Share

bab. 17

Author: Bulandari f
last update Last Updated: 2025-07-23 23:21:07
Bab 17

Tak ada malam yang benar-benar gelap kalau kau terbiasa tinggal dalam bayang-bayang.

Kupikir aku sudah kebal. Tapi malam ini... malam ini berbeda.

Setelah Revan pergi, aroma rokoknya masih tertinggal di bajuku. Setiap hirupan terasa seperti racun yang menempel di rongga napas, mengingatkanku bahwa masa laluku tidak pernah benar-benar pergi. Dia datang seperti hantu, menghancurkan lagi sisa-sisa pertahanan yang ku bangun pelan-pelan. Dan sialnya, dia tahu. Dia tahu aku belum sepenuhnya bebas.

Madam Sarah memanggilku ke ruang belakang malam itu, wajahnya lebih serius dari biasanya. Ruangan itu gelap, hanya ada satu lampu meja menyala, membuat bayangan di dinding seolah hidup.

"Kau pikir bisa main aman, Key?" katanya datar.

Aku berdiri diam. Tak menjawab. Aku tahu nada itu. Nada sebelum sesuatu yang buruk terjadi.

"Aku dengar kau terlalu akrab dengan si anak baru, Kirana."

Deg.

"Dia mulai banyak tanya. Dan biasanya... itu berbahaya."

Aku ingin membela, ingin men
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Lepaskan Aku, Om   bab 18.

    Bab 18"Kenapa kamu diam saja, Key?"Madam Sarah menatapku dengan tatapan menusuk. Bibirnya tersenyum tipis, tapi aku tahu, itu bukan senyum yang hangat—itu peringatan. Senyum penuh ancaman."Apa kamu tidak tertarik dengan tawaran ini?" lanjutnya sambil menyilangkan kaki. “Atau kamu sedang berlagak jual mahal?”Aku menggeleng pelan. “Bukan begitu, Madam… aku cuma… belum siap.”Salah. Jawaban itu salah.Tatapan matanya berubah dingin. "Siap atau tidak, kamu tidak berada di sini untuk memilih. Kau pikir tempat ini hotel? Kau pikir kamu ini bintang film yang bisa menolak tawaran kontrak?”Aku menunduk. Dadaku seperti dicekik. Aku bisa mencium bau parfum mahalnya—aroma melati bercampur alkohol. Dan sesuatu dalam diriku berontak, tapi aku hanya menggenggam selimut. Diam.“Kau akan bertemu dia besok malam,” katanya dingin. “Siapkan dirimu. Dan jangan buat masalah, Key. Kali ini... taruh seluruh harga dirimu di meja.”Setelah itu, dia bangkit dan pergi. Pintu menutup tanpa suara, tapi dentin

  • Lepaskan Aku, Om    bab. 17

    Bab 17 Tak ada malam yang benar-benar gelap kalau kau terbiasa tinggal dalam bayang-bayang. Kupikir aku sudah kebal. Tapi malam ini... malam ini berbeda. Setelah Revan pergi, aroma rokoknya masih tertinggal di bajuku. Setiap hirupan terasa seperti racun yang menempel di rongga napas, mengingatkanku bahwa masa laluku tidak pernah benar-benar pergi. Dia datang seperti hantu, menghancurkan lagi sisa-sisa pertahanan yang ku bangun pelan-pelan. Dan sialnya, dia tahu. Dia tahu aku belum sepenuhnya bebas. Madam Sarah memanggilku ke ruang belakang malam itu, wajahnya lebih serius dari biasanya. Ruangan itu gelap, hanya ada satu lampu meja menyala, membuat bayangan di dinding seolah hidup. "Kau pikir bisa main aman, Key?" katanya datar. Aku berdiri diam. Tak menjawab. Aku tahu nada itu. Nada sebelum sesuatu yang buruk terjadi. "Aku dengar kau terlalu akrab dengan si anak baru, Kirana." Deg. "Dia mulai banyak tanya. Dan biasanya... itu berbahaya." Aku ingin membela, ingin men

