Share

Cukup, Mas!

Author: Dewi kim
last update Last Updated: 2023-09-07 15:54:33

Saat mobil Gani sudah pergi, beruntung taxi yang online yang dipesan Mahira datang. 

Mahira pun dengan cepat naik ke mobil, dia menyuruh supir menjalankan mobilnya dengan cepat. 

Di dalam mobil, Mahira merasa sangat gelisah. Dia meremas tangannya, tubuhnya mengeluarkan keringat dingin, Mahira sungguh takut Gani akan melukai Dita. Tanpa Mahira sadari, obat dan Vitamin yang dia bawa terjatuh dari tasnya. 

Setelah sampai dan membayar taxi online, Mahira dengan cepat turun dari mobilnya. Dia berjalan setengah berlari, dia mengabaikan kondisinya yang sedang mengandung. 

Saat dia sudah masuk, dia melihat Dita sedang duduk di sofa sambil menangis sesegukan, sedangkan mas Gani berdiri di depan Dita dengan berkacak pinggang. 

"Mas!" Teriak Mahira saat Gani sepertinya akan membuka mulut untuk memarahi Duta. 

Mendengar suara Mahira, Dita buru-buru bangkit dari duduknya dan langsung berlari menghampiri Mahira. Dengan celat, Dita bersembunyi di belakang tubuh Mahira karena masih takut oleh Gani.

"Dita, kau pergi ke kamar dulu, ya, Nak. Bunda akan bicara pada ayah," ucap Mahira sambil mengelus rambut Dita. 

Dita mengangguk dan menghapus air matanya, lalu dengan cepat berlari ke kamar. 

Setelah Dita pergi ke kamar, Mahira pun berjalan mendekat ke arah Gani. 

"Mas, aku yang salah. Jangan memarahi Dita," ucap Mahira. 

Gani menatap tajam Mahira, terlihat jelas amarah Gani masih berkobar. 

"Apa kau lupa siapa kau di rumah ini, berani sekali kau memberinya makanan yang selama ini aku larang." Gani berteriak emosi di depan Mahira. 

Deg

Mendengar ucapan Gani, Mahira yang menunduk langsung mendongak menatap Gani. 

"Ma-maksudmu, Mas?" Tanya Mahira terbata-bata. 

"Jangan pernah bermimpi untuk mengganggikan posisi Rahma di rumah ini. Jangan lupakan kamu hanyalah seorang pengasuh bagi anakku satu-satunya." Setelah mengatakan hal yang sangat menyakitkan bagi Mahira, Gani pun melangkahkan kakinya dan berlalu pergi dari hadapan Mahira. 

"Apa anak dalam kandunganku bukan anakmu, Mas," ucap Mahira. Dia tak bisa menahan air mata saat Gani secara langsung tak mengakui anak yang ada dalam kandungannya.

Gani yang baru melangkah beberapa langkah langsung berbalik badan dan menatap Mahira dengan tatapan sinis. 

"Kehadiramu dan anakmu hanya sebuah kesalahan, jangan pernah bermimpi untuk mendapatkan pengakuan dariku." Gani pun kembali berbalik dan meneruskan langkahnya untuk keluar dari rumah. 

Bagai dihantam godam, tubuhnya merosot kebawah. Mahira tau, Gani tak menganggapnya ada. Tapi, Mahira tak menyangka Gani juga tak mengakui calon anak mereka. 

Mahira memukul-mukul dadanya merasakan sesak yang amat luar biasa. Tangisan itu terdengar saat pilu. 

"Astaghfirullah, Mahira!" Teriak bi Karti yang tak lain adalah Art di rumah Gani. Bi karti terkejut saat melihat Mahiran sedang duduk di lantai sambil menangis. Bi karti pun menghampiri Mahira dan berjongkok lalu memeluk Mahira. 

"Apa salahku bi ... Apa salahku pada mas Gani. Kenapa dia selalu jahat kepadaku di- dia juga tak menga ...." Mahira tak sanggup lagi melanjutkan ucapannya. Rasanya terlalu sakit saat ucapan Gani terngiang-ngiang di otaknya saat Gani berkata bahwa Dia terus menangis di pelukan bi karti. 

Bi karti pun ikut menitihkan air mata saat melihat Mahira yang terlihat sangat terpukul

 Dia terus mengelus punggung Mahira dan membiarkan Mahira puas menumpahkan tangisannya.

