Share

Cukup, Mas!

Saat mobil Gani sudah pergi, beruntung taxi yang online yang dipesan Mahira datang. 

Mahira pun dengan cepat naik ke mobil, dia menyuruh supir menjalankan mobilnya dengan cepat. 

Di dalam mobil, Mahira merasa sangat gelisah. Dia meremas tangannya, tubuhnya mengeluarkan keringat dingin, Mahira sungguh takut Gani akan melukai Dita. Tanpa Mahira sadari, obat dan Vitamin yang dia bawa terjatuh dari tasnya. 

Setelah sampai dan membayar taxi online, Mahira dengan cepat turun dari mobilnya. Dia berjalan setengah berlari, dia mengabaikan kondisinya yang sedang mengandung. 

Saat dia sudah masuk, dia melihat Dita sedang duduk di sofa sambil menangis sesegukan, sedangkan mas Gani berdiri di depan Dita dengan berkacak pinggang. 

"Mas!" Teriak Mahira saat Gani sepertinya akan membuka mulut untuk memarahi Duta. 

Mendengar suara Mahira, Dita buru-buru bangkit dari duduknya dan langsung berlari menghampiri Mahira. Dengan celat, Dita bersembunyi di belakang tubuh Mahira karena masih takut oleh Gani.

"Dita, kau pergi ke kamar dulu, ya, Nak. Bunda akan bicara pada ayah," ucap Mahira sambil mengelus rambut Dita. 

Dita mengangguk dan menghapus air matanya, lalu dengan cepat berlari ke kamar. 

Setelah Dita pergi ke kamar, Mahira pun berjalan mendekat ke arah Gani. 

"Mas, aku yang salah. Jangan memarahi Dita," ucap Mahira. 

Gani menatap tajam Mahira, terlihat jelas amarah Gani masih berkobar. 

"Apa kau lupa siapa kau di rumah ini, berani sekali kau memberinya makanan yang selama ini aku larang." Gani berteriak emosi di depan Mahira. 

Deg

Mendengar ucapan Gani, Mahira yang menunduk langsung mendongak menatap Gani. 

"Ma-maksudmu, Mas?" Tanya Mahira terbata-bata. 

"Jangan pernah bermimpi untuk mengganggikan posisi Rahma di rumah ini. Jangan lupakan kamu hanyalah seorang pengasuh bagi anakku satu-satunya." Setelah mengatakan hal yang sangat menyakitkan bagi Mahira, Gani pun melangkahkan kakinya dan berlalu pergi dari hadapan Mahira. 

"Apa anak dalam kandunganku bukan anakmu, Mas," ucap Mahira. Dia tak bisa menahan air mata saat Gani secara langsung tak mengakui anak yang ada dalam kandungannya.

Gani yang baru melangkah beberapa langkah langsung berbalik badan dan menatap Mahira dengan tatapan sinis. 

"Kehadiramu dan anakmu hanya sebuah kesalahan, jangan pernah bermimpi untuk mendapatkan pengakuan dariku." Gani pun kembali berbalik dan meneruskan langkahnya untuk keluar dari rumah. 

Bagai dihantam godam, tubuhnya merosot kebawah. Mahira tau, Gani tak menganggapnya ada. Tapi, Mahira tak menyangka Gani juga tak mengakui calon anak mereka. 

Mahira memukul-mukul dadanya merasakan sesak yang amat luar biasa. Tangisan itu terdengar saat pilu. 

"Astaghfirullah, Mahira!" Teriak bi Karti yang tak lain adalah Art di rumah Gani. Bi karti terkejut saat melihat Mahiran sedang duduk di lantai sambil menangis. Bi karti pun menghampiri Mahira dan berjongkok lalu memeluk Mahira. 

"Apa salahku bi ... Apa salahku pada mas Gani. Kenapa dia selalu jahat kepadaku di- dia juga tak menga ...." Mahira tak sanggup lagi melanjutkan ucapannya. Rasanya terlalu sakit saat ucapan Gani terngiang-ngiang di otaknya saat Gani berkata bahwa Dia terus menangis di pelukan bi karti. 

Bi karti pun ikut menitihkan air mata saat melihat Mahira yang terlihat sangat terpukul

 Dia terus mengelus punggung Mahira dan membiarkan Mahira puas menumpahkan tangisannya.

"Percayalah, Mahira. Semua pasti akan baik-baik saja," ucap bi Karti sambil terus mengelus punggung Mahira.

Saat Mahira sudah sedikit tenang, bi Karti pun membantu Mahira untuk berdiri.

Mahiria berjalan gontai saat memasuki kamarnya. Saat masuk, matanya langsung tertuju pada foto mendiang Rahma. 

Mahira pun berjalan kearah din-ding tempat foto Mahira di pajang.

"Mba, aku harap mba bisa melihatku dari atas sana. Maafkan, aku mba ... Maafkan aku. Aku tak bisa lagi melanjutkan keinginanku, aku tak bisa lagi menemani Dita dan mendampinginya. Aku lelah, mba. Kini saatnya aku menyerah," ucap Mahira sambil terisak. 

Sedangkan Gani.

Setelah keluar dari rumah, Gani menaiki mobilnya. Dia berteriak sambil memukul kemudi. Ada sedikit penyesalan di diri Gani saat bersikap menyakiti Mahira. Namun penyesalan itu tertutup oleh egonya hingga dia membenarkan sikapnya pada Mahira

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status