Share

Bab 4

“Papa?”

Ara terperangah saat mengenali lelaki yang baru saja menyabotase perkenalannya dengan Gallen. Dia terlonjak tegak, begitu pula dengan Gallen. Siapa yang mengira Guntur Priambudi akan menemukannya di sini.

Gallen mengernyit sepintas lalu lantaran tak mengharapkan kemunculan keluarga Ara yang tiba-tiba. Sebelum Gallen sepenuhnya mampu menguasai rasa terkejutnya, Ara sudah diseret menjauh, meninggalkan meja.

Dua lelaki berbadan kekar membekuk Gallen. Kekagetan membuatnya lengah. Dia hanya bisa mengikuti ke mana dua orang itu membawanya.

“Lepaskan dia, Pa!” cicit Ara, memandang Gallen dengan perasaan bersalah.

“Masuk!” Guntur mendorong Ara ke dalam mobil.

Di mobil lainnya, Gallen pun menerima perlakuan yang sama. Hidungnya nyaris mencium permukaan jok ketika dia tersungkur. Sebelum Gallen sempat memperbaiki posisi tubuhnya, sesuatu menusuk lehernya. Rasanya seperti digigit semut merah. Dalam sekejap, semuanya menjadi gelap. Gallen kehilangan kesadarannya.

Siraman air dingin menyadarkan Gallen. Dia menggeleng kaget. Setelah berhasil mengumpulkan sebagian kesadaran yang tercerai-berai, dia menyadari dirinya terikat rantai pada sebuah tiang besar.

“Bagus akhirnya kau sadar.”

Gallen mendongak. Tampak seorang lelaki sangar dengan beberapa luka di wajah melangkah mendekatinya. Seringainya terlihat mengerikan lantaran sudut bibirnya bersambung dengan salah satu ujung luka di mukanya.

“Siapa kau?” tanya Gallen, dengan suara yang masih terdengar lemah.

Lelaki itu berjongkok di depan Gallen. Sebelah tangannya mencengkeram rahang Gallen. Tatapan buasnya seakan ingin memangsa Gallen hidup-hidup.

“Hahaha … lihat pecundang itu! Dia bahkan berani mempertanyakan siapa bos!”

Tawa beberapa lelaki beringas lainnya menggelegar memenuhi ruang terbengkalai itu. Suara mereka bergema dan memantul balik dari setiap dinding.

Gallen memutar bola mata, mengamati sekeliling. Dia menyadari ternyata dia berada di sebuah ruang kosong yang sangat luas. Sepertinya itu adalah bangunan bekas pabrik tua yang sudah lama tidak terpakai.

“Aku tidak mengenalmu. Kenapa kau menyanderaku?”

Gallen bersikap tenang. Dalam situasi seperti itu, dia tidak boleh memprovokasi lelaki di depannya. Dia harus bisa mengulur waktu agar dapat memikirkan cara untuk menyalamatkan diri.

“Kalau begitu, kau harus mengingat siapa aku dengan baik. Anggap ini sebuah penghormatan untukmu sebelum kami menghabisimu.” Lelaki itu mendekatkan bibirnya pada telinga Gallen. “Aku Codet Sakti, pemimpin Cakar Elang.”

Gallen tak mampu menyembunyikan keterkejutannya saat mendengar nama Codet. Sepak terjang lelaki itu sangat ditakuti sebagai pembunuh bayaran. Dia tidak percaya akan ada waktunya dia harus bertatap muka dengan lelaki berhati iblis itu. Gallen menggeleng pelan.

Gelengan Gallen menimbulkan gelegak amarah di hati Codet. Belum pernah ada orang yang berani meragukan eksistensinya sebagai ketua salah satu orgnisasi dunia hitam yang paling ditakuti di Kota Surabaya.

“Lepaskan dia!”

Anak buah Codet bergerak cepat membuka ikatan di tubuh Gallen dalam sekali perintah. Mereka tahu bos mereka ingin bermain-main dengan Gallen untuk menunjukkan kekuasaannya.

Begitu rantai di badan Gallen lepas, Codet menarik kerah Gallen. Tenaga Gallen masih terlalu lemah untuk melawan betotan tangan kekar Codet. Kondisi tubuhnya belum sepenuhnya bersih dari pengaruh bius.

Tamparan keras Codet mendarat di wajah Gallen tanpa belas kasihan. Setelah puas menyebabkan pipi Gallen bengkak dan membiru, Codet melayangkan tendangan berkekuatan penuh pada perut Gallen.

Gallen terbang di udara sejauh beberapa meter sebelum akhirnya menghantam dinding dan jatuh ke lantai penuh debu. Gallen terbatuk dan memuntahkan gumpalan darah segar dari mulutnya.

“Lelaki lemah sepertimu berani-beraninya melarikan Nona Arabelle,” maki Codet, menginjak wajah Gallen dengan sepatu kerasnya. “Kau cari mati karena benari mencuri kekasih tuan kami.”

‘Arabelle?’ Nama indah tersebut bergaung di dalam kepala Gallen. Ah, dia adalah wanita yang telah ditolongnya.

Hidup sungguh tidak adil. Dia telah menyalamatkan nyawa wanita asing tanpa mengharapkan imbalan. Kenapa penguasa langit malah mendorongnya ke jurang kematian?

Gallen ingin menyanggah tuduhan Codet. Sial, sebuah kaki lain milik anak buah Codet menghantam perutnya. Tendangan itu menjadi serangan pembuka bagi hantaman beruntun berikutnya. Tak satu pun anak buah Codet ingin ketinggalan berkontribusi dalam memberi pelajaran pada Gallen.

Gallen tak kuasa melawan. Dia hanya berusaha melindungi wajahnya dengan kedua tangan. Segenap persendiannya terasa hancur. Sekujur tubuhnya remuk redam. Penglihatannya berkunang-kunang. Kepalanya rasa berputar.

Gallen memejamkan mata. Pasrah pada garis takdir yang akan menimpa dirinya pada detik selanjutnya. Kalaupun dia harus mengucapkan salam perpisahan pada dunia sekarang, setidaknya dia baru saja melakukan perbuatan baik.

‘Ibu, bersiaplah menyambutku!’

***

Komen (6)
goodnovel comment avatar
yesaya hirepadja
sangat baik dan saya suka .
goodnovel comment avatar
Tukang Copy
lumayan. cuma cerita agak loncat2 haha
goodnovel comment avatar
Ya Fansi
sangat seru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status