Hari kemarin pun telah berlalu dan tibalah hari ini; hari Sabtu. Aku melangkah menaiki tangga dengan langkah yang tak begitu cepat untuk menghemat tenaga. Lagi pula, bel masukan masih belum berbunyi jadi aku tidak perlu terburu-buru masuk ke kelas.
Tiba-tiba ada yang menarik ranselku dari belakang sehingga aku nyaris saja terjungkal. Aku berpegangan erat dengan pegangan tangga sembari menstabilkan tubuhku. Bunyi detak jantungku yang berdetak dengan sangat cepat terdengar jelas di telingaku.
"Hei, Freya!" sapa orang yang menarik ranselku tanpa rasa bersalah.
Kutarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan panjang. Aku menoleh ke arah orang yang menyapaku; Christina, salah satu anggota gengnya Celestine. Dia adalah gadis tomboy dan memiliki sifat yang usil seperti Stephen.
"Kamu gila, ya, main narik-narik tas orang di tangga? Bagaimana kalau nanti aku jatuh dan terluka?" tegurku sambil menatap tajam Christina.
Christina hanya cengengesan saat
Aku duduk di atas ranjang yang tidak begitu empuk dengan segelas air hangat di tanganku. Kuedarkan pandanganku ke sekeliling ruangan ini. Di ranjang lain terbaring lemas seorang siswi yang sepertinya habis pingsan.Di samping ranjangnya, duduk seorang wanita bertubuh pendek dan gempal. Wanita itu adalah petugas UKS lain yang menggantikan jadwal jaga bu Herlina karena dia berhalangan untuk hadir di sekolah."Tadi kamu ada sarapan?" tanya petugas UKS tersebut kepada siswi itu.Siswi itu menggelengkan kepalanya dengan lemah. Petugas UKS itu pun menghembuskan napas panjang. Dia menceramahi siswi itu mengenai pentingnya sarapan dan menyuruhnya untuk makan setelah keluar dari ruang UKS.Setelah puas berceramah, wanita berbadan gempal itu mengalihkan pandangannya dari siswi itu ke arahku. "Kalau kamu, apa kamu sering sesak?""Iya, Bu," jawabku.Lawan bicaraku bangkit dari kursi lalu berjalan menghampiriku sambil menyeret kursi yang tadi didudukinya
Bunyi peluit yang nyaring tertangkap oleh telingaku. Aku dan siswi-siswi lainnya pun berhenti bergerak dan menoleh ke arah sumber bunyi, guru PENJAS. Pria itu berdiri di tepi lapangan sambil melihat jam tangan yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya."Waktu habis! Pemenangnya adalah grup Christina dengan skor 8:4!" ujar pak guru.Suara sorak sorai dari murid laki-laki mulai terdengar. Mereka bersorak kepada grup yang menang dan mengabaikan grup yang kalah. Christina, sebagai pemain yang mencetak paling banyak goal pun berselebrasi dengan meriah."Kamu hebat, Christie!" puji Celestine yang menyebut nama Christina dengan nama kecilnya.Celestine dan anggota gengnya mengangkat tubuh Christina dan melemparnya ke atas berulang kali. Karena tubuh Christine yang kecil, dia jadi ringan untuk diangkat dan dilempar seperti itu.Aku mengalihkan pandanganku dari kelima siswi itu lalu melangkahkan kakiku keluar dari lapangan dengan langkah lesu. Aku tida
Saat aku sedang menikmati bekalku sambil melihat pemandangan dari atap sekolah, tiba-tiba ada yang mendorong punggungku dari belakang. Kotak bekalku pun terlepas dari tanganku dan terjun bebas ke bawah.Terdengar bunyi benda jatuh saat kotak bekalku mendarat di atas permukaan datar yang keras. Sontak aku melihat ke bawah dan mendapti kotak bekalku terbalik di atas kanopi beton. Kuhela napas lega saat mengetahui kotak bekalku tidak langsung jatuh ke dasar.Kugenggam erat pagar beton yang tingginya hanya sepinggangku. 'Untung saja ada kanopi. Kalau tidak, kotak bekalku pasti akan pecah karena jatuh dari ketinggian 4 lantai.'Karena terlalu fokus pada keadaan kotak bekalku, aku jadi lupa dengan orang yang sudah mengagetkanku sehingga membuatku menjatuhkan kotak bekalku. Orang memanggil namaku untuk menarik perhatianku."Freya~ Kamu lagi melamunkan apa sih? Daritadi dipanggil tidak nyaut," tanyanya.Aku pun membalikkan badanku, menghadap ke arah lawan
Mendengar suara lelaki dewasa yang berteriak kepadaku, sontak aku menghentikan kegiatanku dan menoleh ke arah sumber suara. Kulihat seorang guru berseragam cokelat berdiri di ambang pintu yang berjarak cukup jauh dari tempatku berdiri.Pria itu berlari ke arahku walaupun tubuhnya sudah tidak sebugar saat dia lebih muda. "Ayo naik ke sini! Di sana berbahaya, Nak!"Aku pun menuruti perintahnya. Aku memanjat tembok yang tingginya hanya sepinggangku dan beranjak dari atas kanopi. Pak guru yang mengkhawatirkanku pun membantuku turun dari tembok yang kupanjat dan bertanya kepadaku."Apa yang kamu lakukan di sana? Kamu tahu tidak seberapa kagetnya saya melihat kamu berdiri di atas kanopi? Itu berbahaya, tahu!" Dia memborbardir aku dengan pertanyaan-pertanyaan dan teguran."Maaf, Pak, saya hanya mau mengambil kotak bekal saya yang jatuh," jawabku sambil memperlihatkan kotak makan berbahan plastik di tanganku.Pak guru menggeleng-gelengkan kepalanya setelah
