Share

Bab 22

last update Last Updated: 2025-06-17 19:17:00

"Mas, jangan begini. Tian nggak salah apa-apa. Dia sahabatku, Mas," ujar Andara menolak permintaan suaminya.

"Oh, jadi sahabatmu itu lebih penting daripada suamimu sendiri?" Ananta menyorot Andara dengan penuh intimidasi. Bahkan tanpa laki-laki itu mengatakan apa-apa Andara sudah merasa sangat tertekan.

"Kamu yang lebih penting, Mas. Tapi bukan berarti aku harus memutus persahabatanku dengan Tian. Dia nggak salah apa-apa. Dia hanya meneleponku untuk menanyakan apa aku sudah tiba di rumah. Tadi kebetulan Tian membesukku di rumah Abang."

Pengakuan Andara membuat Ananta tahu siapa laki-laki yang dikatakan Dio tadi. Dan itu membuat Ananta semakin tidak menyukainya.

"Aku bilang telepon dia sekarang." Ananta mengulangi perintahnya.

"Mas, tolong. Aku nggak bisa. Tian itu sahabatku. Aku dan dia udah lama berteman. Aku nggak mungkin mengatakan semua yang Mas suruh tadi." Andara sangat berharap Ananta bisa mengerti posisinya.

"Apa nggak cukup hanya ada aku di dalam hidupmu? Apa masih perlu ada
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Siti Salwah Abd Latif
kapan ada imbangnya cerita ini
goodnovel comment avatar
Emiasi Emiasi
ceritanya trllu keras, bagi seorang wanita ini menginjak harga diri dan seolh2 seorng wanita trll mengemis cinta, cerita ini mnggbrkan ketidak berdayasn seorng wanita, walau ini cerita tp buatlh cerita yg mnggbrkan bahwa wanita itu tanggh dn berani menghadapi kenyataan hidup
goodnovel comment avatar
Nenden Lasminingsih
andara ayo bilang sama kakakmu,,jangan sampai kamu mempertahankan sesuatu yang menyakiti fisik dan mentalmu,,aku harap kandunganmu keguguran biar nggak ada yang mengikatmu dgn iblis itu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 248

    Tawa riang Kaivan dan Thalia terdengar begitu bahagia. Membuat Ananta dan Shankara yang menyaksikannya sama-sama terdiam, seakan hanya menjadi penonton dari kebahagiaan yang sederhana itu.Saat ini keempatnya sedang menyaksikan atraksi lumba-lumba yang diidam-idamkan Kaivan.Beberapa lumba-lumba muncul bergantian dari permukaan air, melompat tinggi lalu mendarat kembali dengan cipratan yang membuat anak-anak kecil di barisan depan berteriak girang. Ada pula yang berenang cepat, seakan berlomba, kemudian secara serempak meloncat melewati lingkaran besar yang digantung pelatih.Kaivan menepuk-nepuk tangan, wajahnya bersinar penuh kekaguman ketika seekor lumba-lumba dengan cekatan menyeimbangkan bola besar di ujung moncongnya. Sedangkan Thalia tidak kalah riang, bersorak keras saat dua lumba-lumba lain berputar-putar sambil mengeluarkan suara khas mereka, seolah sedang bernyanyi."Pa, aku mau pipis," celetuk Thalia tiba-tiba."Ayo kita ke toilet," jawab Shankara. "Kai, Om nemenin Kak Tha

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 247

    Lebih kurang seratus lima puluh kilometer dari kota itu, sebuah keluarga harmonis sedang berkumpul bersama. Mereka adakah Andara, Rani, dan Hermawan--suami Rani."Ra, Ello mana? Kok nggak keliatan?" tanya Rani pada Andara yang baru saja menata piring di atas meja makan. Mereka akan sarapan pagi bersama."Masih tidur kayaknya, Ma." Andara melirik ke arah tangga menuju lantai dua, di mana kamar Ello berada."Begadang lagi dia semalam?""Mungkin, Ma.""Hm, anak itu." Rani geleng-geleng kepala. "Sampai kapan coba dia mau kayak gitu?""Lebih baik disuruh nikah biar berubah. Biar ada yang ngurusin." Hermawan yang duduk di salah satu kursi menimpali."Ra, coba deh kamu bangunin Ello, sekalian suruh sarapan bareng kita," suruh Rani."Iya, Ma." Andara meninggalkan ruang makan untuk kemudian naik ke lantai dua.Sepeninggalnya, Rani berbicara serius dengan suaminya."Aku mikirnya juga

