Share

Bab 5: Ibuku Belum Meninggal

Alea yang berjalan bersisian dengan Tristan, segera mempercepat langkah hanya untuk mendapati ibunya sedang memarahi wanita yang disebut Kak Daniela.

"Ibu, kau tidak boleh bicara kasar pada Kak Daniela. Aku yang memberitahu dia kesembuhan David, dan memintanya untuk datang," tegur Alea.

Ellyana mendengkus. "Cukup Alea, kamu selalu saja membela keluarga suami idiotmu itu! Keluarga kita tidak hidup berlebih, tapi parasit menggerogoti dari sana dan sini. Ibu tahu kedatangan kakak iparmu ini pasti ingin meminjam uang lagi!"

Bagaimana Ellyana tidak kesal? Iya David, iya keluarganya, semua menjadi beban bagi keluarga Wilson

"Bu, sudahlah, jika aku punya uang lebih, apa salahnya aku membantu kakak ipar?" balas Alea.

"Teruslah, terus saja kau bela keluarga suamimu, sampai nanti keluargamu sendiri yang akan mati kelaparan karena kehabisan uang!"

Merasa tidak ada gunanya berdebat dengan Alea, Ellyana pun pergi meninggalkan ruang tamu dengan sejuta kekesalan.

"Adik ipar, aku minta maaf, kedatanganku selalu saja membuatmu bertengkar dengan ibumu," ujar Daniela dengan tidak enak hati.

"Aku yang seharusnya minta maaf, ibuku sering bicara tidak pakai rem, tolong dimaklumi."

Daniela mengangguk paham. Lagi pula kemarahan Ellyana tadi cukup berasalan. Selama ini adiknya, David Graham memang menjadi beban di keluarga Wilson. Sementara Daniela sendiri juga pernah beberapa kali meminjam uang pada Alea, dan hal ini diketahui oleh Ellyana.

Namun, kedatangan Daniela kali ini murni ingin melihat kondisi adiknya, sama sekali tidak ada niatan untuk meminjam uang.

"David!"

Tatapan Daniela langsung berkaca-kaca ketika adiknya tiba di ruang tamu. Dia segera bangkit dari duduk dan memeluk Tristan.

"David, kakak senang sekali melihat kamu berhasil selamat!"

Tristan tahu wanita ini adalah kakak dari David Graham setelah mendengar perdebatan barusan, jadi Tristan pun membalas pelukannya.

Tristan tidak ingin merengut momen kebahagiaan Daniela. Seorang kakak yang begitu senang mengetahui adiknya sembuh setelah mengalami koma selama tiga bulan.

Selanjutnya dua kakak beradik ini mengambil tempat duduk masing-masing. Wajah Daniela yang berbinar bahagia itu tidak berlangsung lama, kini telah berganti wajah muram.

"David, ibu kita akan segera pergi, dokter mengatakan umurnya tidak akan lebih dari tiga hari lagi. Mumpung kau sudah sembuh, ayo kita jenguk ibu, dia pasti senang melihatmu."

"Kakak tidak boleh berputus asa seperti itu, sekarang ayo kita ke rumah sakit dan minta dokter memberikan penanganan terbaik untuk ibu. Jangan khawatir soal biaya, aku masih punya sedikit uang," ujar Alea.

Tristan secara alami beralih menatap Alea lekat-lekat, dan di hatinya terbit rasa kagum. Sekali lagi Tristan harus mengakui jika David Graham adalah pria yang beruntung, karena tidak hanya memiliki istri yang cantik rupanya, tapi juga tulus hatinya.

Sementara itu, Daniela tampak menggelengkan kepala dan berkata, "Adik, kedatanganku memang untuk mengajak kalian berdua ke rumah sakit, tapi bukan untuk melanjutkan penanganan. Percuma saja, sebab dokter sudah memberi vonis. Jadi lebih baik uang itu kau simpan saja."

Selanjutnya ketiga orang itu berangkat ke rumah sakit. Sesampainya di sana, mereka mendapati tim medis tengah melakukan penanganan.

Seorang dokter tampak sedang bekerja dengan sangat keras untuk menyelamat ibu David Graham. Sekitar lima menit berlalu, dokter itu pun menyerah.

Dokter itu segera memberitahu Daniela, "Nona, kami sudah melakukan segalanya untuk ibu Anda, tapi maaf, Nyonya Devina sudah tiada."

