Share

Bab 4 Awal Mula bagian 3

“Maaf sepertinya aku harus segera pulang sudah malam,” sahut Sera

“Bagaimana kalau menginap saja?” ucapku kepada Sera

“Tidak, ada pekerjaan yang harus aku kerjakan,”

“Baiklah kalau begitu, akan ku antar,”

“Iya,” ucap Sera sambil mengangguk

Aku turun ke bawah untuk mengantar Sera pulang. Ku kemudikan mobil yang terparkir di basemen apartemen. Aku tidak banyak bertanya soal apa yang akan dia kerjakan sehingga menolak ajakannku hanya berpikir ini bukan lah hal yang tidak diinginkan. Sesampainya di depan apartemen Sera aku menyuruhnya untuk segera masuk karena malam semakin dingin.

“Bye,” ucap Sera

“Bye, cepat masuk,” sahutku

“Hati-hati di jalan,” ucap Sera lagi sambil melambaikan tangan

Untungnya aku tidak terlalu mabuk sehingga bisa mengantar Sera dan mengemudi. Akhirnya suasana kembali hening malam yang penuh bintang menandakan kabar baik. Aku mulai kembali ke aktivitasku bermain video game sampai larut malam.

Trrirrrrrtttttttt Trrirrrrrtttttttt Trrirrrrrtttttttt

Ponselku terus berbunyi

“Halo, ya?”

“Bagaimana kabarmu? Besok bisa ketemu paman sudah lama tidak bertemu denganmu Brian,”

Rupanya yang menelponku malam-malam begini adalah pamanku. Sepertinya dia sudah pulang ke kota ini aku senang sekali.

“Aku baik-baik saja, bagaimana dengan paman?” tanyaku kembali

“Aku juga baik-baik saja, ada hal penting yang harus dibicarakan besok datanglah ke tempatku,”

“Iya baiklah,”

“Kau tidak lembur kan,?”

“Tidak besok aku pulang seperti biasanya jadwalnya tidak berubah,”

“Baguslah kalau begitu. Yasudah sampai jumpa,”

“Ya paman,” ucapku sambil menutup telpon

Waktu sudah menunjukan larut malam sekarang saatnya bagiku untuk tidur. Besok aku harus memulai kembali keseharianku yang tidak pernah lepas dari kata sibuk. Dan lagi aku harus menemui pamanku mau bagaimana lagi aku harus menurutinya jika tidak itu akan merepotkan. Ku pejamkan mataku perlahan hingga telelap.

Disebuah rumah sakit yang bernama Holive Hospital yang sangat familliar di kota ini tempat dimana pamanku bekerja dia adalah kepala rumah sakit namanya William McDonnie. Tepat diruang meeting.

“Bagaimana? Kau sudah membicarakannya?” tanya salah seorang dokter

“Hari ini dia akan kemari jangan khawatir,” ucap William

“Baiklah semoga di menyetujuinya lagi pula anak itu sangat kompeten aku sudah sering mendengarnya,” sahut dokter itu

“Senang mendengarnya aku harap kita bisa bekerjasama ke depannya,” ucap William dengan senyum

“Tentu saja, ini akan sangat baik,” jawab dokter itu

Dengan terburu-buru aku harus segera pergi ke tempat dimana pamanku menyuruh bertemu untungnya hari ini tidak lebih sibuk dari biasanya beberapa operasi ku lakukan dengan baik tentunya dengan bantuan rekan-rekanku. Segera setelah ini aku akan menemui pamanku tidak akan memakan banyak waktu jaraknya cukup dekat dari sini menuju rumah sakit itu.

“Suster Anne tolong pindahkan pasien ini ke ruangannya kembali di ruang Iris,” ucapku

“Iya dok akan saya pindahkan,” jawab Anne dengan cepat dia memindahkannya

“Semuanya berjalan lancar? Wow,” sahut Toni

“Tentu saja untungnya,” ucapku kepada Toni

“Kau memang kompeten tidak heran jika di usia mu sekarang kau sudah berhasil,”

“Terimakasih atas pujiannya,”

“Hohoho aku tidak memujimu,”

“Hari ini kau tidak mengurusi pasienmu? Kau terlihat santai,” tanyaku

“Sudah ku lakukan. Sepeertinya kau tidak suka aku bersantai? Lagi pula aku bukan dokter bedah tidak akan banyak merepotkan kok,”

Seperti biasanya dia memang selalu berkomentar apapun memang menyenangkan punya teman seperti itu meskipun kadang membuatku naik darah.

