Setelah aku menjemput Sera akhirnya kami sampai di Cafe Milley dan memesan beberapa menu. Kali ini aku memesan steak dan wine begitu juga dengan Sera. Kami menikmati hidangan dengan santai sambil mengobrol hal-hal kecil. Sebenarnya setelah ini aku hendak memberitahukan bahwa aku akan segera dipindahkan tugas. Namun sepertinya waktunya tidak tepat jadi tidak ku ceritakan kepada Sera. Universary kami tinggal menunggu beberapa hari lagi aku bingung apa yang harus ku berikan kepada Sera mengingat banyak sekali barang yang dia suka sudah kuberikan kepadanya. Sepertinya aku harus meminta pendapat temanku yang tau banyak soal perempuan.
“Bagaimana makanannya?” tanyaku kepada Sera
“Tidak pernah mengecewakan,” jawabnya dengan sedikit tertawa kecil
Ku tuangkan wine ke dalam gelasnya dan kami bersulang. Meskipun ini siang hari tidak ada salahnya menikmati wine di tengah suasana kencan kami. Melihat makanan yang sudah kami habiskan kini Sera mengajak ku berbelanja kosmetik yang dia perlukan. Kami menyusuri mall dan beberapa toko kecantikan yang ada di sana sambil memilih produk yang di inginkan dia. Tidak di sangka tiba-tiba kami bertemu dengan teman lamaku Joe dan Meredy dilihat dari kebersamaan mereka ternyata tidak berubah mereka sampai saat ini masih berkencan rupanya.
“Wow apa itu kau Brian,” ucap Meredy dengan ramah
“Meredy? Sedang apa kau disini eh Joe juga aku paham dengan situasi ini,” sahutku
“Tentu saja berbelanja. Bagaimana kabarmu? Sudah lama sekali ya terakhir kali bertemu ketika perpisahan. Kau kemana saja sampai tidak ada kabar begitu?”
“Bukannya tidak ada kabar aku hanya sedikit sibuk. Ya hanya itu,”
“Mmm..... mencurigakan,”
“Apa yang kau curigai?” tanyaku dengan sedikit kesal
“Bercanda,” Lol
“Eh bro masih terlihat sama rupanya. Bagaimana kalau kita reuni minggu ini di Vivi Club?” ajak Joe
“Bagaimana kalau lain kali saja. Minggu ini aku benar-benar tidak bisa,” ucapku kepada Joe
“Kau dengar dia tidak bisa tidak perlu memaksanya mungkin ada hal yang lebih penting iya kan Sera?” ucap Meredy kepada Sera
“Eh...” ucap Sera dengan sedikit kaget
“Padahal aku ingin party,” sahut Joe
“Lain kali saja bro kau tidak dengar,”
Pembicaraan dengan mereka menjadi cukup lama dan akhirnya kami nongkrong di Cafe yang ada di sekitar situ. Sambil mengobrol beberapa hal karena sudah lama sekali kami tidak bertemu dan sekalinya bertemu mereka tidak tanggung-tanggung membicarakan banyak hal mulai dari topik biasa hingga yang absurt.
“Brian aku pesan ice americano,” ucap Meredy
“Aku juga,” sahut Joe
“Sera kau mau pesan apa,?” tanyaku kepada Sera
“Ice latte,” jawab Sera
“Jangan lama,” sahut Meredy
“Oh my.. Berisik sekali dia,” ucapku dalam hati
Aku pergi untuk memesan minuman yang dipesan aku dan teman-temanku. Tidak lama kemudian pesanan datang. Sambil menikmati minuman kami kembali mengobrol.
“Apa kau tahu berita soal kematian Nouran Mori?” tanya Joe
“Tidak sama sekali. Memangnya kapan dia meninggal?” tanyaku dengan penasaran
“Kabarnya dia menabrak bus ketika mengemudi saat itu dia sedang mabuk,”
“Kenapa dia sampai seperti itu?” tanyaku lagi
“Bukankah sudah jelas. Dia pasti sedang dalam masalah karena itu bisa sampai mabuk berat dan terjadi kecelakaan,” sahut Meredy
“Aku baru mendengar. Bukankah dia orang itu berteman denganmu ketika kuliah kau sering nongkrong dengannya kan?” tanyaku kepada Joe
“Itu sudah lama sekali aku tidak lagi bergabung dengan dia dan juga sebenarnya tidak pernah berteman hanya sebatas senior saja,” jawab Joe
“Oh iya Sera bagaimana kalau besok kita pergi ke salon bersama? Kau ada waktu?” tanya Meredy kepada Sera
“Maaf sepertinya besok aku akan pulang malam karena jadwal untuk music show.”
