Andara yang terkejut mendengar pertanyaan itu menatap Ananta dengan lebih intens. Mencari tahu apakah pria itu sedang bercanda atau serius. Tatapan Ananta tidak bisa dibaca. Tenang, datar, tidak menyiratkan gejolak emosi sekecil apa pun. Andara heran, bagaimana bisa ada orang yang menyimpan begitu banyak hal tapi tidak pernah sedikit pun menunjukkannya keluar?Apa Ananta lupa semua yang telah dilakukannya? Apa dia tidak ingat malam itu? Malam yang sampai detik ini masih membekas begitu dalam di hati Andara? Luka itu belum kering, bahkan rasanya masih basah, perih setiap kali tersentuh.Konyol sekali hidup ini.“Berteman? Setelah semua yang terjadi? Setelah semua yang kamu lakukan padaku?” lirih suara Andara, antara marah dan tidak percaya.“Aku bilang ‘berteman’, bukan karena aku ingin kembali, tapi karena aku menghargai apa yang pernah ada."Andara mengerjap, menahan perih yang menyeruak di dadanya. “Menghargai? Kamu
Ananta tetap anteng di tempatnya. Ia menangkap dengan jelas Andara sedang melampiaskan emosi padanya. Saking emosinya Andara sampai lupa mengenai satu hal.Mereka tidak pernah menikah secara resmi. Jadi silakan kalau Andara mau menggugat sampai ke ujung dunia sekalipun."Pacarmu tahu kamu pernah menikah?"Andara terdiam. Pertanyaan itu menohok langsung ke ulu hatinya. "Aku sarankan sebaiknya berterus terang agar hubungan kalian ke depannya tetap lancar. Walau bagaimanapun kejujuran itu sangat penting. Kalau dia memang cinta sama kamu, dia pasti akan menerima kamu apa adanya. Dan satu lagi, carilah laki-laki yang jauh lebih matang. Jangan yang seumuran. Karena apa, Andara? Karena kamu masih sama. Masih senaif dulu. Yang berubah cuma dandanan kamu. Tapi pikiran kamu masih kayak anak-anak. Sorry to say.""Aku nggak butuh saran apalagi nasihat dari kamu, Ananta," sahut Andara cepat. "Kamu juga nggak berhak untuk menilaiku." Andara jelas tersinggung oleh Ananta yang menyebutnya sebagai
Andara menanti dengan tegang tamu istimewa tersebut masuk ke ruangannya. Ia mengatur perasaannya agar biasa saja. Tapi ternyata sesulit itu. Jantungnya berdebar, telapak tangannya dingin, dan matanya tanpa sadar terus menatap ke arah pintu yang tertutup rapat.Saat Andara berdiri menghadap kaca untuk memerhatikan penampilannya, di saat itulah ia melihat pintu terbuka di belakangnya.Sosok itu melangkah masuk. Dan dia benar-benar sendiri.Andara langsung memutar tubuh. Di detik itu tatapan mereka bertemu. Ananta berdiri tegap dengan wajah tenangnya, dengan ekspresi yang seperti biasa tidak bisa Andara baca. Andara tidak tahu harus menatap ke mana. Rasanya seluruh ruang menyempit, membuatnya sulit untuk bernapas."So you're the one handling me?" ucap pria itu seolah bertanya pada orang asing, bukan pada orang tempatnya pernah berbagi ranjang dan kehangatan.Andara menelan ludah lalu menjawab, "Silakan duduk."Ia mencoba untuk bersikap profesional meskipun getar suara dan gemetar tubuhny
Hari ini Andara bebas dari segala kegiatannya. Jadi ia bisa sedikit bersantai. Ia menghabiskan waktu dengan leye-leye di kamar sambil menonton series Ello yang ongoing di platform streaming. Andara menahan napas ketika tiba-tiba layar menyajikan adegan ciuman antara Ello dan Yashinta, lawan mainnya. Ello terlihat sangat menghayati perannya, seakan adegan tersebut bukan bagian dari skenario. “Ya ampun, kok bisa semulus itu sih aktingnya?” gumamnya pelan antara kagum dan... kesal mungkin? Andara berusaha meyakinkan diri kalau itu hanya tuntutan peran. Tapi tetap saja rasa tidak nyaman itu membuncah. Apalagi tatapan mata Ello di layar, tatapan yang penuh cinta dan kelembutan pada lawan mainnya, membuat dada Andara berdebar dengan aneh. “Itu cuma drama, bukan kenyataan,” ucapnya sambil menepuk pelan pipinya sendiri. Namun semakin ia menonton, semakin ia sadar bahwa ia tidak hanya sekadar menjadi p
"Bapak keren banget. Baru ini saya lihat akun nol postingan tapi followers-nya sampai dua juta." Ucapan penuh kekaguman itu terlontar dari mulut Masayu. Saat ini ia sedang memegang handphonenya dan membuka akun sosial media milik Ananta. Sejak videonya viral, jumlah pengikutnya melonjak drastis. Padahal Ananta tidak pernah memosting apa pun. Satu-satunya foto yang tersedia di akun itu adalah foto profilnya. Namun, justru itu menjadi magnet. Wajah tampannya membuat orang-orang--terlebih kaum hawa--terkagum-kagum dan berlanjut penasaran. Ditambah lagi dengan popularitasnya yang meningkat belakangan ini. Masayu menggeser layar ponselnya, menemukan salah satu artikel viral yang membahas Ananta. "Pak, berita tentang Bapak ada lagi nih," ucapnya sambil tertawa. Ia mulai membacakan isi artikel itu agar Ananta mendengarnya. Sedangkan Ananta sendiri tidak pernah peduli pada berita-berita yang memuat tentang dirinya. Ia hanya pernah melihat satu kali di awal keviralannya dulu. Entah siap
Andara berbaring sambil memandangi dinding kamar yang warnanya sudah tidak jelas itu. Meski badannya rebahan, tapi percayalah saat ini pikirannya jalan-jalan. Banyak hal yang mengisi kepala Andara saat ini. Yang paling mendominasi adalah mengenai percakapannya dengan Shankara tadi. Shankara benar. Dunia mereka dengan Ello begitu kontras. Tapi salahkah Andara jika ingin meninggalkan masa lalunya dan memulai dengan orang baru? Andara rasa hubungannya dengan Ananta sudah lama selesai. Lelaki itu sudah mengusirnya dari rumah. Bukankah itu artinya mereka sudah bercerai? Tapi menurut Shankara lain lagi. Kalau kata 'cerai' itu belum terlontar dari mulut Ananta, akhirnya status mereka masih sah sebagai suami istri. Andara memijit-mijit pelipisnya. Mendadak merasa pusing. Perempuan itu lantas berpikir, apakah dirinya terlalu gampangan hingga mau-maunya menjalin hubungan dengan orang yang baru dikenal? Apa dirinya terlalu kesepian? Otaknya kemudian memutar ulang perbincangannya dengan S