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 246

    Entah ini kebetulan atau karma kecil untuk Ananta. Tapi sebagian anak-anak memang memiliki kepekaan alami. Mereka bisa menangkap luka yang tidak pernah diceritakan dan menyimpan potongan-potongan rasa sakit yang diwariskan diam-diam dari ibunya. Itu pula yang terjadi pada Kaivan.Meski anak itu masih kecil dan ia tidak tahu apa yang terjadi pada kedua orang tuanya kandungnya, namun semesta bekerja dengan caranya sendiri. Ada rasa asing yang mengendap di dada anak itu setiap kali berada di dekat sosok ayahnya. Rasa yang tidak bisa ia jelaskan, tapi cukup untuk membuatnya menjauh."Om, Kai mau pulang ke Bandung. Kai nggak mau di sini. Kai mau sama Mama. Kai mau sama Papa." Kaivan mulai merengek diiringi oleh air matanya yang berjatuhan."Kai, katanya kita mau lihat lumba-lumba. Dia lucu lho. Dia bisa loncat, terus nanti Kai bisa pegang juga. Kalau di Bandung mana ada lumba-lumba." Shankara berusaha membujuk keponakannya itu. Ia tidak mau rencananya gagal. Ia harus bisa mendekatkan Kaiva

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 245

    Pagi-pagi sekali anak-anak itu sudah bangun. Mereka mengguncang-guncang badan Shankara yang masih pulas dalam tidurnya.“Om, bangun! Bangun! Kita mau jalan-jalan!” teriak Kaivan dengan suara khas anak kecil.Thalia ikut menepuk-nepuk lengan papanya. “Pa, ayo! Kai sudah siap, aku juga sudah ganti baju.”Shankara membuka mata dengan malas lalu mengusap wajahnya. “Astaga, pagi-pagi sudah ribut. Kalian ini nggak bisa lihat Om masih ngantuk?” gumamnya, meski senyum tipis menyelip di bibirnya.Namun, begitu melihat wajah ceria kedua anak itu, kantuknya seketika menguap. “Om janji mau ajak jalan-jalan.” Kaivan meraih tangan Shankara, menarik-nariknya dengan penuh semangat.“Janji ke mana?” Shankara mengernyit, pura-pura lupa.“Katanya mau lihat lumba-lumba di Ancol!” sahut Kaivan cepat. Matanya penuh binar. “Kak Thalia juga mau, kan?”Thalia mengangguk bersemangat, rambutnya bergoyang. “Iya! Aku udah nggak sabar mau lihat lumba-lumbanya loncat-loncat."Shankara menghela napas pasrah. Ini ba

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 244

    Informasi yang diterimanya dari Kaivan membuat Andara tidak kuasa menahan rasa penasaran.Shankara yang keselamatannya semakin terancam, dengan cepat mengambil alih handphonenya dari Kaivan sebelum anak itu bicara macam-macam."Hai, Ra, nggak usah dipikirin ya yang dibilang Kai.""Siapa yang sakit, Bang? Tadi Abang mampir ke mana dulu?" buru Andara menyelidiki."Itu, Ra, supplier spare part langganan Abang. Jadi tadi Abang mampir dulu. Makanya baru nyampe rumah jam segini.""Sakit apa? Kenapa kayaknya Kai takut?""Oh itu. Jadi teman Abang itu diinfus makanya Kai bilang jarum. Ada yang mau kamu omongin lagi sama Kai? Abang mau rebus air panas buat mandi dia." Shankara buru-buru mengalihkan."Coba kasih hpnya ke Kai, Bang."Ponsel Shankara pindah pada Kaivan. Selama hitungan menit ibu dan anak itu mengobrol berdua. Shankara mendengarkan dengan saksama. Syukurlah Kaivan tidak lagi membahas soal Ananta.

  • Lelaki Yang Terpaksa Menikahiku   Bab 243

    Shankara menarik napas panjang sambil membujuk Kaivan agar tetap bertahan di sana. Lelaki itu berlutut di lantai sembari meletakkan kedua tangannya masing-masing di bahu Kaivan."Kai, coba dengar Om dulu." Ia mencoba menenangkan Kaivan yang gelisah. "Malam ini kita menginap di sini, besok baru kita pulang ya?" bujuknya."Nggak mau!" Kaivan menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Kai mau main sama Kak Thalia.""Tapi Kak Thalia nggak ada di rumah. Dia di rumah Tante Calista.""Kalau gitu Kai mau pulang ke Bandung sekarang. Kai mau telepon Mama. Suruh Mama jemput sekarang." Kaivan mulai merengek.Shankara semakin panik. Ia tidak mau Kaivan mengadu pada Andara yang membuat semua jadi kacau."Ka, nggak usah dipaksa," ujar Ananta. Suaranya terdengar lemah.Shankara menatap sahabatnya itu. Ia bisa merasakan perasaan Ananta. Lelaki itu pasti sangat sedih."Ya udah, kita telepon Mama, tapi nanti kalau udah nyampe rumah ya." Shankara memutuskan untuk mengalah daripada memperunyam suasana. "Sekarang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status