Share

Bab 2# Kedua

Hari ini jalanan terlihat ramai sekali. Disana ada seorang perempuan, yang baru saja mengangkat sebuah panggilan diponselnya.

“Halo mi !” sapanya saat melihat maminya yang menelpon.

Lagi dimana sayang ?” tanya mami

“Lagi di luar mi. Ada urusan bentar,” jawabnya

“Kamu nggak lagi lari kan ?” tanya mami langsung

“Enggak kok mi. Ini masih di Jakarta.” jawabnya

“Kamu kenapa sih nggak mau nerima tawaran papi ?. Kan kamu banyak nganggur nya sayang,” tanya mami lagi

“Nggak mau mi. Pokoknya enggak mau!” setelah mengatakan itu, dia langsung memutuskan panggilan mereka.

Sebenarnya dia tidak ingin menutup panggilan itu, tetapi dia bisa saja terlambat jika masih berada di sana.

Terlihat banyak yang mengantri didepan ruangan interview perusahaan. Memang perusahaan yang sedang dia tuju itu, sedang membuka posisi yang terbilang banyak. Jadi tidak heran banyak yang mengantri di sana. 

"Karenina Raisa Wijaya!" panggil seorang pria bagian recruitment yang berdiri didepan pintu

Dia mengangguk ramah dan segera mengikuti pria tersebut kedalam ruangan. Sekilas ruangan itu tampak bersih. Hanya ada beberapa orang di dalam nya.

Namanya Karenina. Tapi dia lebih sering dipanggil Yaya.

“Sepertinya pria yang duduk di kursi paling mewah itu boss perusahaan ini,” pikirnya

 

"Selamat pagi pak!" dia menyapa pria tersebut dengan sopan.

 

Awalnya dia mengira pemimpin perusahaan ini adalah seorang pria paruh baya, namun ternyata dia salah.

Pria yang sedang dia temui itu memiliki postur tegap, terlihat bugar dan berwibawa. Walau belum benar-benar melihat wajahnya, dia bisa menebak dia masih muda.

Mungkin umurnya baru sekitar 30-an. Tidak terlalu berbeda jauh dengan Yaya.

 

"Interview nya dilanjutkan nanti saja. Saya harus segera pergi!" kata pria tersebut yang yaya pikir CEO. Ataukah dia juga direktur ?. Karena dia terlihat arogan sekali.

Yaya hanya berdiri diam disana. “Hei ! Bahkan dia belum dipersilahkan duduk”. Sungguh, rasanya yaya ingin berkata seperti itu kepadanya.

 

Pria itu langsung berjalan melewati yaya begitu saja tanpa mengatakan apapun lagi.

Bahkan dia tidak melihat sedikitpun rasa bersalah di wajahnya. Tentu saja. Itu karena yaya hanya melihat wajahnya sekilas sebelum dia pergi.

 

"Mohon maaf mba. Nanti akan kami hubungi lagi untuk informasi lebih lanjut," ucap pria yang tadi memanggil yaya untuk interview.

Yaya hanya mengangguk sebagai jawaban. Setidaknya masih ada pegawai yang ramah kepadaku walau dia belum bekerja disana.

 

"Iya pak. Tidak apa-apa.” jawabnya sopan sambil sedikit menunduk.

“Kalau begitu saya permisi," 

 

Yaya keluar ruangan dengan rasa sedikit kecewa. Setidaknya jangan membuka interview kalau ujung-ujungnya seperti ini.

 

"Yaya!" panggil seseorang saat aku hendak keluar dari gedung perusahaan.

 

Yaya merasa seperti ada yang memanggilnya barusan. Tapi entah siapa yang barusan memanggilnya. sepertinya dia tidak mengenal orang yang memanggil barusan.

Dia berhenti sejenak untuk melihat wajahnya. Dia masih sedikit jauh jadi yaya belum tahu siapa dia.

“Yay!” panggil nya lagi dan berjalan mendekat ke arah yaya

“Maaf ?” tanya yaya karena dia masih saja belum mengenali pria itu walau sudah mencoba mengingatnya.

“Masa lupa sih ?” tanya pria itu

Yaya menaikkan sebelah alisnya mendengar itu.

Dia manusia, jadi lupa adalah hal yang manusiawi juga.

“Ini aku yudha!” kata nya lagi

 

Ohh. Pantas saja tidak asing, yaya baru sadar sekarang.

 

"Apa kabar ?, udah lama enggak ketemu kamu " kata yudha

. . .

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status