  • Lepaskan Aku, Om   Bab 16

    Bab 16 Malam terasa tak berujung. Jam dinding tua di lorong berdetak lambat, seolah mengejek setiap detik yang ku lalui di ruangan sempit itu. Dinding kusam kamar nomor 3 tak meresap suara—semua tangis, semua jeritan, semua tawa palsu dari balik tembok menjadi suara latar yang tak bisa kupadamkan. Aku belum tidur. Tak bisa tidur. Luka di lututku kini mulai mengering, tapi rasa pedih di dada masih membakar. Wajah Revan muncul terus di kepalaku. Suaranya. Tatapannya. Betapa bodohnya aku, membiarkan diriku percaya, bahkan berharap. "Aku rindu pulang..." bisikku, nyaris tak bersuara. Tapi bahkan kata 'pulang' kini terasa asing. Aku sudah terlalu lama di tempat ini. --- Pagi datang tanpa cahaya. Hanya lampu neon lorong yang berganti warna dari merah muda menjadi putih pudar. Suara langkah tumit tinggi mulai berdentang di luar, bersama suara wanita tua penjaga kamar. “Nomor 3! Siap-siap. Tamu siang datang lebih awal!” Aku belum sempat berdiri ketika pintu dibuka kasar. Seor

  • Lepaskan Aku, Om   Bab 15 – Ketahuan

    Bab 15 – Ketahuan Aku kira aku bisa bebas. Aku kira malam ini akan jadi awal baru—aku salah.Langkahku baru saja menyentuh aspal jalan raya ketika suara itu menghantam seperti palu godam."Bos, aku menemukannya!"Tubuhku membeku. Aku menoleh. Di balik semak gelap, dua pria bertubuh besar muncul. Salah satunya adalah Jaka—tangan kanan Madam Sarah. Yang satunya aku tak kenal, tapi wajahnya menyeringai seperti sudah menantikan ini sejak tadi.Aku sempat melangkah mundur, bersiap berlari lagi.“JANGAN COBA LARI, KEY!” teriak Revan. Dan sebelum aku sempat menjerit, lenganku ditarik kasar dari belakang oleh pria yang satu lagi. Ia membekap mulutku dengan tangan penuh bau rokok dan keringat.“Akhirnya dapet juga, ya,” katanya puas, sambil menyeret tubuhku ke arah van hitam yang entah sejak kapan sudah parkir tak jauh dari sana.Aku memberontak. Menendang. Menangis. Tapi semua sia-sia. Mereka lebih kuat. Dan malam terlalu gelap untuk berharap ada yang melihat.Pintu belakang van terbuka. Dan

  • Lepaskan Aku, Om   Bab 14. Jerat yang Menghancurkan

    Bab 14 – Jerat yang MenghancurkanTanpa rasa takut, aku mencoba keluar dari pintu depan. Lututku gemetar, tapi tekadku lebih keras dari sebelumnya. Para pria bertubuh kekar yang berdiri di ruang tamu hanya memandangiku, tak satu pun menghalangi langkahku. Aku pikir aku sudah menang—aku pikir mereka membiarkanku pergi.Tapi ternyata tidak.Begitu aku membuka pintu, tubuhku terpaku. Seorang wanita paruh baya dengan riasan tebal, gaun ketat, dan tatapan penuh amarah berdiri di sana. Tangannya yang bertabur perhiasan langsung melayang ke wajahku.Plakk!!!“Ahh!” Aku menjerit tertahan, tubuhku terhuyung. Tangannya kembali mendarat ke wajahku. Satu, dua, tiga kali. Aku sudah kehilangan hitungan.“Dasar wanita murahan! Kamu pikir bisa kabur dari aku, hah?!” bentaknya sambil mencengkeram rambutku. “Anak tolol! Jangan pernah mimpi keluar dari tempat ini tanpa izinku!”Aku mencengkeram pipi yang mulai panas, menahan air mata yang menggenang. “Apa salahku, Madam?!” Aku membalas dengan suara berg

  • Lepaskan Aku, Om   Bab 13

    Bab 13Keesokan harinya, setelah menghabiskan waktu selama satu Minggu di villa nya Revan, datang seorang pria dengan bertubuh gendut, pendek dan rambut kriting. Tapi tampilannya persis kayak seorang bos. Sampai membuatku bertanya-tanya. "Siapa lagi pria ini?"Belum sempat aku bertanya kedatangan pria itu untuk apa, tiba-tiba Revan muncul dan langsung berkata, "Bagaimana Om? Cantik, kan? Persis seperti yang aku ceritakan," ujarnya sambil tersenyum. Membuatku merasa aneh, karena baru kemarin Revan menunjukkan sikap baiknya padaku, membawaku keluar dari rumah lon*e. Kalau aku bilang nya gitu sih. Mengingat tempat itu tidak baik untuk siapapun, setiap wanita yang datang kesitu akan di jual ke para pria hidung belang, begitu juga dengan ku. Tapi ternyata pikiran ku salah, bahkan ini terlihat lebih parah dari dugaan ku sebelumnya. Tatapanku tertuju pada pria berbadan gempal itu. Meski tubuhnya tidak tinggi dan wajahnya biasa saja, penampilannya mencolok: jas mahal, sepatu mengkilap, cin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status