"Percayalah, Mahira. Semua pasti akan baik-baik saja," ucap bi Karti sambil terus mengelus punggung Mahira.

Saat Mahira sudah sedikit tenang, bi Karti pun membantu Mahira untuk berdiri.

Mahiria berjalan gontai saat memasuki kamarnya. Saat masuk, matanya langsung tertuju pada foto mendiang Rahma. 

Mahira pun berjalan kearah din-ding tempat foto Mahira di pajang.

"Mba, aku harap mba bisa melihatku dari atas sana. Maafkan, aku mba ... Maafkan aku. Aku tak bisa lagi melanjutkan keinginanku, aku tak bisa lagi menemani Dita dan mendampinginya. Aku lelah, mba. Kini saatnya aku menyerah," ucap Mahira sambil terisak. 

Sedangkan Gani.

Setelah keluar dari rumah, Gani menaiki mobilnya. Dia berteriak sambil memukul kemudi. Ada sedikit penyesalan di diri Gani saat bersikap menyakiti Mahira. Namun penyesalan itu tertutup oleh egonya hingga dia membenarkan sikapnya pada Mahira

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lihat Aku, Suamiku!    47

    Bab 47Gani melongo mendengar ucapan istrinya. Ia menghela napas, menghadapi istrinya harus memiliki kesabaran super extra."Yank, Mas udah mandi, masa bau?""Bukan Masnya. Tapi susu hamilnya!"Gani menghela napas lega, "Kamu ga mau minum susunya?" tanya Gani. Mahira menggeleng."Sini cepet!" titahnya."Bentar Mas simpen dulu ini ke dapur."Setelah menyimpan susu ke dapur, Gani pun kembali ke kamar. Ia melangkahkan kakinya menuju ranjang, lalu membaringkan tubuhnya dan menjadikan paha Mahira sebagai bantalan, dia mengarahkan wajahnya pada perut istrinya dan menciumnya terus menerus."Mas!" panggil Mahira, ia meletakan ponselnya, tangannya mengelus rambut Gani.Gani mengubah posisinya menjadi melihat kearah Mahira, ia mengambil tangan Mahira yang sedang mengelus rambutnya, lalu mengecupnya. "Kenapa?" tanya Gani"Mas aku pengen ngadain resepsi pernikahan kita," lirih Mahira dengan suara pelan. Melihat ponsel dan melihat tentang artikel pernikahan. Tiba-tiba ia ingin mengadakan resepsi.

  • Lihat Aku, Suamiku!    46

    Bab 46 Kamu bau "Maksudnya gimana sih, yank?" tanya Gani saat Mahira menyuruhnya memakan bakso, bukankah tadi istrinya yang menginginkannya."Ya, Mas yang abisin. Aku mau ngeliat mas makan bakso," jawabnya sambil menyeruput kembali jus di tangannya. Ia memang ingin bakso. Tapi tiba-tiba ia malah ingin melihat suaminya yang memakan bakso"Yank, kan tadi kamu yang mau. Kenapa sekarang jadi Mas yang harus makan?" tanya Gani, ia berbicara selembut mungkin pada istrinya."Mas, waktu aku hamil Albi, aku ngadepin ngidam aku sendiri. Dulu, waktu awal-awal aku hamil kamu ga pernah perduliin aku, Dulu, waktu aku peng ...." perkataan Mahira terputus saat melihat suaminya mengambil mangkok yang berisi bakso dan langsung menyantap baksonya, ia melihat kearah Mahira dan tersenyum, tapi hatinya ketar-ketir.Bagaimana tidak, selama sebulan ini ia menjadi seorang vegetarian agar hidupnya bertambah sehat, tapi sekarang ....Ah, syudahlah, kebahagian istrinya lebih penting dari apapun sekarang.Mahira

  • Lihat Aku, Suamiku!    45

    "Sayang, bangun yu ... Ini udah hampir siang. Mas bentar lagi praktek," ucap Gani. Setelah Drama semalam Mahira tak mau melepaskan pelukannya. Pagi ini pun, setelah sholat subuh Mahira ingin kembali tidur dan memeluk suaminya. Mungkin rasa itu terasa lebih manis kala satu bulan ini dia salah sangka pada suaminyaBukannya menjawab, Mahira malah memeluk suaminya semakin erat. "Nanti dulu, masih mau meluk!" Jawabnya sambil memejamkan mata. Ia benar-benar merasa nyaman memeluk suaminya.Gani tersenyum, ia mengelus punggung sang istri. "Kangen ya? karena sebulan kemaren ga meluk Mas?" tanya Gani sambil terkekeh pelan. Pasalnya selama sebulan kemarin, saat dirinya salah sangka pada suaminya, Mahira tak pernah membalas pelukan Gani.Bukannya membalas ucapan suaminya, Mahira membuka matanya, ia mengangkat kepalanya dan langsung mencium pipi Gani, lalu mengecup bibir Gani.Setelah itu, ia menyimpan kepalanya di dada Gani, ia mengusap dada Gani dengan telunjuknya.Mendapat perlakuan begitu dar