“Begitu rupanya yasudah tidak masalah.”
“Terimakasih.”
“Tidak perlu berterimakasih santai saja.”
“Eh Joe, bagaimana dengan pekerjaanmu?” tanyaku kepada Joe
“Tidak buruk hanya perlu mengurusi sedikit masalah,” ucap Joe
“Sedikit masalah apanya tentu saja banyak kau kan detektif,” sahut Meredy
“Kalian berdua detektif?” tanya Sera
“Oh. Jadi Brian tidak pernah memberi tahumu? Woaahh kau keterlaluan,” ucap Meredy
“Bukan tidak memberitahunya. Oh lord.”
“Ayolah aku hanya bercanda,” sahut Meredy
“Apa kalian yang menyelidiki kasus kematian Mori?” tanyaku dengan penasaran
”Bukan kami tapi senior kami. Aku hanya mendengar sedikit,” sahut Joe
“Lagi pula kecelakaan akibat alkohol itu sudah sering terjadi,” ucap Meredy
“Benar juga sih. Apa dia mati di tempat?” tanyaku lagi
“Dia mati di rumah sakit sesaat sebelum di bawa ke ruang operasi. Itu yang ku dengar,” jawab Joe
Seketika aku merasa tertekan dengan pernyataan Joe barusan. Apa ini hanya perasaanku saja kenapa juga akhir-akhir ini aku sensitif seperti ini. Padahal tidak pernah seperti ini sebelumnya.
“Brian kau kenapa? Apa ada masalah?” tanya Sera
“Eh, tidak. Aku tidak apa-apa,” jawabku
“Kau tiba-tiba melamun tidak mungkin tidak terjadi sesuatu,” ucap Meredy
“Ayolah ku bilang tidak apa-apa jangan berlebihan,”
“Mengkhawatirkan orang itu bukan hal yang berlebihan,”
“Sudahlah jangan bertengkar,” ucap Joe
“SIAPA YANG BERTENGKAR,” ucapku dan Meredy serentak
“Ya tuhan. Ternyata kalian tidak pernah berubah,” ucap Joe
Sera yang hanya tersenyum melihat sedikit perdebatan kami. Memang tidak aneh jika sudah bertemu dengan mereka hal seperti ini pasti terjadi. Meredy dan Joe adalah teman sekolahku ketika SMA dan sekaligus teman kuliah meski berbeda jurusan tapi kami selalu bersama seperti geng. Tidak heran jika saling bertengkar satu sama lain. Namun masih bisa akrab seperti tidak terjadi sesuatu.
“Sudah sore aku harus pulang,” ucap Meredy
“Baiklah kalau begitu sampai jumpa kalian berdua. Maaf mengganggu waktu berkencannya,” ucap Joe
“Rupanya dia juga meledek ku,” gumamku dalam hati
“Sampai jumpa. Hati-hati Meredy,” sahut Sera
“Kami pergi dulu. Bye,” sahut Meredy
Mereka kemudian meninggalkan kami berdua yang masih tengah duduk. Tidak terasa sudah 3 jam kami mengobrol menghabiskan waktu di sini meskipun dengan tidak sengaja bertemu pada akhirnya menjadi sebuah reuni yang terbilang menyenangkan. Tidak banyak hal yang ku tanyakan kepada mereka meski aku masih ingin banyak informasi.
“Bagaiman kalau kita juga pulang. Banyak yang harus ku bereskan di rumah,” ucap Sera
“Oke. Kita pulang,” jawaku kepada Sera
Segera setelah membayar semuanya aku dan Sera pergi meninggalkan Cafe itu dan bergegas menuju parkiran untuk mengambil mobilku. Dalam perjalanan aku berbincang sedikit dengan Sera agar tidak merasa bosan.
“Bagaimana menurutmu hari ini?” tanyaku
“Menyenangkan. Terimakasih sudah mau menemaniku belanja,”
“Tidak perlu berterimakasih sudah sepantutnya seperti itu,”
“Oke oke,”
Setelah mengantar Sera pulang aku langsung kembali ke rumah untuk memeriksa beberapa pekerjaanku yang mungkin masih harus dikerjakan.