Mendengar itu, seketika tubuh Daniela pun kehilangan tenaga. Betul, sebelum ini tim medis sudah memberitahu bahwa umur ibunya tidak akan lama lagi, dan ia sudah berusaha untuk mengikhlaskan.

Namun, tetap saja Daniela tidak siap untuk mendapati ibunya pergi lebih cepat dari perkiraan. Bahkan sebelum sempat melihat David Graham sembuh dari koma.

Daniela melangkah terseok mendekati brankar, lalu memeluk sang ibunda seraya menangis sejadi-jadinya.

Tristan juga mendekati brankar, melihat dengan mata batin dan langsung menyadari jika ibunya belum meninggal. Jiwanya memang hampir meninggalkan raga, tapi belum terlambat jika diberi penanganan yang tepat.

Dalam hal ini, Tristan memiliki kemampuan medis yang lebih dari cukup untuk menyelamatkannya.

"Kakak, minggir dulu, ibu kita belum meninggal, biarkan aku menolongnya!" seru Tristan.

Daniela segera melepas dekapannya pada sang ibunda, bukan untuk memberi Tristan kesempatan, melainkan langsung memelototinya.

"David, kakak tahu kau pasti terguncang, tapi bukan berarti kau harus menunjukkan kebodohanmu di depan semua orang!"

Daniela sedang berduka oleh kepergian ibunya yang begitu cepat. Jadi David, tolong! Jangan tambah duka itu dengan membiarkan orang menganggapmu tidak waras.

Namun, Tristan sama sekali tidak peduli walau akan dianggap gila. Di hadapannya ada nyawa yang harus diselamatkan, jadi dia merasa berkewajiban untuk memberi pertolongan. Terlebih wanita di atas brankar itu adalah ibu dari tubuhnya yang sekarang.

Tristan menatap kakaknya dengan tegas. "Kakak, aku ini adikmu, bukan? Jadi kau harus percaya padaku, tolong beri aku kesempatan, aku berjanji tidak akan mengecewakanmu!"

Sorot mata Tristan sangat kuat, seolah menegaskan bahwa dia pasti akan berhasil. Hal ini secara alami membuat Daniela melangkah mundur, dan membiarkan Tristan melakukan keinginannya.

Tristan lantas menoleh ke arah tim medis yang berdiri di belakang. "Tolong pinjami aku satu set jarum!"

Satu set jarum?

Apa pemuda ini ingin melakukan praktik akupuntur?

Mendengar ini, tim medis yang berada di ruangan tersebut tidak dapat menahan diri untuk tidak tersenyum mengejek.

Bagaimana mereka tidak akan sarkas? Selama ini Devina telah ditangani dengan metode konvensional dibantu peralatan medis canggih, tapi tidak mampu membuat nyawanya tertolong.

Pada saat Devina dinyatakan meninggal, tiba-tiba saja ada orang yang begitu percaya diri berkata mampu menariknya dari cengkeraman malaikat maut, dengan teknik akupuntur.

Huh, lucu sekali!

Memangnya dia ini siapa? Dewa obat?

Melihat tanggapan remeh dari petugas medis ini, Tristan dalam hati mengutuk kesal. Rasanya dia ingin memukul orang-orang ini, tapi waktunya terlalu berharga untuk mengurusi masalah yang tidak penting.

Berpikir sampai di sini, Tristan segera keluar dari ruang rawat tersebut, menuju bagian khusus akupuntur dan meminta satu set jarum emas.

Tak lama kemudian Tristan kembali, dan langsung bersiap untuk melakukan praktik akupunturnya.

"Bocah, kau pasti tidak memiliki sertifikasi medis, kan? Melakukan praktik ilegal pada pasien yang sudah meninggal juga adalah tindak pidana, aku tidak akan membiarkanmu berbuat sesuka hati di rumah sakit kami!" Dokter paruh baya berambut putih menarik Tristan menjauhi brankar.

"Segera pergi dari sini, sekarang!" perintahnya sambil menunjuk pintu keluar.

Sorot mata dokter ini cukup mengintimidasi, tapi tatapan Tristan jauh lebih mengerikan. Sekujur tubuh dokter ini bahkan langsung gemetaran ketika keduanya saling beradu tatap.

Detik selanjutnya, sebelah tangan Tristan terulur mencengkram kerah kemeja dokter tersebut, lalu menekannya ke dinding.

"Kau adalah seorang dokter, kau pasti tahu apa akibatnya jika pasien terlambat diberi pertolongan. Jika hal itu terjadi, maka tanganku sendiri yang akan mengantarmu bertemu Dewa Hades!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status