6 jam berlalu akhirnya aku sampai tepat di depan temnpat kerja pamanku. Apa yang ingin dia bicarakan jujur saja ini cukup membuatku penasaran. Kemudian aku menuju ke ruangan pamanku dan disana ku dapati dia sedang duduk sambil mengisi beberapa dokumen.

“Permisi paman,” ucapku dengan nada rendah

“Ohh, kau sudah datang rupanya silahkan duduk,”

“Kapan anda kembali kesini bukankah anda baru saja mengambil cuti dan pergi ke luar negeri?” tanyaku tanpa basa-basi

“Itu bukan cuti hanya perjalanan sebentar,”

“Bukankah itu sama saja,” ucapku dalam hati

“Langsung saja ke intinya ya. Begini bagaimana kalau kau di pindahkan tugas ke Holive Hospital cabang Domino. Kau setuju?”

Pertanyaannya sontak membuatku terkejut.

“Apa? kenapa di pindahkan ke sana? Kenapa tiba-tiba?”

“Akan ku jelaskan semuanya. Begini barusan kepala rumah sakit Mourin tempatmu bekerja dia menyarankan agar aku memindahkanmu ke cabang Holive yang ada di kota Domino. Kau tahu kenapa? Karena kau kompeten tidak seharusnya kau berada di Mourin itu hanya akan membuat dirimu biasa saja.”

“Kepala Rumah sakit Mourin bilang seperti itu,?”

“Iya dia kemarin menemuiku,”

Mendengar pernyataan pamanku aku berpikir ini bukanlah hal buruk lagi pula aku sudah lumayan lama berada di sana. Namun yang membuatku mengganjal adalah kenapa harus aku yang dipindahkan sejauh ini aku tidak pernah membuat kesalahan apapun semuanya berjalan lancar. Apa disana kekurangan dokter bedah jelas itu tidak mungkin atau ini hanya firasatku saja ada maksud dibalik semua ini.

“Bagaimana? Apa kau keberatan?”

“Akan ku pikirkan,”

“Baiklah lagi pula aku tidak bisa memaksamu keputusan ada ditanganmu,”

“Ohh ya paman. Tidak aku tidak jadi bertanya,”

“Hmmm... jika membuatmu bingung katakan saja tidak apa-apa,”

Sepertinya aku harus menemui kepala rumah sakit Mourin terlebih banyak yang ingin ku tanyakan dibandingkan menyetuji permintaan pamanku jelas ini ada yang tidak beres. Sebelum itu banyak yang harus ku pikirkan lagi. Pamanku memang keluargaku tapi jika dia melakukan hal yang buruk aku tidak akan tinggal diam membisu seperti tidak tau dengan apa yang sebenarnya terjadi.

“Tidak ada yang ingin ku tanyakan lagi aku permisi,”

Aku beranjak dari tempat duduk itu dan bergegas pergi.

“Baiklah sampai jumpa. Jangan lupa kabari jika kau setuju,” ucap pamanku

Tanpa berkata apa-apa aku hanya mengangguk dan pergi meninggalkan ruangan itu. Ketika hendak keluar dari lift aku melihat kepala rumah sakit Mourin masuk ke dalam ruangan yang tidak jauh dari lift tempatku berada sontak aku langsung pergi menuju ke arah sana untuk menemui beliau. Ternyata aku kehilangan jejaknya ku lihat tadi menuju ke arah sana namun ternyata aku tidak menemukannya pada akhirnya aku bertanya kepada seorang perawat yang tengah mendorong kursi roda apakah dia melihat orang yang ku cari ternyata dia juga tidak melihatnya. Tidak mau mebuang waktu akhirnya aku memutuskan untuk pergi saja dari tempat itu dan betemu dengan Sera dia sudah mengabariku jika hari ini dia mengajaku ketemu di Cafe Milley tempat kami menikmati kopi sambil menghabiskan waktu bersama meski itu hanya sekedar mengobrol dan makan itu membuatku menikmati hidup ditengah kesibukan yang tiada habisnya. Ku parkirkan mobil dan segera berangkat untuk menjemput Sera terlebih dahulu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status