Akhirnya aku sampai di rumah begitu sampai aku langsung memarkirkan mobil dan menuju ke lantai tiga di mana apartemenku berada. Tanpa berlama-lama aku memasuki rumah dan menyalakan lampu. Hari sudah malam pertanda aku harus segera istirahat tapi sebelum itu aku pergi mandi. Tidak lama kemudian ponselku berdering namun aku tidak sempat mengangkatnya dan ternyata itu teman lamaku Jason. Setelah aku selesai mandi aku duduk di meja kerjaku dan mencoba memeriksa data pasien yang sebelumnya belum sempat ku periksa. Tiga puluh menit berlalu kemudian aku pergi ke dapur untuk mengambil segelas air putih dan segera aku duduk santai sambil menonton televisi.Ponselku kembali berdering kini aku mengangkatnya.“Halo,” ucapku“Ohh hai Brian. Sudah lama ya bagaimana kabarmu?” ucap Jason dalam telpon“Baik-baik saja. Bagaimana denganmu?” tanyaku kepada Jason“Akhir-akhir ini kondisiku baik-baik saja.”“B
Ketika di ruangan makan kami sedikit mengobrol membicarakan seputar pekerjaan tidak sampai di situ kami juga mengobrol hal lain tidak terkecuali masalah pribadi.“Hey kalian tahu katanya senior yang menempati posisi dokter bedah saraf itu dia cuti beberapa bulan,” ucap salah satu dokter rekan kami“Aku tahu ku dengar anaknya akan sekolah di luar negeri benarkah?” ucap salah satu dokter lagi“Aku juga mendengarnya sepertinya itu benar hanya saja alasan dia cuti itu aku tidak tahu pasti,” sahut Toni“Sepertinya itu hal yang tidak terlalu aneh,” ucap ku“Memang tidak aneh tapi berita ini sangat panas. Itu artinya kau akan kehilangan rekan senior untuk beberapa waktu,” ucap ToniJujur saja aku belum mengatakan kepada mereka bahwa waktu ku di sini hanya tinggal beberapa minggu saja mengingat sebelumnya pamanku menyuruh untuk pindah. Jika aku memberitahu mereka saat ini tentu saja akan me
“Woahh beer memang yang terbaik,” ucap Sera“Memang pas dengan daging,” sahut Fianna“Kalian berdua nikmati saja sepuasanya jangan sungkan,” ucap Kak Diana“Ini untuk kak Diana,” ucap Fianna sambil memberikan sepotong daging kepada kak Diana“Terimakasih,” ucap Kak Diana“Ngomong-ngomong kapan terakhir kita seperti ini?” ucap Fianna“Entahlah aku lupa karena banyak yang harus ku kerjakan mana sempat berpesta seperti ini,” ucap Kak Diana. Sambil meminum beer“Ku dengar belum lama ini ada staff yang membuat skandal dengan salah satu aktor loh,” ucap Fianna“Apa? aku tidak pernah dengar tuh,” ucap Kak Diana“Aku juga tidak pernah dengar,” sahut Sera“Wahhh ternyata kalian kehilangan info ya. Itu dia memang populer tidak bukan hanya itu dia juga menarik baru-baru ini ada staff baru di perusahaa
Hari ini tepat hari liburku karena kemarin aku harus lembur sampai pagi dan lagi banyak sekali pekerjaan aku harus melakukan operasi lebih dari satu orang ini membuatku kelelahan tanpa bantuan rekan-rekan semuanya aku tidak habis pikir bisa menyelesaikan semuanya sampai akhir. Tapi itu sudah berlalu dan kini aku akan menikamati liburanku meskipun hanya satu hari. Beberapa jam yang lalu adik perempuanku menelpon dan dia akan kerumahku dia bilang akan datang sebentar lagi. Karena itu pagi-pagi aku membersihkan rumahku dia tidak suka berantakan seperti penderita OCD saja. Tidak lama kemudian rupanya sudah sampai. Aku membukakan pintu dan menyuruhnya masuk. “Kakak sudah lama ya,” ucap adik perempuanku sambil memeluku “Ya ya kau kemari sendirian?” tanya ku kepada dia “Tidak. Tadi aku bersama paman.” “Kenapa dia tidak ikut kemari?” “Ah dia bilang sedang sibuk dan harus pergi hanya itu. Padahal tadi aku mengajaknya.” “Mau teh?”
