Yaya mengangguk sebentar dan memberi senyum kepadanya
"Gue baik kok. Lo sendiri ?" Tanya yaya. Dulu dia dan yudha memang mengobrol dengan panggilan aku-kamu. Tapi itu semasa sekolah dasar. Dia pikir setelah dewasa mereka tidak perlu lagi seperti itu "Aku baik juga,” jawab yudha“Panggilnya lo-gue aja. Nggak usah formal gitu kali!” kata yaya mencoba menetralkan suasana.
“Aku enggak bisa. Kamu kan beda!” jawab yudha
“Alesan. Dulu aja manggilnya sok lo-gue. Sekarang malah enggak mau,” kata yaya. Yaya sudah biasa menanggapi perkataan yudha yang seperti itu.
Walau masih anak SD. Yudha ini terbilang playboy loh dulu. Walau awalnya dia tidak seperti itu. Mungkin hanya salah pergaulan.
Tapi yaya mendengar bahwa dia masih sering memberi harapan palsu pada perempuan yang berbeda-beda.
“Kamu sibuk nggak ? Mau ngobrol dulu ?" Tanya yudha
Dulu mereka berdua berteman akrab. Sampai-sampai setiap pacarnya selalu kesal dengan yaya tanpa alasan.
"Aduh maaf. Lain kali aja yah. Gue harus balik cepet nih," jawab yaya menolak ajakan yudha Dia terlihat kecewa dengan jawaban itu. Tapi masa bodo lah. Terlalu banyak masalah yang akan timbul jika yaya berduaan dengan yudha.Cukup SD hingga SMP saja dia meladeni kelakuan pria itu. Sekarang tidak lagi. Bisa di datengin cewek bar-bar kalau jalan bareng. Belum lagi abangnya yang dulu sangat kesal jika melihat yaya dan yudha berbincang berdua.
"Baiklah. Tapi lain kali jangan nolak oke ?" Dia berkata dengan nada penuh penekanan. Yaya hanya mengangguk sebagai jawaban“Tuh kan kebiasaan. Dari dulu enggak berubah. Suka banget ngasih harapan palsu!” kata yudha
“Enggak. Gue bukan tipe orang kayak gitu kali,” jawab yaya.
“Jadi bisa kan, makan bareng lain kali,” kata yudha lagi
"Kalo gue enggak sibuk, okelah!" jawab yaya
"Haha, Omongan lo kayak orang penting aja. Tapi sip lah, gue tunggu!" kata yudha tidak lagi menggunakan aku-kamu.“Lo aja yang nggak tahu kalo gue ini orang penting,” cibir yaya
“Iya tahu. Lo juga penting banget buat gue!” kata yudha
Yaya ingin muntah saat mendengar hal itu. Percaya diri sekali dia saat mengatakan itu. Seakan tanpa beban.
“Gue pergi dulu,” pamit yaya.
Sungguh, dia tidak ingin lagi berlama-lama berbincang dengan yudha.
“Mau dianter ?” tanya yudha
Yaya menggeleng cepat untuk menolak ajakannya
“Nggak usah. Gue bawa mobil kok.” jawab yaya
“Lagian gue juga ada urusan bentar sih,” kata yaya lagi.
Dia mencari alasan agar dia segera pergi dan tidak lagi berdekatan dengan Yudh.
Dia memang harus menolak cepat sebelum pria itu semakin mencari alasan.
“Gue balik yah,” kata yaya tanpa ingin mendengar perkataannya lagi
Dia berjalan terburu-buru meninggalkan tempat itu. "Apakah yudha juga bekerja disana ?, oh astaga!" batin yaya Oh yah, biar aku ceritakan tentang pria itu dengan lebih detail kepada kalian. Walau aku hanya akan menceritakan garis besarnya saja.Namanya yudha. Dia temanku sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama. Dia baik, tampan, ayahnya seorang tentara dan dia sangat sopan.
Tapi setelah menginjak bangku SMP, dia malah berubah menjadi playboy. Bahkan kesopanan, kerajinan dan semua yang aku kagumi sejak SD telah menghilang semua. Kecuali wajah tampan dan status anak tentara. Aku mengangguminya sejak SD tanpa tahu perasaannya kepadaku. Jujur saat itu aku hanya merasa dia berbeda dari teman-temanku yang lain. Saat SMP, dia mengutarakan perasaannya kepadaku dan mengajakku pacaran. Tentu saja kutolak. Dia masih saja mendekatiku sampai lulus SMP. Walau kelas kami berbeda waktu itu. Bahkan aku berulang kali berurusan dengan para cewek yang mengaku pacarnya atau cewek yang menyukainya.Mungkin ini adalah hari sialku. Itu karena aku bertemu dengan nya lagi setelah belasan tahun. Cukup dia membuatku berurusan dengan 18 cewek dan aku tidak ingin menambah lagi.