Aku duduk di sofa yang empuk, bersama dengan siswi-siswi lain yang ikut ke sini denganku. Seorang pria berkepala plontos berdiri di depan kami sambil menyilangkan tangannya di dada. Guru yang mengantar kami ke sini pun sudah tidak terlihat lagi batang hidungnya."Jadi, kalian merundung Freya lagi?" tanya pak Yeremia kepada geng Celestine setelah mendengarkan detail kejadian yang terjadi di WC perempuan lantai 3."Iya, Pak," jawab Celestine sambil memperhatikan kukunya yang pendek.Kelima siswi itu sukses membuatku menggeleng-gelengkan kepalaku. Mereka sama sekali tidak memperlihatkan sikap hormat kepada guru BK di depan kami. Mentang-mentang orang tua mereka menyogok pak Yeremia, mereka bisa bersikap seperti bos di hadapan guru itu.Kualihkan pandanganku ke arah pak Yeremia yang tampak tak masalah dengan sikap tidak sopan geng Celestine. Pria berkepala plontos itu hanya menatap mereka dalam diam dan tidak menegur mereka karena merundungku lagi.Aku
Aku menghentikan langkahku saat melihat geng Celestine berdiri menghalangi tangga turun. Kubalikkan badanku ke kanan dan berjalan ke arah yang berlawanan dengan mereka. Untung saja bangunan ini memiliki dua pasang tangga yang bisa dipakai.Kulangkahkan kakiku dengan cepat menuju tangga turun yang berada tepat di samping kelas sebelah. 'Kalian pikir kalian bisa mencegatku? Seharusnya kalian menjaga kedua tangga supaya aku tidak bisa kabur ke tangga lain.'Sesekali aku menengok ke belakang untuk memeriksa apakah mereka mengejarku atau tidak. Kulihat kelima siswi itu berlari menerjang ke arahku. Aku pun berdecak kesal dan mempercepat tempo lariku agar tidak tertangkap oleh mereka.Kuturuni tangga dengan cepat dan berhati-hati agar tidak salah pijakan. Saat kupikir aku pasti akan berhasil kabur dari kejaran mereka, seseorang dari mereka berhasil mengejarku dan tanpa aba-aba menarik ranselku.Aku pun terjungkal ke belakang karena dia menariknya dengan kuat. Tu
Aku berjalan menuju gerbang sekolah dengan langkah lesu. Telapak tangan kananku menutupi pipiku yang perih, dengan harapan itu bisa meredakan rasa sakit ini. Sepertinya pukulan-pukulan yang kudapatkan dari Celestine meninggalkan bekas pada kulitku.Kulangkahkan kakiku melewati gedung sekolah dasar yang sunyi karena hampir semua murid-muridnya sudah pulang ke rumah. Beberapa anak yang masih belum pulang melihat ke arahku dengan pandangan heran.Mereka pasti heran melihatku yang berpenampilan berantakan seperti ini. Aku pun memalingkan mukaku dari mereka dan mempercepat langkah kakiku. Tatapan mereka yang memandangku seakan-akan melihat sebagai orang gila membuatku merasa tidak nyaman.Ringisan kesakitan keluar dari mulutku saat aku tidak sengaja menekan pipiku yang sakit. Sontak aku melepaskan telapak tanganku dari mukaku dan memperlambat ritme langkahku hingga kedua kakiku berhenti bergerak.Aku berdiri diam di dekat parkiran mobil para guru dan menundukk
Beberapa hari telah berlalu, tibalah hari Senin. Biasanya hari Senin diawali dengan upacara bendera, tetapi kali ini upacara bendera ditiadakan. Kegiatan yang dilaksanakan tiap sekali dalam seminggu itu diadakan karena ujian akhir semester sedang berlangsung.Kulangkahkan kakiku menuju gedung SMP. Aku menghembuskan napas panjang dan berusaha menenangkan diriku yang gugup. 'Bagaimana aku tidak gugup? Hari pertama UAS dimulai dengan pelajaran yang paling berat, yaitu Matematika.'"Tak terasa UAS sudah datang. Kuharap kali ini aku bisa mendapatkan banyak nilai sempurna," gumamku sambil memandang langit biru yang cerah.Kulangkahkan kakiku menaiki tangga dan mulai mencari dimana ruang ujianku berada. Kuperhatikan selembar kertas yang ditempel pada setiap pintu kelas yang kukunjungi. Tak satu pun dari kertas-kertas itu memuat namaku di dalamnya.Aku pun membalikkan badanku dan lanjut berjalan menuju tangga naik ke lantai 3. Saat aku akan menaiki anak-anak tang