Keesokan harinya Bella yang menginap di rumah paman kembali ke kota Domino meskipun hanya satu hari saja di sini baginya sangat menyenangkan. Aku tidak sempat berpamitan karena harus pergi ke tempat kerja hari ini aku dinas bagian pagi. Aku hanya mengiriminya pesan. Kesibukan ku kembali menyambutku setiap orang berlalu lalang kian kemari menandakan mereka juga mengalami hal yang sama. Aku berjalan di trotoar setelah menaiki bus karena aku tidak membawa mobil dan lebih ingin menikmati perjalanan seperti ini yang sudah lama tidak ku lakukan. Lampu merah menyala pertanda aku harus segera menyebarang. Tidak lama kemudian aku sampai ke tempat kerja. Seperti biasanya pemandangan yang tidak berubah sama sekali. Aku pergi ke ruangan ku untuk menyimpan barang ku dan kembali menemui pasien yang tengah bersiap untuk menjalani operasi. “Pagi-pagi sudah mulai ya,” ucap salah satu rekan ku “Memang seperti ini seharusnya,” ucap ku “Semangat-semangat,” ucap rekan ku
Ketika aku pulang dari kerja tubuhku terasa sangat lelah aku tidak bisa beranjak dari sofa seperti ada magnet yang menarik diriku. Sampai tidak terasa 30 menit berlalu dan diriku masih terbaring lelah tadinya aku akan pergi untuk mandi ku kumpulkan niat terlebih dahulu hingga akhirnya aku beranjak dari sofa dan mengambil handuk kemudian pergi ke kamar mandi.Tidak lama kemudian aku menonton film hanya sekedar hiburan semata tidak lama kemudian paman menelponku.“Brian kudengar kau sudah menyetujuinya aku akan memperiapkannya untukmu,” ucap paman dalam telpon“Ya sudah ku setujui. Oh ya paman...,” ucap ku“Iya ada masalah?”“Tidak jadi tidak ada yang ku khawatirkan.”“Oh ya kalau begitu sampai bertemu nanti.”“Baik paman.”Kemudian ku matikan telpon itu. Ternyata waktuku di kota ini hanya tinggal satu minggu lagi. Kemungkinan juga Toni sudah memberitahu semu
Begitu banyak dokumen yang harus di isi ada setumpuk dokumen yang belum ku periksa laporan untuk pasien kali ini cukup banyak. Satu persatu ku periksa dengan teliti kemudian ku seruput segelas kopi yang ada di mejaku. Udara dingin dari AC menusuki tubuhku setelah selesai melakukan operasi kini yang harus dilakukan adalah mengerjakan setiap dokumen ini. Tinggal menunggu 5 hari lagi begitu aku pindah dari sini semuanya akan kembali ke titik nol. Sambil mengerjakan pekerjaan yang setumpuk ini ku lihat beberapa pesan yang memenuhi ponselku dan semua itu dari dari paman. Jam sudah menunjukan pukul tiga sore hari sekarang setengah dokumen sudah selesai ku kerjakan untuk itu aku harus terus mengerjakannya agar semuanya selesai tepat sebelum pertukaran dinas malam. Memang membuat lelah semua ini terlalu banyak jika dibandingkan dengan sebelumnya. Pasien anak perempuan yang tertabrak baru-baru ini membuatku merasa kepikiran karena dia mengalami beberapa komplikasi oleh karena itu operasinya
Pagi harinya begiru Brian membuka matanya ternyata dia tengah berada di ruang tengah dan terbaring diatas sofa dengan keadaan berantakan. Tidak lama kemudian dia pergi ke dapur untuk mengambil segelas air minum setelah itu dia duduk di sofa dan mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Ketika dia mencoba mengingat dia melihat jam yang menunjukan pukul tujuh pagi untungnya hari ini dia dinas siang jadi tidak terlambat bangun. Malam itu dia yang masih dalam keadaan mabuk kemudian pulang menggunakan taxi karena sebelumnya dia memang berangkat naik taxi juga. Dengan terhuyung-huyung dia kemudian keluar dari dalam club dan memanggil taxi begitu dia mau naik taxi dia nyaris muntah lagi hanya saja itu tidak terjadi. Kemudian dia mengatakan kepada supir taxi untuk membawanya ke apartemen hingga akhirnya dia berhenti tepat di depan gedung apartemen dengan keadaan masih setengah sadar dia mencoba untuk pergi ke lantai atas dan kemudian memasuki rumahnya itu. Ingatan bahwa sebelumnya dia mun