Oke, dia punya satu kakak laki-laki yang berbeda tiga tahun dengannya. Artinya kakak nya itu juga berbeda tiga tahun denganku. Dia tidak menyukaiku dan aku menyadari itu. Entah apa salahku, aku bahkan tidak pernah berbicara dengan kakak-nya itu namun dia terlihat sangat membenciku. Bahkan sejak SD. Entah apa yang terjadi dengan anak itu.Aku pikir hanya yudha yang aneh. Tapi ternyata kakak nya lebih aneh lagi.
. . .
Siang ini, audrey merasa bingung karena melihat sepupunya yang sedang berada di depan Resto miliknya.Tidak biasanya. Pasti sedang terjadi sesuatu."Woi Ryan!” teriak audrey saat melihat ryan yang sedang bersandar di samping mobilnya.“Ngapain disini ?” tanya audreyDia meneliti penampilan ryan. Masih rapi."Kok diem ?" Tanya audrey“Gue mau makan lah. Ngapain lagi ?” ujar ryan“Bu-““Udah buruan masuk. Gue laper nih!” lanjut ryan tanpa mendengar perkataan audrey lagiMereka segera masuk ke Restoran milik audrey. Walau sebenarnya ini masih jam kantor. Dan belum masuk waktu makan siang.“Sekarang jawab! Tumben lo bolos kerja,” desak Audrey“Gue nggak bolos. Cuman istirahat lebih cepat aja.” Jawab ryan“Sama aja kak. Itu namanya bolos!” jelas audreyMendengar itu, ryan langsung menatap audrey dengan wajah t
Malam hari di rumah yayaTok tok tokTerdengar suara ketukan di pintu kamar yaya“Sebentar bi!” ucap yayaDia tahu yang mengetuk itu pasti bibi. Karena hanya mereka berdua yang tinggal disana.Sebenarnya disana juga ada supir, satpam dan penjaga kebun. Tapi mereka tidak tinggal di rumah yaya. Mereka hanya akan bekerja dan pulang setelahnya.Bibi yang bekerja di rumah yaya belum terlalu tua. Baru sekitar 50-an. Suaminya sudah meninggal dan anak nya sudah pergi merantau ke kota lain. Sudah menikah, dan menetap di kota itu. Jadi tinggal lah bibi sendiri.“Iya bi ?” tanya yaya setelah membuka pintu“Bibi mau bilang kalau tadi nyonya besar datang kesini non,” ujar bibi“Sini masuk dulu bi,” ajak yaya agar asisten rumah tangga nya itu masuk dan berbincang di kamar nya.“Duduk bi!” kata yaya dan mereka berdua duduk di sofa yang berada di kamar itu.
Mereka masih terus berbincang. Saling menanyakan keadaan satu sama lain.Sebenarnya yaya bukan melamar kerja karena dia bosan dengan pekerjaannya di Rumah Sakit sebagai Dokter Kandungan. Tapi Itu karena yaya dipaksa oleh mami dan papinya untuk bekerja di perusahaan papi sebagai direktur. Tentu saja yaya menolak.Bahkan rumah sakit tempatnya bekerja juga milik keluarga mami yang akhirnya memang menjadi bagian mami. Yaya dulu menolak menjadi direktur di rumah sakit tersebut dan memilih bekerja di rumah sakit lain. Tapi mami nya memaksa agar dia bekera disana. Akhirnya yaya setuju, tapi dengan syarat hanya menjadi dokter kandungan.Sekarang terjadi lagi. Yaya tidak ingin menjadi direktur di perusahaan papa yang bergerak di bidang properti tersebut. Yaya bukan anak tunggal kaya raya okey. Dia punya kakak laki-laki yang juga memilih untuk menjadi pebisnis. Kakak nya juga memegang kendali salah satu perusahaan papa di jakarta. Sayang nya, kakak yaya sudah menikah seka
Pagi ini, yaya datang ke Sanjaya Company seperti yang disampaikan mereka semalam.“Yaya!” ucap HRD menggulang nama yaya“Untung saja kamu tidak dipanggil nina.” ujar wanita itu lagi. Namanya Nina. Pantas saja dia berkata seperti itu. Semoga saja namanya bukan karenina. Karena akan benar-benar mirip dengan yaya. Walau sebenarnya sama pun tak apa.Itu karena dia memakai name tag. Jadi yaya bisa mengetahui namanya. Jangan mengira bahwa yaya bisa mengetahui namanya begitu saja.Jika ia bisa, ia akan mencari tahu juga nama jodohnya. Siapa tahu memang sudah saatnya dia menikah.“Apa nama ibu juga karenina ?” tanya yaya mencoba mengobrol agar mereka tidak terlalu kaku satu sama lain“Oh tidak. Nama saya Nina kalista. Jadi saya biasa di panggil nina,” jelas nyaYaya mengangguk mendengar penjelasan nya. Tidak terlalu buruk. HRD nya itu orang yang baik. Menurut yaya.“Oh ya,
