarga teratas di Kota Fuji, mereka tentu saja tidak kekurangan uang, dan pasti mampu membayar prosedur operasi meskipun biayanya sangat mahal.Akan tetapi, penyakit nenek Lena sudah sangat kompleks dikarenakan faktor usia, dan sialnya di Kota Fuji belum ada ahli bedah syaraf yang memiliki kemampuan untuk menangani operasi nenek Lena.Negara Dentalu

  • Lelaki Tak Terkalahkan   Bab 116: Menyusul ke Kota Fuji

    Aeolus jatuh ke tanah, tubuhnya membusuk dengan cepat sebelum akhirnya hancur menjadi abu."Bisa-bisanya kau ingin kabur setelah membawa kembali kelompok ekstrimis memasuki negaraku!" desis Tristan dingin.Tak lama setelahnya, pihak aliansi bela diri telah sepenuhnya berhasil menghancurkan kelompok estrimis.Allison Mount datang memimpin aliansi untuk menghadap Tristan.Allison Mount langsung membungkuk hormat, diikuti oleh para tokoh senior lainnya."Tuan Graham, aku mewakili aliansi bela diri menuturkan rasa terima yang sebesar-besarnya. Entah apa yang akan terjadi pada kami semua jika kau secara kebetulan tidak ada di sini."Setalah apa yang terjadi hari ini, Allison Mount yang sebelumnya menyapa Tristan dengan sapaan Raja Martial Graham, kini tidak berani lagi menggunakan kalimat tersebut, karena jelas-jelas level Tristan jauh di atas raja martial art.Tristan mengibaskan tangan dengan ringan dan tersenyum rendah hati. "Untuk apa hanya berterimakasih padaku? Bukankah semua orang d

  • Lelaki Tak Terkalahkan   Bab 115: Tidak Bisa Kabur

    Hanya dalam waktu yang sangat singkat, teknik serangan aneh Bedros sudah berhasil membuat jiwa keduanya terikat, dan hal tersebut membuat Tiristan benar-benar tidak tahu bagaimana harus mengatasinya.Tidak masalah bagi Tristan ketika harus melawan musuh yang sangat kuat, bahkan musuh yang tidak bisa disentuh sekali pun.Namun, cukup sulit bagi Tristan untuk melakukan sesuatu jika jiwa keduanya terikat. Tristan bahkan tidak berani menggunakan api hitam pemusnah jiwa, karena itu dapat membuat dirinya sendiri ikut terbakar.Pada saat ini, Tristan hanya bisa bertahan sekuat mungkin agar jiwanya tidak terhisap ke dalam dimensi buatan Bedros.Tristan juga berpikir keras demi menemukan celah agar terlepas dari teknik aneh tersebut."Mungkinkah teknik ini hanyalah sebuah pengalihan? Bagaimana kalau aku serang saja tubuh aslinya?"Memikirkan kemungkinan tersebut, Tristan langsung melepaskan pukulan lurus berbalut energi sejati ke arah depan.Whuush!Hantaman telak menerpa tubuh Bedros, dan pad

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status