  • Lihat Aku, Suamiku!    44

    Bab 44 Kejutan manis untuk Gani"Ayah, Bunda mana?" tanya Albi saat membuka pintu kamar mandi.Saat ini, Gani berada di belakang pintu kamar mandi dan Mahira bersembunyi dibelakang tubuhnya. Ia sengaja melongokan kepalanya keluar agar Albi tak masuk ke kamar mandi, jadi hanya kepala Gani saja yang terlihat."Albi mau apa nyariin bunda?" tanya Gani."Bunda nyimpen robot Albi, Albi mau nanya di mana bunda nyimpennya," jawab bocah kecil itu."Di kontainer ijo," bisik Mahira di telinga Gani.Gani pun mengangguk."Di kontainer warna ijo." Gani memberitau pada Albi.Karena sudah di beri tau, bocah kecil itu pun pergi tanpa menjawab lagi ucapan sang ayah.Setelah Albi pergi, Gani menutup kembali pintu kamar mandi.Gani pun mengajak Mahira untuk berendam di bathub, lalu mengulangi kegiatan panas mereka.Saat ini, mereka masih berendam di bathube dengan posisis yang berhadap-hadapan. Gani terus menatap wajah Mahira yang sedang tertunduk.Saat dulu pun Mahira sudah cantik, sekarang kencatikann

  • Lihat Aku, Suamiku!    43

    Bab 43 memadu kasih.Setelah mengucapkan hal yang sebenarnya pada Haikal tentang siapa dirinya, Gani pun keluar dari ruangan di rektur utama.Sedangkan Akbar yang tadi menunggu di luar hampir saja terguling saat Gani membuka pintu.Gani menggeleng meliat tingkah temannya, Gani tau, bahwa temannya menguping pembicaraanya dengan haikal. Gani pun melangkahkan kakinya tanpa mengajak Akbar"Anda akan pulang kembali, Dok?" tanya Akbar dengan memakai bahasa formal karena sudah tau siapa Gani sebenarnya.Tiba-tiba Gani menghentikan langkahnya, ia menoleh ke belakang. "Awas aja kalau lu bocorin apa yang barusan lu denger!" ancamnya pada Akbar, lalu setelah mengatakan itu, Gani pun kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya.Gani dilahirkan dari keluarga sultan, jika orang lain lebih memilih meneruskan bisnis keluarga. Namun tidak bagi Gani.Sejak sekolah, ia sudah tertarik dengan dunia kedokteran, Gani pun tak tau kenapa dia bisa lebih memilih jadi Dokter ketimbang melanjutkan bisnis keluarga

  • Lihat Aku, Suamiku!    42

    Bab 42 I love you mas"Ma-mas," ucap Mahira saat Gani menaruh kembali tangan di pinggangnya."hemm," jawab Gani. Ia semakin mengeratkan pelukannya."Kenapa belum tidur?" tanya Gani lagi. Ia lebih memilih berpura-pura tak menyadari bahwa istrinya kecewa padanya. Meminta maaf pun percuma. Gani tau, istrinya sudah kadung memercayai apa yang di lihat. Menjelaskan pun Mahira akan menganggapnya sebagai omong kosong.Kini Gani hanya perlu lebih menunjukan cintanya, membuat istrinya yakin bahwa cintanya hanya untuk Mahira. Tak ada lagi yang lain di hatinya. Itulah cara Gani meminta maaf dan merebut hati istrinya kembali, membuat amarah istrinya luntur karena cintanya."A-aku mau ke toilet dulu," jawab Mahira. Ia melepaskan tangan Gani dari pinggangnya. Lalu turun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi.Setelah Mahira turun, Gani bangkit dari tidurnya, ia duduk dengan menyenderkan punggungnya kebelakang lalu memanjangkan kakinya. Gani mengucek matanya, rasa lelah sudah menyapanya. Namun, dia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status