"Boss ?” ulang yaya“Iya!” jawab nina“Pak manajer ?" Tanya yaya memastikan"Bukan. Dipanggil pak CEO. Di suruh keruangannya." jelas ninaYaya mengangguk. Ia ingin bertanya lagi tapi kelihatannya nina sedang sibuk. Itu terlihat seperti nina memang mencarinya sejak tadi."Baiklah!" Ujar yaya. Bahkan tidak sempat mengatakan terima kasih karena nina yang sudah lebih dulu pergi.Awalnya yaya akan membuat kopi. Tapi panggilan CEO lebih penting saat ini. Dia lalu segera berjalan keruangan CEO.Apakah setiap karyawan baru akan langsung berhadapan dengan boss seperti ini ?. Dulu waktu yaya bekerja dia tidak seperti itu.Lantai yang sedang yaya pijak sekarang ini sepertinya hanya khusus untuk CEO, karena di sana hanya terlihat sebuah meja yang mungkin digunakan sekretaris untuk bekerja, dan sebuah pinta besar dengan beberapa ornamen disana.“Permisi pak,”
“Baiklah” jawab yaya. Dia bahkan tidak bisa menyembunyikan tawa lucunya walau dia sudah mencoba menahannya.“Kenapa tertawa ?” tanya pria itu dengan wajah yang tidak suka.Akhirnya, yaya menghentikan tawanya.“Hanya merasa lucu. Sebenarnya sudut pandang mana yang ada lihat ?. Hingga bisa mengatakan bahwa saya mencoba mendekati adik bapak ?!” jelas yaya“Saya bukan bapak kamu!” protes bossnya itu.Yaya mengernyit sejenak. Dia memang bukan bapaknya yaya. Apalagi papinya. Sama sekali tidak mirip.“Lalu harus saya panggil siapa?" Tanya yaya."Lagipula, saya sudah lupa siapa nama anda!” jawab yaya lagiBoss di depannya ini sepertinya suka sekali menatap orang dengan tajam. Buktinya dari tadi dia selalu menatap yaya dengan tajam dan pandangan seolah meremehkan.“Berhenti menatap saya dengan tatapan menilai seperti itu. Dan berhenti bersikap seolah anda dan adik
Hari ini cuaca terlihat sangat cerah. Sepertinya hari ini akan terasa menyenangkan. Walau setiap hari rasanya menyenangkan bagi Audrey.“Mba audrey !” teriak seseorang dari depan rumah audreyMendengar itu, audrey bergegas turun karena dia juga akan berangkat ke kantor hari ini.“Iya mang!” jawab audrey saat mendapati mang ucup yang berada di depan rumah.“Selamat pagi neng,” ucap mang ucup dengan ramah“Pagi mang !” jawab audrey dengan senyum yang tak kalah ramahnya.Audrey selalu membeli onde-onde dari mang ucup dan memakan nya selama perjalanan. Walau dia juga sudah lebih dulu sarapan tadi. Maklumlah, rasanya kurang jika audrey belum ngemil di pagi hari.“Beli yang biasa mba ?” tanya mang ucup“Iya mang !” jawab audreyAh, audrey benci ketika tahu bulat di depannya juga seperti meminta untuk dibeli.“Sama tahunya mang, telur puyuhnya
~Dia tahu semuanya tidak akan pernah sama lagi. Namun dengan egoisnya,dia masih berharap semuanya akan baik-baik saja~Hari ini seperti biasa, audrey mengemudikan mobilnya menuju kantor. Dia selalu datang tepat waktu. Tidak terlalu cepat, dan tidak juga terlambat.Awalnya audrey tidak ingat dengan satpam di depan kantornya. Tapi kerumunan pagi ini membuat audrey kembali mengingat kejadian kemarin.Sepertinya pemandangan ini akan terjadi setiap hari. Semoga akhir pekan segera datang, walau hari ini barulah hari selasa.“Pagi mba audrey” sapa satpam yang sama seperti hari kemarin. Sebenarnya bukan saja hari kemarin, tapi setiap hari juga mereka selalu menyapa karyawan yang masuk.“Pagi juga pak..” jawab audrey“Masih sama kayak hari kemarin yah” kata audrey sambil melirik ke arah kerumunan itu.“Iya mba. Biasa, orang ganteng mah beda” jawab pak